Terjerat Cinta Daddy Mafia

Warning!!! 21+

Benigno baru sampai di Mansion. Saat terbangun tadi, dia teringat Ana. Hingga akhirnya Benigno memutuskan untuk pulang.

"Di mana Ana?" Benigno bertanya kepada Terecia.

"Di kamarnya, Tuan. Nona Ana belum turun sarapan," jelas Terecia.

Dia pun akhirnya segera menaiki anak tangga menuju kamar Ana.

"Mengapa Ana tak ada?" Benigno bergumam dan mengerutkan keningnya.

Dia pun akhirnya keluar, berteriak memanggil Terecia.

"Maaf Tuan, ada apa?" Terecia bertanya sambil menundukkan kepalanya, tak berani menatap tuannya.

"Kamu bilang Ana di kamar. Mengapa dia sekarang tak ada? Kau lihat sendiri, kamarnya kosong. Kemana dia sebenarnya?" tegur Benigno.

"Apa mungkin Nona Ana di kamar Tuan? Apa Anda sudah masuk ke kamar Anda?"

"Di kamar saya?" Benigno tampak bingung.

Hingga akhirnya dia bergegas ke kamarnya, membuka pintu kamarnya secara perlahan.

"Ehm, ternyata benar. Kamu di sini," ucap Benigno dalam hati.

Benigno berjalan menghampiri sang anak yang masih terlelap, memeluk guling.

"Kamu sudah dewasa, An, dan sangat cantik." Tanpa sadar pujian terlontar dari bibir Benigno.

"Tidak! Aku tak boleh mencintainya. Dia hanya anak angkatku." Benigno mengingatkan hubungan mereka.

"Ana, bangunlah!" Benigno membangunkan Ana. Dia tak ingin Ana berlama-lama di kamarnya.

Benigno menggoyangkan tubuh Ana, berharap Ana segera terbangun dari tidurnya. Perlahan, Ana membuka matanya. Dia terlihat menelan salivanya, kala Ana merenggangkan tubuhnya.

"Sh’it! Lagi-lagi milikku bereaksi!" Benigno berkata dalam hati.

"Daddy sudah pulang? Sejak kapan Daddy berada di kamar?" tanya Ana dengan santainya, tanpa rasa bersalah.

"Sudah sana, segera kembali ke kamar kamu! Daddy ingin mandi. Saat daddy selesai nanti, daddy tak ingin melihatmu," ucap Benigno tegas.

Benigno langsung pergi meninggalkan Ana yang masih terdiam. Dia memilih untuk mandi, menyegarkan tubuhnya yang terasa lengket. Bukannya pergi, Ana justru berniat menggoda sang daddy. Suara ketukan pintu terdengar, membuat Benigno menghentikan mandinya. Dia langsung bergegas membuka pintu kamar mandi. Alangkah terkejutnya Benigno, saat Ana menyerangnya secara tiba-tiba.

Tubuh Benigno meremang, tak kala terkena sentuhan lembut Ana. Benigno tampak tegang, saat dada mereka saling bertemu. Jantung keduanya berdegup kencang. Entah siapa yang memulainya. Ciuman panas pun terjadi. Benigno begitu rakus mencium bibir putri angkatnya, rasanya begitu manis. Ana pun membalasnya.

Tanpa sadar, Benigno membuka kancing piyama yang dikenakan Ana saat itu. Memudahkan tangannya menyelusup ke dalam. Kini Ana sudah dalam pangkuannya. Benigno menarik sedikit tengkuk sang anak, untuk memperdalam ciuman mereka. Keduanya sudah di mabuk gairah.

"Argh ...." Desa*han pun keluar dari bibir Ana. Saat lidah sang daddy bermain di lehernya.

Benigno menghentikannya. Kali ini dia benar-benar gila. "Apa kamu yakin, ingin memberikannya pada daddy?" bisik Benigno di telinga Ana.

Suara Benigno sudah terdengar berat. Ana pun menganggukkan kepalanya."Lakukanlah, Dad!"

"Apa kamu yakin, suatu hari nanti tak akan menyesalinya?" Benigno memastikannya.

Ana menggelengkan kepalanya, sebagai kode dia tak akan menyesalinya. Ya, ini memang sangat gila. Dia rela memberikan keperawanannya kepada laki-laki yang banyak berjasa kepadanya.

"Tapi, aku minta. Setelah ini, jangan pernah lakukan lagi dengan wanita lain! Aku mencintai Daddy," ucap Ana yang kini menatap sang daddy.

"Anak nakal! Kamu sudah tumbuh dewasa, An. Kamu cantik, dan tubuhmu pun sangat seksi. Jika selama ini daddy mampu menahannya. Tapi tidak untuk saat ini. Jangan coba-coba berlari dari daddy."

Mereka tampak tertawa. Setelah sekian lama bersama, hanya berstatus sebagai anak dan daddy angkat. Kini mereka melakukan hubungan terlarang. Benigno tampak sedang memandikan Ana, layaknya seorang ayah yang memandikan putri kecilnya.

Hari ini semua berubah. Keduanya kini sudah sama-sama polos. Ana justru mende’sah, kala tangan daddynya menyentuh payu*daranya, dan sesekali bermain di sana.

"Kita bercinta di ranjang saja. Mari kita sudahi mandi kita!"

Keduanya sudah mengeringkan tubuh mereka. Benigno menggendong tubuh Ana ke ranjang, dan meletakkannya secara perlahan.

"Mulai sekarang, kamu milik Daddy. Tak boleh satu orang laki-laki pun yang boleh menyentuh kamu, An," ucap Benigno.

Benigno langsung menyu’su seperti seorang bayi kelaparan. Dia begitu tergoda dengan pesona anak angkatnya. Hal itu tak lama. Kini Benigno memainkan miliknya, menunjukkannya kepada Ana.

"Dad, apa rasanya begitu sakit? Milikmu begitu besar, apa itu bisa masuk?" tanya Ana dengan wajah panik. Saat melihat milik daddynya yang sudah berdiri tegak dan mengeras.

Benigno tersenyum. Baginya, wajah Ana begitu menggemaskan

"Kamu yang membangunkan singa yang kelaparan, dan kini kamu harus mempertanggung jawabkan. Tak perlu takut, daddy akan melakukannya dengan sangat hati-hati. Apa kamu sudah siap?"

"Lantas, bagaimana kalau nanti aku hamil? Apa Daddy akan menikahi aku?" tanya Ana untuk memastikan. Tentu saja Ana tak ingin menanggungnya sendiri.

Mendengar kata pernikahan. Mood Benigno menjadi buruk. Dia tak ingin hal itu terjadi.

"Maaf, Daddy tak bisa menikahi kamu. Lebih baik, kita batalkan saja!" ucap Benigno lesu.

Ana langsung beranjak turun, dan memeluk sang daddy.

"Lakukan Dad, aku ingin merasakannya. Selama ini, Teman-temanku sering bercerita. Dia kerap melakukannya dengan kekasihnya. Apa daddy ingin, aku melakukannya dengan kekasihku?"

Mendengar Ana menyebut kekasih, Benigno sangat marah.

"Ayolah, Dad!" Rengek Ana.

"Daddy akan puaskan kamu, tanpa kita harus bercinta! Daddy tak ingin merusakmu," Benigno mencoba menjelaskan kepada sang anak.

Benigno langsung mendorong tubuh Ana ke ranjang kembali. Kini tubuhnya mengungkung tubuh Ana. Dia menyerang bibir Ana kembali, sambil tangannya mengusap area sensitif Ana.

"Nikmati An, Daddy akan puaskan kamu!" bisik Benigno.

Ana begitu menikmati sentuhan lembut sang daddy. Desa*han itu begitu menggema di kamar itu. Benigno banyak memberikan tanda merah di leher dan tubuh Ana. Lidahnya perlahan turun, hingga kini bermain di payu*dara Ana.

Mata Ana sudah terlihat merem melek. Menikmati permainan daddy angkatnya. Bagi Ana ini benar-benar gila. Pantas saja Teman-temannya begitu kecanduan.

"Dad, seperti ada yang mau keluar," ungkap Ana.

"Keluarkan saja, An, jangan ditahan!" titah Benigno.

Wajah Ana terlihat memerah, kala sang daddy melebarkan kedua pangkal pahanya, dan bermain di bawah sana.

"Apa yang daddy lakukan di bawah sana? Ah ...."

Benigno langsung mengusap dengan lidahnya, dan menghisap cairan yang keluar dari area sensitif anak angkatnya.

"Banyak sekali, An," ucap Benigno sambil tersenyum.

"Gimana rasanya? Apa enak?" tanya Benigno. Ana tampak menganggukkan kepalanya dengan malu-malu.

"Apa kamu bisa membantu daddy menuntaskannya?" tanya Benigno. Benigno tak berani melakukan lebih.

Tentu saja Ana tak akan menolaknya. Kini giliran Benigno yang berbaring di ranjang. Dia tampak mengajarkan anak angkatnya.

"Ya seperti itu, An! Ah, enak sekali An. Ternyata, kamu cepat sekali pintarnya," ungkap Benigno.

Mendapatkan pujian seperti itu. Ana menjadi begitu semangat. Dia semakin mempercepat permainan mulutnya. Sampai akhirnya Benigno mengerang, dia berhasil menumpahkan cair hangat miliknya di mulut Ana.

Ana yang baru pertama kali merasakan, tentu saja langsung kelimpungan. Rasanya begitu aneh, saat dia menelannya. Benigno menarik tangan Ana, menyuruhnya untuk membaringkan tubuhnya di ranjang.

"Daddy minta, jangan pernah lakukan hal itu dengan laki-laki lain! Maaf, daddy sudah mengajarkan hal buruk kepadamu. Kamu begitu menggoda, An. Sepertinya, daddy akan kecanduan padamu," ungkap Benigno.