Menikahi Pria Koma S2

"lepaskan, ah! Lepaskan aku, hentikan!" teriak Maudy saat Elgara yang kini mencumbui nya dengan agresif.

Elgara membuka satu persatu kancing kemeja nya dan kemudian melepaskan nya.

Kamar itu seketika jadi berantakan dengan guling yang di singkirkan Elgara karena menggangu aktifitas mereka.

"Tidak, ku mohon jangan!" ucap Maudy mencoba mendorong Elgara.

Namun dengan satu tangan Elgara mengunci pergerakan Maudy. Dengan cepat ia membalikkan tubuh Maudy menjadi terlungkup di ranjang, ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan itu.

Segera saja Elgara menarik resleting gaun yang di gunakan Maudy dan terlihat jelas punggung putih mulus milik sang istri.

"Ahhh," Leguh Maudy saat Elgara menggigit pundak nya.

Pemanasan pun terjadi dalam dua puluh menit, tubuh Maudy sekejap saja menjadi full neked, begitu juga dengan Elgara.

Tidak hanya itu, bekas kepemilikan Elgara pun memenuhi tubuh sang istri.

Tak peduli jeritan, dan tangis Maudy yang di perlakukan dengan gans oleh Elgara.

"Aku mohon jangan sekarang aku tidak siap," ucap Maudy mencoba merapatkan kedua kaki nya.

Namun dengan cepat Elgara menarik selimut dan di dalam sana tepat nya di bawah sana dengan cepat ia merenggangkan kedua kaki Mudy.

Dan ... Jleb ... Seuatu yang tumpul dan besar menerobos masuk ke goa yang selama ini di pertahankan Maudy.

"Ahhhh, sakit! Hentikan, ini sakit!" teriak Maudy sambil meremas sprei.

"Hanya sebentar," kata Elgara yang kemudian kembali melumat bibir sang istri untuk membantu menahan rasa sakit nya.

Malam itu Maudy di gempur habis-habisan oleh Elgara yang setengah sadar akibat pengaruh alkohol.

Tak peduli kalau Maudy merintih dan memohon kepada nya, Elgara bahkan beberapa kali menumpahkan benihnya ke dalam rahim Maudy.

Keesokan harinya.

Elgara membuka mata nya yang masih sangat berat, ia menggosok mata nya beberapa kali untuk membuat pandangan nya yang buram menjadi jelas.

Ia kemudian meregangkan otot-otot tangan sambil melihat ke samping.

Terlihat Maudy yang masih tertidur pulas dengan tubuh penuh bekas biru kemerahan, di mana bekas percintaan mereka semalam.

"Aku benar-benar melakukan nya" tanya Elgara kepada dirinya sendiri.

Ia mengingatkan dua tahun yang lalu, mereka sama sekali tidak pernah berhubungan suami istri saat menikah pertama kalinya, dan malah melakukan nya setelah menikah yang kedua kalinya, di saat mereka sudah saling membenci.

"Arghhhh!" Entah kenapa Elgara tiba-tiba merasa sangat kesal setelah mengingat kejadian itu.

Ia bangkit dari ranjang dan kemudian mengambil handuk lalu berjalan ke kamar mandi, rasanya seluruh tubuh nya lengket ingin segera di guyur dengan air.

Elgara menyalakan shower, ia menguyur seluruh tubuhnya dengan air, namun bayangan tadi malam tak bisa pergi dari pikiran nya.

"Sudah selama ini berpisah, aku tidak menyangka kalau dia masih perawan," batin Elgara.

Empat puluh menit pun berlalu, Elgara selesai mandi dan kemudian kembali masuk ke dalam kamar nya.

Terlihat di sana bahwa Maudy telah bangun, namun ia duduk bersandar di lantai bawah ranjang sambil menutupi tubuh nya dengan selimut.

"Hikssss ... Hiksss ..." suara isakan itu mulai terdengar di telinga Elgara.

Elgara yang melihat itu merasa serba salah, namun ketika hati nuraninya datang, ia malah membayangkan wajah Randy yang menyebalkan membuat dirinya kembali tidak bisa menahan rasa bencinya.

"Apa yang kau tangisi?" ucap nya yang kini berdiri di hadapan Maudy.

Maudy yang mendengar itu mendongak dan melihat Elgara.

Tatapan kebencian mulai di rasakan kembali oleh Elgara.

Elgara membungkuk di hadapan Maudy sampai mereka menjadi sejajar.

"Apa kau menyesal sudah menyerahkan semua itu kepada ku? Ingat ya aku ini adalah suami mu, jangan coba-coba untuk membantah," kata Elgara sambil tersenyum miring kepada Maudy.

"Kau laki-laki bejat, kau benar-benar tidak punya rasa perikemanusiaan kau bajingan!" umpat Maudy sambil memukul-mukul lengan Elgara.

"Aku? Aku bajingan? Ya, aku memang bajingan dan aku juga tidak punya perikemanusiaan, dan aku tidak peduli itu, sekarang cepat mandi dan buatkan sarapan untuk ku aku akan pergi ke kantor," kata Elgara sambil mencengkram lengan Maudy.

Maudy menatap Elgara dengan takut, ia benar-benar tidak pernah di perlakukan sekejam ini oleh Elgara dulunya.

Hal ini pun membuat Maudy yang mengingat saat pertama kali mereka menikah, Elgara begitu baik dan juga humoris, dia selalu bersikap lembut kepada Maudy.

"Kau, kau bukan kau yang dulu," kata Maudy refleks.

Elgara terdiam tak mengerti apa yang di maksud oleh Maudy, namun dirinya tak mempedulikan hal tersebut.

"Ayo bangun! Jangan buang-buang waktu," ucap Elgara yang kemudian memaksa Maudy untuk berdiri.

"Sakit hentikan, itu sakit!" kata Maudy sambil menahan rasa sakit dan perih yang ada di selengkangan nya.

Elgara mengerutkan keningnya mendengar ucapan Maudy, ia bingung kenapa tiba-tiba Maudy mengerang kesakitan.

"Kau mau berpura-pura? Kau pikir aku akan bersimpati kepada mu ya tentu tidak!" kata Elgara.

Tak ingin berlama-lama, Elgara pun kemudian segera mengendong Maudy dan menepis selimut yang menutupi tubuh sang istri.

Ia membawa Maudy masuk ke dalam kamar mandi dan meletakkan nya dengan kasar di dalam bathtub.

"Aku tidak punya banyak waktu," kata Elgara yang kemudian menyalakan air shower dan melemparkan kepada Maudy.

Setelah itu ia pun keluar dari sana.

"Hiksss, sakit sekali, mama, papa tolong aku," rintih Maudy yang saat ini bagaikan seorang sandera.

Sementara itu Elgara kembali ke kamar dan mengenakan pakaian nya, lebih tepatnya setelah jas untuk ke kantor.

Namun tampa sengaja ia melihat ke arah ranjang yang terlihat ada sebuah noda darah di sana.

"Apa aku sekasar itu? Sudah lah lupakan saja," ucap nya lagi-lagi menepis rasa peduli ya g ia punya.

Beberapa puluh menit pun akhirnya kemba berlalu.

Maudy kini sudah berada di dapur villa sambil berkutat dengan masakan nya. Meskipun ia berjalan dengan sedikit terseok-seok ia tetap menguatkan dirinya untuk tidak lemah.

"Makanan nya sudah siap, aku ke kamar dulu," setelah selesai memasak makanan seadanya Maudy menemui Elgara yang menunggu di ruang tengah dan kemudian berjalan kembali menaiki tangga dengan susah payah kembali ke kamar.

Elgara hanya diam dam memperhatikan jalan Maudy yang sangat aneh.

"Cih, cengeng sekali," kata Elgara dalam hatinya dan kemudian ia segera berdiri dan berjalan menuju dapur villa untuk segera sarapan.

Sementara itu di kamar.

"Hiksss, kenapa harus sesakit ini? Kenapa harus dia? Aku tidak mau, kenapa harus dia orang nya? Dia begitu kasar merebut mahkota ku," kata Maudy yang kembali merintih atas rasa sakit nya.

Hanya rintihan yanag bisa di keluarkan Maudy dari bibirnya untuk saat ini, ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan takdir yang menurut nya cukup kejam.

Bersambung ....