NovelToon NovelToon
Find 10 Fragments

Find 10 Fragments

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Spiritual / Sistem / Penyeberangan Dunia Lain / Peradaban Antar Bintang / Kultivasi Modern
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: GM Tyrann

Season 2 dari I Don't Have Magic In Another World

Ikki adalah seorang pria yang memiliki kekuatan luar biasa, namun terpecah menjadi 10 bagian yang tersebar di berbagai dunia atau bahkan alam yang sangat jauh. Dia harus menemukan kembali pecahan-pecahan kekuatannya, sebelum entitas atau makhluk yang tidak menginginkan keberadaanya muncul dan melenyapkan dirinya sepenuhnya.

Akankah dia berhasil menyatukan kembali pecahan kekuatannya, dan mengungkap rahasia di balik kekuatan dan juga ingatan yang sebenarnya? Nantikan ceritanya di sini.

up? kalo ada mood dan cerita aje, kalo g ada ya hiatus

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GM Tyrann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 27 - Perjanjian

Kelas dimulai seperti biasa. Aku dan Kael duduk di bangku kami masing-masing, tetapi suasana di antara kami terasa tegang. Kael masih iri dan membenci ku karena berhasil mendapatkan Alisa. Meski begitu, ketika ada pelajaran yang tidak dia ketahui, Kael tetap bertanya pada ku, meskipun dengan nada yang lebih dingin dari biasanya.

"Ikki, apa yang dimaksud dengan prinsip transmutasi dalam alkimia ini?" tanya Kael, suaranya datar.

Aku melihat ke arahnya dan menjawab dengan tenang, "Prinsip transmutasi adalah dasar dari alkimia, di mana materi diubah menjadi bentuk lain melalui proses kimia dan energi. Aku juga tidak tahu lebih, tapi itu contoh simpelnya dan aku benci teori alkimia."

Kael mengangguk, tetapi matanya penuh dengan kebencian yang terpendam. "Aku akan mendapatkan wanita yang lebih baik darimu," bisiknya dengan suara yang hanya bisa didengar oleh ku.

Aku hanya menghela napas. Aku tahu bahwa hubungan mereka tidak akan sama lagi, tetapi aku berharap waktu akan memperbaiki segalanya.

Ketika waktu istirahat tiba, aku dan Kael berjalan bersama menuju kantin. Meski ada ketegangan, kami tetap memulai istirahat seperti biasa. Kami duduk di tempat yang sudah menjadi kebiasaan, dengan aku dan Kael di satu sisi meja, ada kakak perempuan ku, Miyuki, di seberang mereka. Miyuki selalu memasang ekspresi datar dan tidak tertarik pada apapun, sering menjawab pertanyaan dengan singkat dan padat.

Aku memulai percakapan, mencoba mencairkan suasana. "Kak, bagaimana kelasmu hari ini?"

Miyuki menjawab tanpa mengangkat wajahnya dari makanannya. "Biasa saja."

Kael, yang duduk di samping ku, menatap makanannya dengan cemberut. "Ikki, kau tahu, kau benar-benar beruntung bisa mendapatkan Alisa. Tapi aku akan segera menemukan seseorang yang lebih baik."

'Kenapa kamu selalu membahas hal itu?' tanya aku dalam hatiku.

Aku mengangguk, tidak ingin memperpanjang topik tersebut. "Semoga beruntung, Kael."

Saat mereka sedang makan, tiba-tiba Alisa muncul di pintu kantin. Semua mata tertuju padanya saat ia berjalan menuju meja tempat aku makan. Dengan senyum hangat, ia menyapa mereka bertiga.

"Halo, semuanya. Boleh aku duduk di sini?" tanya Alisa, suaranya lembut namun penuh keyakinan.

Aku terkejut, tetapi aku tetap mengangguk. "Tentu, Alisa. Silakan duduk."

Miyuki hanya menatap Alisa dengan tatapan datarnya. "Silakan."

Alisa duduk di samping Miyuki, berhadapan langsung dengan ku. Ia tersenyum kepada mereka sebelum mengambil tempat duduknya. "Terima kasih."

Aku mencoba memulai percakapan. "Alisa, bagaimana harimu?"

Alisa tersenyum. "Hari ini cukup baik. Aku baru saja selesai dengan kelas praktek alkimia. Bagaimana dengan kalian?"

Kael menjawab dengan nada sinis. "Kami juga baru saja selesai dengan kelas teori alkimia. Ikki di sini sangat membantu, seperti biasa."

Miyuki mengangguk sedikit, tetapi tetap tidak menunjukkan banyak ekspresi. "Kelas biasa saja."

Apa ini, aku tidak suka suasananya. Aku mencoba mengalihkan topik. "Alisa, apakah kamu sering makan di kantin ini?"

Alisa mengangguk. "Ya, aku biasanya makan di sini. Tapi kali ini aku ingin mencoba duduk bersama kalian. Aku harap tidak mengganggu."

Miyuki menatap Alisa sejenak sebelum menjawab singkat. "Tidak masalah."

'Aku yang punya masalah disini, lihat tatapan mereka!' Aku panik dalam hati, merasakan tatapan tajam dari banyak orang.

Aku merasa canggung dengan situasi ini, tetapi aku berusaha untuk tetap tenang. "Alisa, terima kasih sudah mau bergabung dengan kami."

'Aku tidak berharap kamu bergabung.'

Alisa tersenyum hangat. "Tentu, Ikki. Aku senang bisa duduk bersama kalian."

Mereka melanjutkan makan dalam suasana yang sedikit tegang. Kael masih tampak cemberut, Miyuki tetap dengan ekspresi datarnya, sementara aku dan Alisa mencoba untuk membuat percakapan yang nyaman.

***

Setelah kelas berakhir, aku dan Alisa berjalan pulang bersama. Kami menuju apartemen milik Alisa, sebuah gedung mewah yang berada dekat dengan akademi. Alisa yang meminta aku untuk berjalan di sisinya sambil berpegangan tangan, dan aku mengikutinya dengan sedikit canggung.

Mereka berjalan di trotoar yang ramai dengan para pelajar. Aku merasa gugup dengan perhatian yang kami dapatkan, terutama dari para pria yang memandangnya dengan tatapan penuh iri dan kebencian. Namun, Alisa tampak santai dan menikmati perjalanannya.

"Alisa, aku ingin bertanya sesuatu," kataku akhirnya, memecah kesunyian.

"Tentu, apa itu?" jawab Alisa sambil tersenyum padaku.

"Kamu masuk dalam peringkat 100 besar di akademi, seharusnya kamu bisa tinggal di asrama. Kenapa malah memilih tinggal di apartemen?"

Alisa tertawa kecil. "Aku suka privasi, Ikki. Di asrama, terlalu banyak gangguan. Di sini, aku bisa belajar dan beristirahat dengan tenang."

Aku mengangguk, meskipun masih merasa ada sesuatu yang belum dijelaskan sepenuhnya. Mereka akhirnya tiba di depan gedung apartemen Alisa yang mewah. Aku terkesan dengan kemegahan gedung itu, tetapi juga merasa semakin penasaran.

'Berapa harganya kira-kira, mungkin lebih dari 100 ribu perbulan kan? Eh, bukan itu...'

"Alisa, ada satu hal lagi yang ingin kutanyakan," kataku saat kami berhenti di depan pintu masuk gedung. "Kenapa kamu menerima pernyataan ku kemarin?"

Alisa menatap ku dengan senyuman misterius. "Untuk menghindari orang lain yang terus-menerus menyatakan perasaan mereka padaku. Dengan kamu sebagai pacarku, mereka akan berpikir dua kali sebelum mendekatiku."

Aku terdiam sejenak, memikirkan jawaban Alisa. Akhirnya, aku menghela napas dan berkata, "Alisa, mungkin kita sebaiknya putus saja. Aku tidak ingin menjadi bagian dari rencana yang tidak tulus."

Alisa tersenyum, tetapi matanya menunjukkan kilatan cerdik. "Oh, begitu? Kalau kita putus, aku bisa pura-pura sedih di hadapan banyak orang dan memberi tahu bahwa Ikki tidak mencintaiku dan hanya menyatakan perasaannya itu sebagai hukuman." Alisa, sambil berpura-pura sedih dan berlagak imut.

Aku terkejut dan bertanya, "Bagaimana kamu bisa tahu tentang taruhan itu?"

Alisa menjawab singkat, "Karena aku ada di sana saat kamu dan Kael mulai bertaruh."

Aku dan Kael seharusnya tidak membuat taruhan di taman saat itu. Tapi kenapa dia harus menerimaku? Kenapa tidak Kael saja, dia lebih tampan dariku.

Aku berpikir sejenak. Jika membuat Alisa sedih, itu malah akan menjadi lebih sulit bagiku. Para pria di akademi pasti akan lebih membenci ku, dan aku bisa saja diserang saat berada di tempat sepi atau semacamnya, karena membuat seorang putri menangis.

Aku menghela napas panjang. "Baiklah, Alisa. Kita tidak akan putus. Tapi apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku?"

Alisa mendekat dan menatapnya dalam-dalam. "Aku ingin kamu tetap di sisiku, Ikki. Menjadi pelindungku dan membuat orang lain berpikir dua kali sebelum mendekatiku. Itu saja."

Saat kami masuk ke dalam gedung apartemen, aku masih memikirkan percakapan sebelumnya. Aku tidak ingin dimanfaatkan begitu saja oleh Alisa. Setelah mencapai lobi, aku memutuskan untuk menyampaikan apa yang ingin aku katakan.

"Alisa, kita perlu bicara tentang perjanjian ini," kata aku dengan suara tegas.

Alisa menoleh kepada ku dengan tatapan penasaran. "Apa yang ingin kamu bicarakan, Ikki?"

Aku menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan. "Jika aku harus berpura-pura menjadi kekasihmu dan melindungimu dari orang-orang yang mendekat, aku ingin imbalan. Aku tidak bisa melakukan ini secara cuma-cuma."

Alisa tersenyum tipis, seolah sudah menduga permintaan ku. "Baiklah, apa yang kamu inginkan?"

"Aku ingin uang setiap bulan untuk membayar sewa kekasih pura-pura ini," jawab aku tegas. "Kita buat ini sebagai perjanjian yang jelas."

Alisa menatapku sejenak, lalu mengangguk. "Tentu, itu bisa diatur. Berapa yang kamu butuhkan?"

Ikki memikirkan jumlah yang wajar. "500 ribu dollar per bulan."

Alisa mengangguk lagi. "Deal. Selain itu, aku ingin kamu lebih dekat denganku dan bersikap seperti pasangan pada umumnya. Kita harus terlihat alami di depan orang lain."

Aku menghela napas, menyadari bahwa ini akan menjadi lebih dari sekadar sandiwara. "Baiklah, aku setuju. Tapi ingat, ini hanya sementara."

Alisa tersenyum manis. "Tentu saja, Ikki. Kita akan menjalani ini dengan baik. Terima kasih sudah mau bekerja sama."

Aku merasa sedikit lega meskipun tahu bahwa ini bukan situasi yang ideal. Setelah mengantarkan Alisa sampai kedepan kamarnya aku pergi dari sana, menuju asrama akademi.

"Ya, setidaknya aku tidak melakukannya dengan percuma, toh aku dapat uang juga. Aku kira dia akan menolak harga segitu untuk sebulan, berapa kekayaan yang dia miliki?" Aku bertanya pada diriku sendiri, merasa senang karena tidak harus masuk portal untuk mendapatkan uang.

***

Pagi harinya, aku keluar dari asrama dan terkejut melihat Alisa sudah menunggu di depan gedung. Padahal, kelas kami berdua berbeda. Alisa langsung merangkul lengan ku dan berjalan sangat dekat denganku. Aku bisa merasakan tatapan tajam para pria di sekitar, tatapan penuh kebencian, iri, dan sedih.

Saat kami berjalan menuju akademi, suara bisikan para siswa mulai terdengar di sekitarnya.

"Bagaimana bisa Ikki mendapatkan Alisa?" seorang pria berbisik dengan nada tidak percaya.

"Dia pasti menggunakan sihir atau ramuan cinta," tambah yang lain.

"Itu tidak mungkin! Alisa terlalu pintar untuk jatuh ke dalam jebakan seperti itu," seorang pria berkomentar dengan marah.

Di sisi lain, para wanita juga tidak ketinggalan bergosip.

"Apa kau lihat cara Alisa merangkulnya? Mereka benar-benar dekat," kata seorang wanita dengan nada iri.

"Aku masih tidak percaya Ikki bisa memenangkan hatinya. Dia bahkan bukan yang terbaik di kelas dan hanya sedikit tampan dari kebanyakan pria," balas temannya.

"Apa mungkin Alisa hanya ingin membuat kita semua iri?" seorang wanita lain berspekulasi.

Aku hanya bisa menghela napas dan mengikuti Alisa sampai kami mencapai kelasnya. Sesampainya di depan pintu kelas Alisa, dia tersenyum padaku dan berkata, "Aku akan masuk sekarang. Sampai nanti, Ikki."

Aku mengangguk dan membalas senyum Alisa sebelum melanjutkan perjalanan ke kelasku sendiri. Saat aku sampai di kelas, Kael sudah ada di sana dan menatapku dengan ekspresi bingung.

"Ikki, kenapa tidak menungguku saat berangkat?" tanya Kael dengan nada kecewa.

Aku menghela napas. "Maaf, Kael. Alisa menjemput ku pagi ini. Aku tidak bisa menolaknya."

Kael menatap aku dengan cemberut. "Kau benar-benar beruntung, Ikki. Tapi aku masih belum bisa menerima ini."

Aku hanya bisa mengangguk, memahami perasaan Kael. Aku tahu bahwa hubungan kami sedang dalam masa sulit, tetapi aku masih berharap waktu akan membantu memperbaiki semuanya.

Sementara itu, di sekitar mereka, para pria yang iri dan wanita yang bergosip terus memperhatikan aku dengan tatapan penuh pertanyaan dan kecurigaan. Perjalanan menuju akademi hari itu menjadi semakin berat bagi aku, yang harus menghadapi cemoohan dan spekulasi yang tak henti-hentinya.

1
Vemas Ardian
njirr ngelunjak 😭😭
Ibrahim Rusli
sejauh ini keren sih Thor ...lanjut 🤘🏻🤪
Dhewa Shaied
cukup menarik hanya saja ad bbrpa bab yg paragraf nya berulang
Protocetus
izin promote ya thor bola kok dalam saku
GM Tyrann
Kalo kalian udah mulai baca terus ada nama MC dibagain sudut pandangnya padahal seharusnya Aku. Itu kesalahan penulisan, karena udah banyak jadi malas ganti, ada banyak sih pas sudut pandang MC seharusnya pake Aku dan Kami, tapi malah pake, nama MC, Dia dan Mereka.

Kalo dari sudut pandang karakter lain nama MC, y pake nama MC. Apa lagi.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!