"Daripada lo nyuruh gue keluar, mending lo buruan pakai baju sebelum ada setan dateng. Kita udah di tungguin di bawah!" saut Boy menghela napas nya berat.
"Ya elo setan nya!" seru Chyra dengan kesal.
"Jangan mancing kesabaran gue Ra, jangan sampai gue perkosa lo kalau lo kelamaan telanjang begini!" ucap Boy datar menatap Chyra yang masih berada di dekat pintu kamar mandi.
"Sumpah, lo itu kakak terbangsat yang gue punya!" saut Chyra dengan begitu kesal.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy_Ar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
...~Happy Reading~...
“Auwwsshh!” Chyra langsung memekik, saat Boy membersihkan luka di tangan nya.
“Sakit hiks hiks,” Chyra terus terisak saat Boy membersihkan luka nya.
Awal nya, Boy sudah mengajak Chyra untuk ke rumah sakit. Namun gadis itu menolak dan meminta agar Boy membeli obat di apotik saja.
Maka dari itu, kini Boy mengajak Chyra untuk mampir di sebuah kafe yang terbilang cukup private agar bisa mengobati luka Chyra.
Bukan hanya luka di fisik namun juga luka hati. Boy sedikit menyesal karena sejka pagi terus mendiamkan Chyra, bahkan saat di sekolah.
Boy terus menghindari Chyra karena merasa cemburu dengan kedekatan kekasih nya dengan sang kakak.
Hingga, saat jam pulang sekolah Chyra memilih menaiki taksi dan kembali mendatangi rumah ibu Jihan. Tanpa sepengetahuan nya, bahwa By khawatir dan mengikuti Chyra dari belakang.
Awal nya,Boy juga tidak ingin masuk. Ia hanya duduk di atas motor sambil menunggu tak jauh dari rumah ibu Jihan. Karena Boy ingin memberikan ruang kepada Chyra.
Namun ternyata, karena sudah cukup lama Chyra tak kunjung keluar, akhirnya Boy memutuskan untuk masuk. Dan betapa terkejut nya ia saat masuk dan melihat Chyra terluka.
Kalau saja, Chyra tidak melarang nya. Mungkin tadi Boy sudah mengamuk dan menghancurkan isi rumah milik ibu Jihan. Namun Chyra yang sudah hafal dengan sifat nya, langsung mengajak nya pergi dan mengajak nya pulang.
“Jangan ke sana lagi, kalau hanya akan buat kamu terluka. Aku khawatir,” lirih Boy sambil menggenggam tangan Chyra yang sudah terbalut perban.
Bukan terharu melihat gumaman dan perhatian Boy, kini justru Chyra malah menatap laki laki itu dengan ekspresi wajah datar nya. Ingin marah dan mengamuk, namun tangan nya sakit.
“Jangan menatap ku begitu Ra, aku beneran khawatir sama kamu. Aku sayang banget sama kamu, dan aku gak mau kamu terluka kaya gini lagi, plis dengerin aku. Kemana pun kamu pergi, ajak aku. Jangan pergi dengan laki laki lain apalagi sendiri,” imbuh Boy panjang lebar namun tetap membuat wajah Chyra tak berubah.
Gadis itu masih menatap laki laki di depan nya dengan ekspresi datar, “Kamu minta di apain sih Boy?”
“Cipookk!” jawab Boy spontan seketika membuat mata Chyra membulat dengan sempurna.
Chyra langsung menoleh ke arah samping kanan dan kiri, berharap tidak ada yang mendengar jawaban dari Boy beberapa detik yang lalu. Dan beruntung nya, memang keadaan kafe sedang sepi tidak terlalu ramai.
Di tambah, setiap tempat duduk di sana terbilang cukup jauh dan memiliki sekat sendiri berupa pot dan dekorasi sehingga percakapan mereka tidak akan terdengar oleh pengunjung lain. Kecuali ada yang berjalan di sekitar mereka, maka pasti akan mendengar.
Bug!
"Sakit Ra!" pekik Boy saat mendapatkan sebuah pukulan maut dari kekasih nya.
"Makanya, mulut itu di filter. Gak lihat ini tempat umum!" cetus Chyra berdecak kesal.
“Aku itu kangen banget sama kamu Ra,” imbuh Boy dengan wajah tanpa dosa nya terus menggenggam tangan Chyra.
Gadis itu langsung menghela napas nya dengan berat, ia memejamkan mata lalu membuka nya, “Bisa di ganti gak sih perban nya?” tanya Chyra pada akhirnya.
“Makasih Ra, bilang makasih kek. Kenapa malah minta ganti, kamu tahu kan aku susah payah loh buat perban ini,” tolak Boy sambil menggelengkan kepala nya sambil memanyunkan bibir kesal.
Hampir satu jam dirinya mem perban luka di tangan Chyra dengan penuh hati hati dan kasih sayang.
Dan setelah selesai, justru Chyra ingin mengganti nya lagi, bukankah itu kurang ajar? Tidak menghargai usaha nya sama sekali.
“Makasih Boy, makasih banget karena kamu sudah mau mengobati luka ku. Tapi—“ Chyra kembali memejamkan mata sambil menarik napas nya panjang.
“Tapi gak kaya gini juga Boy!” imbuh Chyra frustasi melihat perban di tangan nya yang terlihat begitu menyebalkan bagi nya.
Bagaimana tidak, jika Boy memasangkan perban hingga setengah lengan nya. Padahal, yang luka hanya telapak tangan.
Tak hanya itu, bahkan Boy juga memasangkan plester warna warni bermotif kartun dari ujung telapak tangan hingga siku nya.
Chyra merasa seperti orang patah tulang, padahal tangan nya hanya terkena pecahan gelas saja.
...~To be continue ......