Wajah tampan, cool, pintar juga merupakan ketua klub basket Fakultas, itulah Barra. Tak heran jika dirinya menjadi cowok idola di kampusnya. Namun semenjak duduk di bangku kuliah hingga sekarang semester 5 dirinya tak pernah menjalin hubungan serius dengan cewe manapun. Meski selalu saja ada cewe yg berusaha menempel padanya tapi tak pernah ada yg menjadi pacarnya.
Hingga seorang mahasiswi baru membuat dirinya penasaran pada pertemuan pertama mereka. Karena satu dan lain hal mereka pun menjadi dekat.
Akankah Barra jatuh cinta padanya? Mungkinkah mereka berjodoh?
Yuk ikutin kisahnya.. cerita ringan dengan konflik santai. Pokoknya lebih banyak yg manis-manisnya soalnya author ga terlalu suka kesedihan. Hehe..
Biar tambah seru baca juga kisah sebelumnya di karya “Jodohnya Caca.”
Update setiap hari Senin, Kamis
Selamat membaca…💙
Disarankan bijak dalam membaca karena banyak yg sinopsisnya hampir sama tapi isinya berbeda ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clairecha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Enam
Caca mengekori Barra menuju motor hitamnya dimana hanya baru Caca, cewe satu-satunya yg menaikinya. Hal ini jugalah yg membuat Alex berpikir Barra mengincar Caca untuk dijadikan kekasihnya.
Caca menarik-narik ujung jaket Barra.
“Apa?” sinis Barra dengan wajah tidak bersahabat, sengaja ingin menggoda Caca.
“Ikuutt…” sahut Caca malu-malu.
Caca tak mau ditinggal lagi disana sendirian dan harus pulang menuju asrama dengan berjalan kaki. Sebenernya jarak Cafe Bata dan asrama tak terlalu jauh, malah bangunannya pun terlihat.
Tetapi jalan yg dilewati menanjak dan harus berputar karena masuknya melalui gerbang universitas dan memang letak asrama berada di dalam lingkungan universitas.
Barra terkekeh melihat Caca yg malu-malu tapi mau. Sore ini dia sukses membuat Caca tak berdaya, benar-benar mati kutu dibuatnya.
Helm imut yg telah lama Barra siapkan untuk calon pacar pun akhirnya dipakai juga. Dia memakaikannya pada Caca dengan sangat hati-hati. Untung ukurannya pas, sengaja dibeli custom kepada temannya yg mempunyai bengkel motor serta assesorisnya.
Caca mendongak memperhatikan wajah tampan yg begitu dingin namun berkharisma. Siapa sih yg bakal nolak dia klo nyatain cinta, eh ga nyatain cinta juga cewe-cewe udah pasti mau kan klo dia cium.
Ah…! Lagi-lagi pikiran Caca bertraveling kesana. Gimana ga kepikiran kesana kini bibir Barra berada didepan matanya. Belum lagi wangi parfumnya yg menyeruak membuat Caca terhipnotis hampir saja memegang bibirnya.
Untung Barra keburu menatapnya tajam, menyadarkan dirinya yg terbuai dalam lamunan. Tangan Caca yg sudah terangkat sebelah akhirnya hanya menepuk pipi Barra tak jelas.
“Ada nyamuk!” sahut Caca.
Barra yg merasa tak ada apa-apa di pipinya mengernyitkan dahinya. Merasa suasana sudah tak beres, Caca segera mendorong Barra untuk segera menaiki motornya.
“Udah ayoo jalan, keburu malem!” sahut Caca lagi yg lalu naik di belakang Barra.
“Pegangan yg kuat!” sedikit berteriak Barra berkata pada Caca karena angin yg menerpa mereka membuat percakapan diatas motor kurang terdengar.
“Ga usah kenceng-kenceng..! Selow.. aja, selow…!” Caca menimpali.
“Tadi nyuruh buru-buru..” ketus Barra yg dibalas Caca dengan terkekeh geli mengingat kelakuannya sendiri.
Langit senja itu begitu ceria, seceria hati Barra. Akhirnya cewe yg membuatnya penasaran di kampus itu kini tengah diboncengnya dan yg paling penting semoga dia benar-benar berjodoh.
Barra selalu berharap Caca pun mempunyai perasaan yg sama dengannya. Semoga dia dan Evan hanya sebatas teman. Semoga kedekatan ini bisa terus terjalin selamanya.
Sampailah mereka kini di depan pintu utama asrama yg cukup lebar. Barra hanya berhenti sejenak menurunkan Caca disana, tidak ditempat parkir asrama karena dirinya akan melanjutkan perjalanan.
Barra memegangi tangan Caca kala turun dari motornya. Barra masih menunggui Caca dengan duduk tegap diatas motor hitamnya yg sangat elegan. Caca kini berdiri di sampingnya berusaha membuka helmnya yg terkunci safety.
“Sini gw bantu..” sahut Barra sambil menarik pinggang Caca dengan sebelah tangannya. Caca pun terseret lebih mendekat ke arahnya. Barra mulai membuka pengail di helmnya dengan tampang dinginnya.
Hati Caca mendesir dibuatnya, degup jantungnya kembali berlari kencang tak karuan. Setelah helmnya terlepas, Caca menggeleng-gelengkan kepalanya berharap otaknya kembali jernih.
“Kenapa lu?” tanya Barra lagi melihat tingkah aneh Caca.
Caca pun terdiam, gegara menggelengkan kepala tak jelas membuat rambutnya berantakan hingga menutupi wajahnya. Dengan refleks Barra malah merapikan rambut Caca dengan penuh kelembutan.
Sontak membuat Caca tambah gugup, Barra kembali berhasil membuatnya salah tingkah. Tak ingin membuat Caca semakin grogi, Barra memutuskan untuk pulang sekarang. Masih banyak waktu membuat Caca tak bisa lagi menolak dirinya, begitu pikir Barra.
“Gw balik yaa..!” sahut Barra dengan penuh kelembutan, tak lupa senyum manis terpampang di wajah tampannya.
“Emm..” jawaban singkat Caca menahan gejolak di dadanya. Kebahagiaan yg terpancar dibalik muka Caca yg imut sudah tak bisa lagi disembunyikan. Walau dia berusaha keras untuk bersikap biasa tapi mata itu dan air mukanya sungguh luar biasa.
Barra melajukan motornya pelan, dan Caca melambaikan tangannya sambil senyam senyum tidak karuan. Dia sampai lupa berterimakasih pada Barra telah mengantarnya. Setelah punggung Barra kian menjauh Caca pun memasuki ruang loby asrama yg langsung nyambung dengan kantin.
Disana tampak Elzi dan Bu Mimi sedang tersenyum menggoda ke arah Caca. Caca tak sadar klo mereka berdua sedari tadi memperhatikannya saat bersama Barra.
“Cieee…! Kayanya bentar lagi ada yg melepas jabatannya sebagai bocil alias bocah tengil nih…” ledek Elzi.
“Sial lu! Bocil.. bocil..!” Caca menggerutu tak terima dikatai itu.
“Yaa kan emang bener.. sapa lagi coba yg ga pernah pacaran kan cuma bocil, anak sd aja jaman sekarang udah sayang-sayangan..” Elzi tak mau kalah.
“Neng! Ganteng beneeerrrr… Bu Mimi mah langsung mendukunglah, pokonya mah best, mantap!” Bu Mimi ikut menimpali.
“Ngomongin apaan sih?” pura-puranya Caca.
“Halaahh.. ga liat lu muka tuh cowo tadi sumringah banget! Jangan-jangan udah jadian lagi yaa…?” telisik Elzi penuh penekanan.
“Jadian apaan sih? Yg ada gw kena hukuman muluk! Mulai besok kudu ikutan latihan basket lagi! Ah… sebel!” Caca memberengut.
“Duh..duh..duh.. dasar bocil nih bener-bener! Gatau apa klo itu tuh modus.. modus biar bisa deket-deket terus sama lu! Hadehhh… sebel dimulut, di wajah sumringah!” Elzi yg lihat sikap Caca geremetan, emang dasar Caca terlalu polos nih!
“Kumaha atuh sama A’Evan..?” tanya Bu Mimi.
“Ah.. dia mah cuma buat sandaran doang! Klo buat pegangan mah ga akan sanggup nih bocah terlalu banyak ujiannya Bu Mimi. Bakalan kesian entarnya, Evan tuh cowo yg baik ke semua cewe..” Elzi yg menjawabnya dan Caca hanya manggut-manggut.
“Yaudah neng Caca kapan-kapan kenalin bawa sini ngopi di kantin Bu Mimi..”
“Yaa.. kapan-kapan Bu Mimi belum kepikiran. Lagian juga dia sama banyak cewenya! Baik gini cuma biar gw ikutan lagi basket kan mu ada pertandingan universitas!”
“Asyik lu bakalan masuk tim inti Ca bareng gw?” Elzi begitu semangat.
“Katanya sih gtuh… Baiknya dia cuma demi basket! Padahal ada gw juga belum tentu bakal menang! Bikin beban aja…” Caca kembali mencebikkan bibirnya yg lalu dicomot Elzi gemes.
“Ga usah dimonyong-monyongin kaya gini depan tuh cowo, disamber baru tau rasa lu!” sahut Elzi sambil tertawa beranjak darisana bergegas menuju kamarnya.
“Eh.. zi.. iyaa gw ada cerita… ah… gilaa aja pokonyaa… tunggu…!” teriak Caca sembari bergegas sedikit berlari menyusul Elzi dan pergi meninggalkan Bu Mimi sendiri.
...****************...
Thankyuuu💙
btw aku juga punya karya Thor kalau boleh mampir ya Thor kita saling mendukung kiw kiw 😘😘