Istri Kecil Tuan Jonathan

"Nayla belum tahu, Kak. Nayla juga sedang bingung," jawab Nayla menghela nafasnya. "Sebenarnya, Nayla belum mau menikah. Nayla masih ingin menikmati waktu Nayla."

"Tapi, Nayla juga tidak bisa menolak keinginan Papa."

"Kalau saran Kakak, kamu kenalan saja terlebih dahulu dengan anak teman Papa. Siapa tahu kalau dia memang jodoh kamu. Yang penting dia harus baik dan sayang sama kamu," saran Ega untuk Nayla.

"Iya, Kak," jawab Nayla. "Lagipula, sepertinya Nayla tidak punya jalan lain lagi."

Tidak terasa, jam sudah menunjukkan pukul 2 siang. Dan mobil yang dikendarai oleh Ega telah tiba di rumah mereka. Setelah kedua saudara itu keluar dari mobil, mereka pun berjalan masuk dan melihat kedua orang tua mereka sedang duduk di ruang keluarga.

"Kalian sudah pulang? Bagaimana acaranya tadi?" tanya Gina kepada keduanya.

"Biasa saja, Ma. Yang luar biasanya adalah Kakak membelikan banyak barang untuk Nayla." Nayla menunjukkan paper bag yang dia bawa.

"Itu karena kamu yang merengek tadi," ucap Ega membuat Nayla tersenyum malu.

"Ayo, kalian berdua duduk!" ucap Dika kepada keduanya. "Ada yang ingin Papa beritahukan kepada kalian."

"Apa itu, Pa?" tanya Ega setelah mendudukan dirinya dihadapan Papa dan Mamanya.

"Malam ini, kita akan makan malam diluar karena ada pertemuan keluarga dengan keluarga teman Papa. Sekaligus memperkenalkan Nayla dengan anak teman Papa," beritahu Dika membuat Nayla hanya bisa mengerucutkan bibirnya.

Sedangkan di tempat lain, terdengar suara langkah kaki dari seseorang yang sedang menuruni tangga.

"Jo, malam ini kita akan ada pertemuan keluarga. Kamu harus ikut karena kami akan memperkenalkan kamu dengan calon istrimu," ucap Cris kepada Jonathan yang sedang menuruni tangga.

"Terserah Papa. Lagi pula kalian cuma memberitahu bukan menanyakan pendapat Jo," jawab Jonathan yang tidak mau ambil pusing lagi.

"Bagus jika kamu tahu itu. Jangan sampai telat dan membuat malu keluarga kita," ucap kakek Jonathan.

Jonathan yang mendengar dan melihat usaha dari keluarganya pun hanya bisa mendesah pelan. Bukannya tidak mau membuka hati, tapi pria itu hanya belum siap untuk hal itu. Dulu, dia sangat mencintai mantan kekasihnya. Mereka bahkan telah membicarakan tentang pernikahan mereka.

Tapi, ternyata mantan kekasihnya itu melakukan hubungan badan dengan salah satu temannya sendiri. Bahkan wanita itu sampai mengandung benih dari temannya itu.

Karena hal itu, Jonathan takut jika dirinya akan kembali menelan kekecewaan dari hubungannya nanti. Padahal, tiga tahun telah berlalu saat ini.

Hari pun berlalu dengan cepat. Tidak terasa, mentari yang sudah bekerja keras sejak pagi pun telah kembali beristirahat. Jonathan yang kini telah siap untuk berangkat ke pertemuan keluarga itu pun memutuskan untuk membawa mobil sendiri.

"Jo, nanti saat bersama dengan Nayla kamu harus mengalah. Maklum, dia adalah wanita dan pasti akan dimanja di keluarganya. Dia juga masih muda," ucap kakek Jonathan.

"Kalau sudah tahu dia masih muda, kenapa mau di jodohkan dengan Jo?" tanya Jonathan.

"Karena meski masih muda, dia adalah anak yang baik. Papa bisa lihat itu. Tidak mungkin juga Papa akan menjodohkan kamu dengan gadis sembarangan dan yang tidak baik, Jo" ucap Cris menjawab pertanyaan Jonathan.

Mereka pun akhirnya berangkat menuju ke restoran yang sudah di booking oleh Cris. Begitu juga dengan Nayla berserta kedua orang tua dan kakaknya juga sudah siap dan akan segera berangkat.

"Cie Cie, yang mau ketemu sama calon suami," ejek Ega saat melihat adiknya yang sudah tampil dengan cantik dan anggun itu.

"Sudah, Kak. Jangan buat mood Nayla semakin buruk bisa tidak?" balas Nayla dengan jutek.

"Sudah," ucap Dika yang tidak mau terlambat hanya karena kedua anaknya beradu mulut. "Sekarang, semuanya masuk mobil. Kalian lanjutkan saja pertengkarannya di mobil."

Mereka pun segera menuju restoran yang sudah di beritahukan oleh Cris lewat pesan berwarna hijau sebelumnya.

Setibanya di restoran, mereka bertanya kepada seorang pelayan restoran itu.

"Permisi, Dek, kami mau cari meja atas nama Cris Johnson," ucap Dika.

"Baik Tuan. Akan saya cek dulu sebentar," pamit pelayan itu.

"Pa, apa Johnson yang Papa maksud adalah Johnson pemilik perusahaan tempat Ega bekerja sekarang?" tanya Ega terkejut karena nama yang sama persis tapi tidak mendapatkan jawaban dari Dika sama sekali.

"Meja atas nama Tuan Cris ada lantai atas, Tuan. Mari saya antar!" ucap pelayan tadi setelah kembali.

Mereka pun mengikuti pelayan itu ke lantai atas. Setelah sampai, pelayan itu pamit untuk kembali melanjutkan pekerjaannya.

Saat mereka masuk, ternyata Cris dan rombongannya sudah sampai. Mereka pun segera menyapa satu sama lain.

"Maaf ya, Jo sedang pergi ke kamar mandi," ucap nenek Jonathan tidak enak.

"Tidak apa-apa, Tante," ucap Gina dengan tersenyum.

Ceklek

Pintu terbuka dan Jonathan masuk kembali ke ruangan itu.

Semuanya melihat ke arah pintu dan mereka senang karena akhirnya Jonathan kembali. Mereka sudah sangat takut jika Jonathan akan membuat malu keluarga mereka.

"Kamu,"

"Om,"

Kaget Jonathan dan Nayla berbarengan.

"Kenapa Om bisa ada disini?" tanya Nayla spontan sambil berdiri saat melihat Jonathan.

"Seharusnya saya yang bertanya seperti itu. Kenapa kamu ada disini?" tanya Jonathan balik.

"Ehem," Deheman Kakek Jonathan membuat Jonathan dan Nayla terdiam. Mereka kembali duduk di kursi mereka masing - masing.

"Kenapa Om ikutan duduk di sini?" tanya Nayla heran didalam hatinya saat ini. "Apa jangan-jangan ...,"

"Nayla, apa kamu kenal dengan dia?" tanya Nenek Jonathan yang penasaran sambil menunjuk ke arah Jonathan.

"Iya, Nek," jawab Nayla membuat semua orang semakin penasaran. "Om ini sudah menyerempet Nayla sebelumnya."

Jawaban Nayla membuat semua orang terkejut.

"Mungkin ini yang namanya takdir kali?" ucap Ega membuat semuanya menganggukkan kepala dan tersenyum.

"Hah? Apa maksud Kakak?" tanya Nayla yang masih belum mengerti.

"Kalau menurut kamu, dia orang yang bagaimana, Sayang?" tanya Helen.

Semuanya menatap Nayla karena juga ikut penasaran dengan jawabannya.

"Jujur, kalau menurut Nayla, Om itu orangnya dingin, menyebalkan, suka buat kesal dan," ucap Nayla terhenti seraya melirik kearah Cris.

"Katakan saja semuanya, Nayla," ucap Cris yang mengerti dengan arti tatapan itu.

"Sebenarnya Nayla mau balas dendam sama Om ini karena sudah buat Nayla terluka dan kesakitan sebelumnya," lanjut Nayla membuat semuanya tertawa.

"Kamu mau balas dendam bagaimana sama dia? Biar Kakek bantu kamu nanti untuk membalaskan dendam kamu," tawar Kakek Jonathan.

"Benarkah, Kek?" tanya Nayla memastikan.

"Tentu saja," jawab Kakek Jonathan yang langsung menyukai Nayla. "Masa Kakek bohong sama kamu."

"Kalau Nayla balas dendam dengan menjambak rambut Om itu, boleh?" tanya Nayla bersemangat.

Semuanya kembali menyemburkan tawa mereka setelah mendengarkan perkataan Nayla yang terkesan lucu bagi mereka. Sedangkan Jonathan menatap Nayla dengan tatapan membunuh yang sangat menakutkan.

"Tapi, kenapa Om itu ada di sini?" tanya Nayla lagi.

"Nay... Ini namanya Jonathan. Dia adalah cucu Nenek yang akan menjadi suami kamu nantinya," jawab Nenek Jonathan.

"Apa?"

Teriak Nayla dan Jonathan bersamaan.