Godaan Pelakor

( POV Syahnaz )

Tok~Tok~Tok

Pagi-pagi sekali ada yang mengetuk pintu rumah aku, aku yang masih tidur pun dengan malas beranjak keluar.

Kreeeek

"Ma-mama...." Aku kaget sekali, ternyata mama mertua ku yang datang. Dia berdiri dengan angkuh nya sembari menatap tajam aku.

"Jadi gini kerjaan mu sehari-hari dirumah? hanya malas-malasan, jam segini baru bangun? Mau jadi apa kamu ini? Sial sekali anak aku harus mempunyai istri seperti kamu," Ucap nya mencecar dan merendahkan aku.

"Mama, silahkan masuk," Aku sengaja tidak membalas ucapan nya, aku gak mau kalau makin panjang masalah nya nanti.

Dengan wajah masam Mama mertua ku masuk kedalam, matanya menyisir ke setiap sudut rumah ku. Entah apa yang dilakukan nya.

"Duduk dulu mam, biar Syahnaz bikin minum dulu." Kataku dengan sopan, walau bagaimanapun beliau tetap mertua ku, ibu dari suamiku.

"Heum...." Balas nya singkat sembari duduk diatas sofa ruang tamu.

"Di minum Ma, mumpung masih anget," Ucap ku basa basi.

Aku merasa was-was melihat kedatangan mama mertua ku itu. Pasti dia punya tujuan tertentu datang kesini, karena selama ini mama tidak pernah mau datang kesini kalau gak ada mas Raja dirumah. Tapi sekarang apa gerangan?

Mama meraih cangkir teh dan menghirupnya.

"Apa Raja belum pulang?" Tanya nya sembari menaruh kembali cangkir teh keatas meja.

"Belum Ma, mungkin besok." Balas ku apa adanya.

"Heum, bagus lah....Memang dia perlu banyak waktu agar bisa segera punya anak," Ucapnya, membuat mata ku menyipit.

"Maksud Mama?"

"Ah....Eum....ya itu, maksud Mama biar setelah Raja pulang kesini, kalian bisa segera punya anak." Dari bicara nya mama terlihat gugup, tidak seperti biasanya yang selalu garang dengan mulut pedasnya.

Aku semakin menaruh curiga sama Mama, dia seperti menyembunyikan sesuatu dari aku. Terlihat jelas dari matanya.

"Kenapa lihatin mama begitu?" Tanyanya ketus menatap tidak suka aku memperhatikan nya.

"Eum, gak kok Mam....Aneh saja sih, apa hubungannya coba pulang dari luar kota bisa punya anak." Ucap ku lirih, namun masih bisa didengar mertua ku itu, dia menatap ku dengan mata sedikit melotot.

"Mama sudah sarapan? kalau belum biar sarapan disini saja, kebetulan aku lagi masak banyak juga." Tawar ku, namun mama malah menolak dengan angkuh.

"Gak usah, mama mau pulang saja. Oh ya, mama datang kesini cuma mau kasih tau kamu, kalau mulai besok Lily akan tinggal disini. Jadi mulai hari ini kamu harus mempersiapkan kamar buat dia."

Tuh kan, benar dugaan aku, gak, aku gak boleh membiarkan wanita itu tinggal disini.

"Kenapa harus tinggal disini? Memang nya dia gak punya rumah sendiri? Aku gak mau menampung orang lain dirumah ini, apalagi seorang wanita seperti Lily. Maaf sekali Ma, aku gak setuju sama Mama, dan aku yakin mas Raja juga gak akan menyetujui nya." Tolak ku terang-terangan, membuat mama mertua ku melotot tajam kearah ku.

"Hey, aku gak perlu persetujuan kamu. Ini rumah anak aku, bukan rumah kamu. Kamu itu hanya numpang disini, gak usah sok belagu. Setuju gak setuju, Lily akan tetap tinggal disini." Tegas Mama mertua kekeh sama pendiriannya.

Kepala ku terasa sakit sekali mendengar ocehan nya itu, kalau saja bukan mama nya mas Raja, Sudah ku usir dan ku maki perempuan tua ini.

Huh....Kesal sekali rasanya. Seenak nya saja ngatur-ngatur, ya walaupun ini rumah anak nya, tetap saja seharus nya beliau gak boleh ikut campur terlalu dalam seperti ini. Apalagi berniat memasukkan wanita lain kesini. Itu sama saja ingin menghancurkan rumah tangga ku dengan anak nya.

Kurasa memang itu sih tujuan Mama mertua aku.

"Tapi Ma, aku ini istri nya mas Raja, dan aku punya hak buat mengatur rumah ini." Jawab ku dengan lantang. Wajah mama seketika memerah mendengar ucapan ku.

"Kamu itu hanya anak panti asuhan, yang gak jelas asal usul nya. gak usah sok-sokan mau jadi nyonya dirumah ini, Masih untung anak aku mau menikahi wanita seperti kamu dan menampung kamu disini. Kalau tidak mungkin sudah jadi gembel kamu sekarang," Ucap nya sembari menunjuk wajah aku dengan begitu berang nya.

Nyut...

Hatiku terasa nyeri sekali mendengar penghinaan dari Mama mertua ku itu. Rasa nya nyes banget.

Tapi aku harus sabar, gak boleh gegabah, aku gak mau terpancing sama omongan nya.

Bukan kah sudah biasa aku menerima cemooh seperti ini dari Mama mertua aku. Kenapa sekarang aku malah jadi lemah?

"Gak usah banyak protes, kalau masih mau tinggal disini dengan nyaman, kamu harus mau menerima semua aturan dari Mama." Ucap nya menekan kan kata-kata nya. Aku hanya bisa diam pasrah, hanya mas Raja satu-satunya harapan aku.

Tapi, mas Raja pun sekarang mulai berubah, dia seakan menurut saja apa yang Mama nya inginkan. Aku bingung harus berbuat apa sekarang.

"Ingat pesan Mama, kalau besok Lily datang, layani dia dengan baik. Mama pulang dulu, awas saja kalau kamu macam-macam." Ancam nya sebelum pergi.

Aku harus menelpon mas Raja, aku yakin mas Raja pasti juga gak akan setuju kalau Lily tinggal disini.

Ku ambil ponsel di atas nakas dan segera menghubungi suamiku.

Tut~Tut~Tut~

"Kenapa gak diangkat ya?" Batin ku, tidak pernah sebelumnya mas Raja seperti ini.

Aku terus mencoba menghubungi mas Raja Hingga berkali-kali, tapi tidak kunjung diangkat sama mas Raja.

"Apa aku telpon Ivan saja ya?" Aku bergumam sendiri, kebetulan aku mempunyai nomor Ivan, sekretaris nya suami aku. Aku yakin dia tau kemana mas Raja.

Aku segera menghubungi Ivan dan beruntung dia langsung mengangkat nya.

>>Hallo Mbak Syahnaz....." Sapa nya dibalik telpon.

>>Iya halo Van, kamu dimana? Apa kamu tau dimana mas Raja Van? Soalnya Mbak telpon dari tadi gak diangkat-angkat." Tanya ku pada Ivan.

>>Pak Raja kayak nya dikamar deh Mbak, mungkin dia ketiduran makanya gak ngangkat telpon Mbak Syahnaz. Apa perlu aku kekamar pak Raja Mbak, ngasih tau kalau Mbak Syahnaz nyariin? kebetulan kamar kami sebelahan" Tanya balik Raja, seketika membuat aku heran. Bukan kah kata mas Raja mereka nginap satu kamar bertiga.

>>Van, bukan nya kalian sekamar ya? kenapa sekarang beda kamar?" tanya ku penuh selidik.

>>Eh....Anu Mbak, Eum..... maksud saya, ini saya dan Reza lagi dikamar teman. Ya, kami memang satu kamar mbak....Hehe," Balas nya, membuat aku curiga.

Jelas-jelas tadi dia bilang kamar mereka bersebelahan.

Pikiran buruk mulai muncul dipikiran ku, segera aku menelpon Ivan dengan cara video call, aku harus membuktikan kecurigaan ku sekarang juga.

Sudah dua kali aku telpon, tapi Ivan tidak segera mengangkat nya. Aku jadi semakin curiga sama mereka.

"Aaaaarrrrgh......" Saking kesal nya, aku melempar ponsel ku ke sembarang. Aku benar-benar merasa di permain kan sama mereka semua.