NovelToon NovelToon
Soulmate

Soulmate

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Karir / Persahabatan / Romansa / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: sJuliasih

Perjalanan kisah romansa dua remaja, Freya dan Tara yang penuh lika-liku. Tak hanya berasal dari latar belakang yang berbeda, mereka juga harus menelan kenyataan pahit saat harus berpisah sebelum sempat mengutarakan perasaan satu sama lain. Pun mereka sempat saling melupakan saat di sibukkan dengan ambisi dan cita-cita mereka masing-masing.

Hanya satu yang akhirnya menjadi ujung takdir mereka. Bertemu kembali atau berpisah selamanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sJuliasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

"Ta... Tara..?!"

"Jaga ucapan lo! Lo pikir lo lebih baik dari Freya?" Kini Tara berada di antara kedua gadis itu.

"Gue... Cuma..."

"Sekali lagi lo menganggu Freya, lo berurusan sama gue!" seru Tara dengan tegas.

"Ayo Frey." Tara menarik lengan Freya dan berlalu dari hadapan Intan.

Setelah cukup jauh, Freya berusaha melepas lengannya dari genggaman Tara.

"Lepasin gue, Tar!" pintanya.

Tara pun menurut. "Seragam lo gimana?" tanya nya menaruh rasa khawatir.

"Nggak papa kok. Gue lap pake tisu basah juga bakalan bersih." jawab Freya santai.

"Yakin lo?!

Freya hanya mengangguk.

"Freya...." Hana dan Risa berteriak seraya menghampirinya.

"Lo pada ngapain ke sini?" tanya Freya.

"Seharusnya kita yang nanya sama lo. Lo ngapain di sini? Kita itu udah nungguin lo dari tadi." jawab Risa.

"Gue... Tadi...."

"Terus itu seragam lo kenapa jadi bermotif gitu?" potong Hana seraya mengernyit saat menyadari seragam sahabatnya terdapat beberapa corak berwarna coklat.

"Itu ulahnya Intan. Makanya lain kali lo jagain Freya baik-baik." Tara membuka suara yang membuat Hana dan Risa terperangah.

'Bahkan suara lo aja bisa bikin gue candu, Tar.' batin Risa.

'Kenapa suara Tara berasa ngajak gue berumah tangga ya?' suara hati Hana tak mau kalah.

"Hmm... Guys..." Freya berdehem pelan berharap kedua sahabatnya mengalihkan pandangan dari wajah Tara.

"Yaudah gue cabut ya. Dan sekali lagi, lo berdua jagain Freya baik-baik." ucap Tara.

"Iya sayang... eh... iya Tara." sahut Risa keceplosan.

Tak tahan melihat tingkah kedua sahabatnya, Freya pun tertawa kecil hingga membuat lesung pipi di wajahnya terlihat jelas.

Seketika Tara menoleh, menatap wajah Freya dengan lekat. Kini Tara mengerti, kenapa Freya sangat jarang tersenyum apalagi tertawa. Bagi Tara, Freya terlihat sangat manis. Dan ia yakin senyum maupun tawa Freya akan memikat hati siapa pun yang melihatnya.

"Lo tenang aja beb, eh Tar. Freya bakalan aman sama kita." Hana menimpali dan malah menuruti ucapan Tara.

Tak merespon, Tara masih terhanyut dengan pesona wajah Freya. Sadar di perhatikan, Freya akhirnya menoleh. Netra mereka pun lagi-lagi bertemu.

"Lo... lo nggak jadi cabut?" tanya Freya untuk menutupi rasa gugupnya.

"Oh... Hm... iya. Ini gue mau cabut." dengan tergugu Tara menjawab. Dadanya entah kenapa tiba-tiba berdegup hebat. Tanpa berkata apapun lagi, Tara berlalu dari hadapan ketiga gadis itu.

"Guys, bawa gue ke uks." celetuk Risa seraya menatap kepergian Tara.

"Uks mah nggak mempan. Ke RSJ mau lo?" cercah Freya. Ia tau sahabatnya itu mengidap penyakit 'gila'. Dan Tara lah yang menyebabkannya.

"Jahat lo Frey.!" Risa tak terima.

"Lo pegang dada gue deh Frey, rasanya kayak mau meledak." Hana bergumam seraya membayangkan wajah Tara yang padahal baru saja berlalu.

"Petasan dong, meledak!" sahut Freya.

"Udah lah guys, lo berdua mau tetap di sini apa ke kafetaria?" sambung gadis itu lagi.

"Ke ruang osis boleh nggak sih? gue pengen ketemu Tara." ujar Risa.

"Terserah. Capek gue sama tingkah lo berdua." Freya pun memilih pergi dari hadapan kedua sahabatnya.

"Frey, tungguin kita!" Hana dan Risa pun bergegas menyusul langkah gadis berkucir satu itu.

Setiba di kafetaria, Freya menghampiri meja yang di tempati Andre. Ia memilih duduk di hadapan lelaki yang wajahnya sedikit mirip dengan Tara. Jelas saja, karena keduanya memang terikat hubungan persaudaraan.

"Cepet banget sih jalan lo Frey!" ujar Risa seraya mengatur nafasnya yang berlomba.

"Tau nih, gue sama Risa sampe kualahan ngikuti langkah lo." Hana menimpali.

Freya tak menggubris.

"Lo bertiga ngapain aja di toilet? Lama banget. Itu seragam lo kenapa, Frey?" cercah Andre.

"Abis nge tie dye seragam gue tadi makanya lama." jawab Freya.

"Gue serius Frey!" Andre berdecak kesal.

"Sebenarnya lo ada masalah apa sih sama Intan? sampe dia seberani itu nyiram seragam lo pake kopi." tanya Hana.

"Entah lah. Gue juga nggak ngerti." sahut Freya datar.

"Lo sih ngedeketin Tara. Ya jelas marah lah si cewek gila popularitas itu." kata Risa.

"Tapi ya setau gue, Tara itu nggak ada hubungan apa-apa sama cewek manapun, termasuk Intan." tukas Andre.

"Ck... Sok tau banget lo." Hana berdecih.

"Tau lah, gue kan sepupunya!" akhirnya Andre membuka rahasia yang selama ini berusaha ia tutupi dari ketiga sahabatnya.

"Hah?!" Ketiga gadis itu seketika terperenyak kaget.

"Kalo kata gue mah nggak mungkin." Risa menggelengkan kepala seraya menatap wajah Andre. Pun sama dengan Hana yang duduk tepat di sebelah Andre. Ia memperhatikan setiap lekuk wajah lelaki itu yang memang benar memiliki sedikit kemiripan dengan Tara.

"Syok banget gue, sumpah.!" Hana membuka suara sambil memegang dadanya.

"Gue ingetin ya dari awal. Jangan karna Tara nggak bisa lo gapai, terus lo pada jadi berubah haluan dan malah ngincer gue. Gue nggak mau ya, gue takut persahabatan kita jadi renggang." seru Andre dengan percaya diri.

"Apaan sih lo Ndre. Over banget lo." celetuk Hana yang langsung memalingkan wajah.

Walau Freya sama kagetnya dengan Hana dan Risa, namun ia memilih tak merespon apapun. Freya lagi-lagi hanya tersenyum melihat reaksi Hana dan Risa. Kedua sahabat centilnya itu memang paling tidak bisa membahas hal apapun yang bersangkutan dengan Tara.

**

Sepulang sekolah, usai menyimpan alat tulisnya ke dalam tas, Andre yang memang sudah berjanji akan mengantarkan Freya pulang bergegas menghampiri meja sahabatnya itu.

Kalimat ajakan yang di lontarkan oleh Andre, berhasil di dengar oleh Hana dan entah kenapa membuat gadis itu memberengut kesal.

"Tapi gue mau ke perpus dulu Ndre." ujar Freya.

"Nggak masalah, ayo gue temeni." sahut Andre.

Dalam keadaan suasana hati yang tiba-tiba saja memburuk, Hana pun menghampiri ke tiga sahabatnya.

"Gue duluan ya guys." pamitnya dengan raut wajah datar.

Andre dan Risa hanya mengangguk.

"Lo kenapa Han?" tanya Freya yang peka.

Hana menggelengkan kepala seraya tersenyum kecut.

"Nggak pulang bareng kita aja?" tanya Freya lagi.

"Mana bisa Frey. Bertiga gitu maksud lo? Nggak mau gue." kata Andre dengan sinis.

"Nggak gitu juga maksud gue, Ndre. Iya kali kita bertiga naik motor lo. Maksud gitu itu, lo pulang bareng Hana, dan gue biar bareng sama Risa." sambung Freya. Ternyata Freya begitu cepat menyadari jika Hana, menaruh perasaan kepada Andre. Entah sejak kapan. Yang pastinya Freya tak ingin menjadi tembok penghalang bagi Hana.

"Atau gimana Han kalo lo sekalian pulang bareng kita aja naik mobil gue?!" Risa menimpali.

"Gue.... Gue bareng lo aja boleh nggak, Ndre? Soalnya nggak enak gue ngerepotin lo Ris. Lagian rumah kita kan nggak searah." Hana tak mampu lagi membendung keinginan hatinya untuk berdua saja, dengan Andre.

Satu fakta tentang Hana yang tak di ketahui oleh ketiga sahabatnya adalah soal perasaannya ke Andre. Ia memang menyukai Tara, tapi perasaan suka itu hanya sebatas rasa kagum saja. Sedangkan pada Andre, Hana merasa ada sesuatu yang berdebar hebat di dadanya setiap kali berada di dekat sahabatnya itu.

"Yaudah deh." jawab Andre yang merasa tak enak menolak Hana. Bagaimana pun juga gadis berlensa itu juga sahabatnya.

Bukan Freya and the geng's, jika tidak riweuh dalam segala hal. Bahkan untuk pulang saja, bisa-bisanya mereka berdebat terlebih dahulu.

Usai Andre dan Hana berpamitan, Freya yang di temani oleh Risa pun bergegas ke perpustakaan. Ada beberapa buku yang harus ia jadikan referensi untuk belajar selama akhir pekan nanti.

Saat melewati ruangan osis, langkah Freya terhenti. Garis takdir seolah memang ingin menghubungkannya dengan Tara, sang ketos yang kini berdiri tepat di hadapannya.

"Mau kemana lo?" tanya Tara.

"Ke perpus." jawab Freya singkat.

"Gue temeni ya!" sambung Tara dan dari tatapan matanya ia tampak tulus dengan ucapannya.

"Nggak perlu." tolak Freya.

"Udah terima aja Frey." bisik Risa namun tetap terdengar hingga telinga Tara.

"Oiya, sekalian gue anterin lo pulang gimana?" Tara tak ingin membuang kesempatan.

"Tapi gue...."

"Nggak papa kan kalo gue pulang bareng Freya?" potong Tara, menatap Risa seraya mengulas senyum tipis. Tara keterlaluan, karnanya, hampir saja Risa pingsan di depan ruang osis.

"I... i..iya boleh kok Tar." Risa masih tak percaya jika Tara tersenyum kepadanya.

"Yaudah Frey, yuk gue temeni ke perpus dulu." tukas Tara dengan sumringah.

Freya masih terdiam. Ia bingung mau beralasan apalagi untuk menolak tawaran Tara.

"Frey, gue balik duluan ya." Risa yang langsung mengindahkan perkataan Tara, buru-buru menarik diri.

"Gue... Ris.. Tapi kan....."

Helaan nafas Freya terdengar kasar ketika Risa memilih meninggalkannya.

"Jadi ke perpus kan Frey?" Tara membuat Freya menoleh lalu mengangguk.

Tak banyak kata yang keluar dari mulut keduanya selama menuju ke perpustakaan. Kedua remaja itu sibuk berdialog dengan isi kepala mereka sendiri.

Freya mulai memilah dan mencari beberapa buku begitu tiba di perpustakaan. Sedangkan Tara dengan setianya mengikuti kemanapun gadis itu melangkah.

Tiga buku tentang panduan belajar sudah berada di tangannya. Kini hanya tersisa dua buku lagi yang belum ia temukan. Kedua netra Freya dengan telitinya mulai menyapu setiap rak buku yang saling bersisian.

"Akhirnya ketemu juga." gumam Freya saat indra penglihatannya menangkap sebuah buku yang memang ia cari.

Freya sedikit menjinjit dan dengan payah ia berusaha meraih buku yang terdapat di rak paling atas.

"Lo kalo nggak bisa, jangan sungkan minta tolong sama orang lain." tukas Tara seraya meraih buku yang tak bisa Freya capai.

'Atur nafas lo, Frey. Keep calm!' monolog Freya dalam hati.

Aroma parfum Tara yang maskulin menguar bebas memenuhi indera penciuman Freya, ketika lelaki berpostur tubuh tinggi itu berdiri tepat di belakangnya. Otot lengan Tara yang terbentuk sempurna dan di penuhi urat-urat yang timbul di permukaan kulitnya, bahkan bisa Freya lihat dengan jelas.

Freya menelan salivanya beberapa kali. Nafasnya menderu bersamaan dengan degupan jantungnya yang berpacu cepat. Secepat mesin motor Andre yang melaju kencang waktu itu.

"Ini." Tara menyerahkan buku yang di pegangnya kepada Freya.

Jemari Freya mendadak mengalami tremor tanpa ia sadari. Mungkin itu efek dari perasaan aneh yang tiba-tiba saja muncul di hatinya.

"Lo kenapa Frey?" tanya Tara menyadari Freya hanya menunduk dan tak berkutik sama sekali.

"Lo sakit?" tanya Tara lagi dan Freya hanya menggelengkan kepalanya pelan.

Merasa ada yang aneh dengan gadis di hadapannya, Tara pun langsung menempelkan telapak tangannya di dahi Freya.

"Tara... gue... gue... gue nggak papa." Freya membuka suara.

***

1
korokoro
kaget banget Tara, jangan nakal main cubit pipi aja/Scowl/
Julia H: namanya juga modus kak🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!