Kisah Klasik Pernihakan

"Apakah biaya yang dikeluarkan tidak terlalu membengkak dengan tim sebanyak itu?” tanya Ayumi, seorang guru mata pelajaran ekonomi.

“Iya, mending kalau hasilnya langsung kelihatan, lah ini kan ga tahu” ujar guru yang lainnya.

“Kalau harus nunggu sampai 3 tahun baru bisa juara, kenapa tidak nanti saja?”

“Kalau menurut saya uangnya lebih baik dipakai untuk peningkatan sarana dan prasarana saja pak”

“Ya, saya setuju dengan bu Ayumi.”

Maria menghela nafas,

Guru guru itu adalah guru guru baru di IBS, mereka bahkan baru lulus kuliah keguruannya. Namun dengan perasaan iri dan dengki mereka berniat menjatuhkan Maria.

Sayang sekali tak ada satupun teman angkatan mereka yang menjadi guru, jika ada, mungkin Maria akan mengajak angkatannya saja untuk menjadi guru disini.

Saat ini mereka sedang melakukan rapat evaluasi per 4 bulanan.

“Saya tidak masalah jika menggunakan uang pribadi saya pak.. Namun dengan syarat dan ketentuan tentunya, dan suami saya yang nanti akan menentukan syarat dan ketentuannya.” Maria menjelaskan.

“Tak apa Bu Mar, pesan dari pak David adalah berapapun yang diminta oleh ibu selaku kepala Binpres sekolah maka kami harus memberikannya..”

“Namun yang ingin saya tekan kan mungkin disini bahwa jabatan ibu bukan hanya tentang prestasi bidang OSN atau akademik saja, namun juga dengan prestasi bidang non akademik. Termasuk OSIS” peringat Pak Guntur. Sekarang beliau sudah menjadi kepala sekolah di IBS.

Maria mengangguk lagi,

“Dengan terbentuknya tim OSN ini, saya sudah bisa melepas mereka agar berjalan sesuai dengan sistem yang sudah saya buat. Selanjutnya tentu saya akan membuat tim non akademik nya juga dengan berkoordinasi dengan para pembina ekskul termasuk pembina OSIS.. mengingat saat ini baik itu ekskul maupun OSIS masih proses perekrutan, maka saya akan mendampinginya sampai mereka mempunyai sistem yang bisa berjalan sendiri” jelas Maria panjang lebar,

Dia paling tidak suka diremehkan, namun dia juga tak mau menjatuhkan orang lain dengan sengaja.

“Tapi dengan biaya pelatihan OSN saya rasa semuanya bisa sedikit dipangkas, mengingat anda mengajukan semua bidang..”

“Bisa, dengan cara membebankannya kepada orang tua murid. Silahkan bapak kepala sekolah yang mengatur pertemuan dengan orang tua siswa. Saya akan memfasilitasi, kebetulan pelatih pelatih OSN kita juga merupakan guru les bimbel yang sedang saya rintis, tentunya dengan beberapa MOU antara sekolah dan bimbel saya. Silahkan bicarakan dengan suami saya..” balas Maria sedikit sombong

“Cihh emang suaminya siapa sih? Sampai segitunya!” ucap Bu Ayumi

“Iya! Paling juga buncit dan gendut! Hahaha”

“Ga mungkin kan sama yang ganteng kalau masih muda gini udah nikah!”

“Dijodohin atau di pakai Nebus hutang tuh pasti!”

Para guru gen Z tadi tertawa bersama sambil berbisik bisik.

“Baiklah ide yang bagus, kita bisa masukan itu ke program nantinya.. Anda bisa membuat janji temu antara saya dan suami anda bu?” tanya pak Guntur, antara bangga dan juga segan melihat Simon yang sekarang.

Maria mengangguk,

“Tentu, pak.. Nanti saya minta asistennya untuk menjadwalkan..”

“Baik, ada lagi sanggahan dan usulannya ibu ibu?” tanya pak Guntur.

Ayumi kembali mengangkat tangannya

“Bagaimana dengan program prestasi OSIS?”

“Sejauh ini bellum ada prestasi yang ingin di raih oleh mereka di luar sekolah, saya akan fokus membenahi didalam nya dulu seperti administrasi dan lain lain. Kita lihat saja 6 bulan kedepan.. “

Maria melirik jamnya,

“Mohon maaf sebelumnya, tapi waktu saya hanya tinggal 5 menit, jika masih ada yang ingin ditanyakan mungkin bisa kepada asisten saya saja, karena suami saya sudah menjemput di depan..” jelas Maria.

“Ah iya, tidak apa apa bu, silahkan..” ucap pak Guntur, sungguh regenerasi staf dan guru yang ada di IBS benar benar membuat Maria kesal, karena guru guru sekarang hanya berusia 1-3 tahun diatasnya. Sementara pak Guntur yang dulu merupakan kesiswaan sudah menjadi kepala sekolah.

“Maaf kan mereka, mereka ga tahu kalau kamu itu..”

“Tidak apa apa pak, tolong tak usah memberitahu mereka..” sela Maria cepat.

“Bapak juga, ga perlu segan sama saya, bersikaplah selayaknya atasan..”

“Mana saya berani.. Kalau bukan karena Simon mungkin saat ini saya tak akan menjadi kepala sekolah”

“Jangan begitu, bapak memang layak..”

“Saya permisi ya pak, kak Mon udah nunggu di parkiran..”

Pak Guntur mengangguk.

Maria masuk kedalam mobil fortunernya.

“Assalamualaikum suamiku,” ucapnya serasa menutup pintu mobil

“Waalaikumsalam istriku, mau makan Dimana kita?” tanyanya tersenyum

“Resto Borneo?”

“Oke gas!” ucap Simon, dia mengelus kepala istinya sekilas lalu mencium kening dan pipinya gemas

“Padahal cuma 3 jam ga ketemu tapi kanngen banget!” ucapnya lalu mulai memarkirkan mobilnya.

Cup

Maria mengecup pipi suaminya.

“Kangen juga, apa nanti aku kerjaannya ngintilin kakak aja gtu?”

Simon tertawa.

“Begitu lebih baik..” ujarnya sambil mengelus pelan pipi sang istri.

“Setelah ini aku diminta menyusun program untuk OSIS dan juga ekstra kulikuler, dulu kakak di OSIS kan? Bisa bantu aku?” tanya Maria

Simon mengernyit,

“Kenapa sampai itu juga? Bukannya hanya pembina OSN?”

Maria menggeleng

“Banyak guru yang tak setuju jika aku hanya memegang OSN. kata mereka jika aku memang mahir, kenapa ga memajukan seluruh prestasi sekolah..”

“Tapi aku sudah baca kontrak yang kamu tanda tangani dengan om Dave, semuanya ga ada yang mengarah ke tambahan selain OSN..”

“SK baru akan nyusul, pak Guntur yang mengatur semua itu,”

“Kenapa diam saja?” ujar Simon tak terima. Karena pasti Maria akan lebih sibuk

“Ga ada gunanya melawan.. Karena keputusan yang diambil adalah keputusan forum”

“Tapi kamu bisa menunjukkan kontrak kerja kamu”

“Dan selamanya dimusuhi rekan kerja?”

Simon kembali menghela nafas,

“Jangan samakan dengan dunia bisnis kak, kadang dunia pendidikan memang seperti ini.. “

“Tapi…”

“Aku akan dapat kontrak kerja sama ekslusif dengan IBS terkait bimbel yang akan kita rintis.. Aku rasa itu sepadan kan?”

Simon menggeleng, tak habis fikir dengan kebaikan Maria,

“yasudah , kalau cape bilang atau suruh Clara saja.. Jangan terlalu sibuk aku ga mau kamu ngurangin jatah aku akibat kesibukan kamu”

Cup,

Maria mengecup bibir suaminya sekilas,

“Ingaatkan aku kalau aku terlalu sibuk”

Simon tersenyum lau meraih kembali tengkuk istrinya dan menciumnya.

“Love you..”

“Me too”

****

“Kak,..” Maria meringsek kearah suaminya yang sedang membaca berkas

“Hmm?” Simon menjawab sambil menutup berkasnya. Memusatkan perhatian penuh pada istrinya.

“Aku udah bikin jadwal ekstra kulikuler. Menurut kakak gimana?” tanya Maria

Simon meraih ipad itu lalu membacanya sekilas.

“Kamu udah pelajari kegiatan mereka selama ini?” tanya Simon

Maria mengangguk.

“Sudah, target dan prestasi mereka juga sudah aku pelajari.. Tapi..”

Simon memeluk istrinya dan mengecup puncak kepala Maria dengan sayang

“Kenapa hm?”

“Aku ga ngerti beberapa olahraga..”

Simon mengubah posisi mereka sehingga berhadapan.

Dia meraih tangan istrinnya lalu mengecupnya, Maria tersipu.

“Ga usah dipelajari semua, yang penting ketahuan pola nya kan? Lihat beberapa prestasi yang sering di raih lalu bandingkan dengan prestasi selanjutnya. Adakan pertemuan dengan para pelatih ekskul, satu satu.. Kamu bisa minta tolong Clara untuk menanyai mereka atau sama kamu sendiri..”

“Jadi jangan pas rapat umum?” tanya Maria

“Sebelum rapat umum, ada baiknya kamu samperin mereka satu satu agar kamu tau kebutuhan dan kendala mereka.. Jangan lupa sambil promosi CC fashion..”

Maria mengangguk lalu memeluk sang suami.

“Makasih, “

“Kamu tahu kan makasih aja ga cukup?” Simon mengerling dan Maria tentu saja tak dapat menolak ajakan ibadah yang satu itu.

Setelah selesai melakukan ibadah suami istri mereka, Simon kembali mengecup kening Maria. Dia lalu kembali meraih berkas yang tadi sedang dia pelajari. Bidang retail memang tak asing, namun karena selama 2 tahun ini dia lebih banyak menangani proyek kontruksi dan juga properti. Belum lagi tentang produksi barang barang yang merupakan kebutuhan kebersihan sehari hari membuat Simob Beberapa kali menghela nafas sambil terus menfokuskan diri.

Maria datang dengan segelas kopi ditangannya.

“Mau aku bantu?” tanyanya.

Simon tersenyum

“Boleh, sini”

Maria duduk di sofa itu dan Simon merebahkan dirinya di pangkuan Maria, dengan lembut Maria memijit kening suaminya.

“Pasti penuh banget ya ini” ucapnya sambil mengelus kepala sang suami

“Hmm… kalau gini kayaknya aku ga belajar tapi malah tidur” ucap Simon

Maria tertawa.

“File perusahaan kakek Sahid..” jelas Simon, dia lalu membaca halaman demi halaman sambil sesekali menikmati elusan lembut sang istri.

“Jadi kakak langsung mau ke kursi CEO?” tanya Maria,

“Iya, mau tak mau.. Perusahaan selama ini masih bertahan karena suntikan dana dari perusahaan papa ternyata. Jika tidak maka..”

“Aku ga yakin akan mampu sebenarnya, kamu tahu sendiri kan selama ini aku ga pernah mengelami krisis..”

“Tapi kakak kan belajar menghadapi krisis?”

“Ya, Mata kuliahnya memang ada.. Tapi pada prakteknya tentu saja tak semudah itu”

“Apa aku bisa bantu?” tanya Maria

“Tentu, tetaplah disisi ku, tetaplah seperti ini.. Aku sayang kamu..” Simon meraih tengkuk istrinya dan menciumnya mesra.

“K..kak..”

“Hmm? Aku udah wudhu jika kita ingin mengulanginya,” jawab Simon, matanya sudah berkabut gairah lagi

Dan lagi, mereka mengulangi ibadah indah sebagai suami istri.