NovelToon NovelToon
The Unstella : Antagonist Talent

The Unstella : Antagonist Talent

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Tamat / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Akademi Sihir / Masuk ke dalam novel
Popularitas:14.3k
Nilai: 5
Nama Author: Estellaafseena

Hal yang membuatmu ragu dalam melangkah, adalah dirimu sendiri.

***
Aku mengalami kecelakaan disaat-saat terbaik. Menjadi seorang chef terkenal dan menghasilkan banyak uang dengan sampingan menjadi seorang penulis handal adalah impianku.

Namun, semua hilang saat jiwaku bereinkarnasi ke dunia lain, di tubuh yang berbeda sebagai seorang antagonis dalam novel romantis kerajaan.

Petualangan ku dimulai, di Akademi Evergreen menjadi seorang antagonis.

***
"Aku tidak melakukannya karena keinginanku, melainkan ikatan yang melakukannya." - Aristella Julius de Vermilion

[COPYRIGHT FYNIXSTAR ]

[INSPIRATION FROM ANIME]
1. RAKUDAI KISHI NO CAVALRY
2. GAKUSEN TOSHI ASTERISK
3. CLASSROOM OF THE ELITE

[ENJOY]

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Estellaafseena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER VI

Setelah kepergian Stella dari tempat kejadian, benar saja. Sesuai dugaannya pemeran utama laki-laki datang dengan ekspresi terkejut melihat beberapa orang yang kini saling bertengkar. Dia melangkahkan kakinya dengan cepat membuat anak rambut merahnya bergerak.

"Apa yang kalian lakukan?!" Seruan amarah darinya membuat mereka menoleh terkejut. Tubuh lima orang itu kini gemetar hebat, menundukkan kepalanya dalam-dalam.

"Y-Yang Mulia Leon, kami hanya ..." Ucapan salah satu murid perempuan terhenti saat melihat salah satu teman laki-lakinya tiba-tiba saja terpental hingga tersungkur di tanah.

Leon memukul keras orang itu dengan seluruh amarah. Dia menatap tajam yang mampu membuat semua orang kehilangan tenaga untuk berdiri.

"Pergi atau mati."

Tiga kata dalam satu kalimat mengancam berhasil membuat mereka berlima berlari tunggang langgang dari taman. Melihat para tikus sudah hilang dari pandangan, Leon melunak, menatap Riana khawatir. Ia mendekat pada Riana.

"Kau tidak apa-apa?" Tanyanya lembut, berbeda 180 derajat dengan perilakunya terhadap lima orang tadi.

Riana mengangguk lemas, kemudian tersenyum lembut, "Aku baik-baik saja. Terimakasih, Yang Mulia."

Leon menghela napas tipis, lega mendengarnya, namun dia segera mengernyit, "Panggil aku Leon. Itu perintahnya."

Sebelumnya mereka membuat perjanjian untuk memanggil nama masing-masing. Riana tersenyum kikuk, pandangannya menangkap sebuah batu yang tergeletak di tanah. Dia berjongkok, mengambil batu itu, "Apa kau melihat orang lain tadi, Leon?"

Pertanyaan yang tiba-tiba dari Riana membuat Leon bersedekap tangan, "Tidak. Jikapun ada orang lain, seharusnya dia menolongmu dari tikus-tikus itu," balasnya tajam dengan wajah kesal menampilkan tanda perempatan silang (💢) di pelipisnya.

"Jadi kau yang melempar batu ini?"

Leon tersenyum remeh, "Kau pikir aku akan repot-repot melempari cecunguk itu dengan batu? Jawabannya adalah tidak."

Riana tertunduk diam dengan jawaban Leon. Pandangannya tak terlepas dari batu di genggamannya, "Lalu ... siapa?"

...***...

'Akhirnya ...' Aku bisa bernapas lega setelah berkeliling gedung asrama seharian hanya untuk mencari dimana kamarku di nomor tujuh. Ternyata ada di lantai paling atas dan itu merepotkan sebelum aku menemukan lift. Ya. Ternyata ada lift di sini dan aku baru tahu saat satu setengah jam berkeliling jalan kaki dengan tangga.

Aku berdiri di depan kamar dengan dahi bersentuhan pada daun pintu, sejenak mengatur napas, 'Melelahkan.'

Saat gagang pintu ku dorong, pintu tidak terbuka. Ku pikir akan terbuka saat di tarik, tapi ternyata tidak, masih sama saja. Aku bersedekap tangan dan memegang dagu, berpikir sejenak dengan menelusuri setiap inchi pintu itu.

"Bagaimana cara membukanya?" Pintu lift tadi otomatis terbuka saat aku melangkah, apa pintu ini juga?

Aku mundur lima langkah, berjalan santai mendekat pada pintu tapi sialnya pintu itu tidak terbuka sama sekali dan malah membuat wajah dan hidungku terbentur daun pintu, itu sakit.

Rasanya ingin menendang pintu itu tapi urung setelah melihat seseorang yang juga hendak masuk ke dalam ruangan kamar sampingku.

Dia berjalan santai di depan pintu, mengeluarkan RectaPhone dan mendekatkan layarnya pada kotak samping pintu. Ajaibnya pintu itu terbuka setelahnya. Dia menatapku sekilas, lalu masuk dalam diam diikuti pintu tertutup otomatis.

Aku memegang kepala, sedikit menyibakkan poni rambut, "Hanya karena pintu aku menjadi orang bodoh."

Tunggu apa lagi, aku mengeluarkan RectaPhone dan mendekatkan layarnya pada kotak di samping kanan pintu. Pintu itu terbuka seperti pintu lift setelahnya.

Di dalam, penampakan kamar asrama yang bersih dan tersedia komplit membuatku sedikit tercengang.

Dapur, ada. Televisi, ada. Sofa, ada. Lemari, ada. Rak buku, ada tapi tidak ada bukunya. Kamar mandi, ada. Ruangan bersih dengan cahaya matahari yang masuk dari jendela, pas. Tempat tidur nyaman, ada, bahkan tersedia tempat tidur dua tingkat. Rumah impian dalam satu petak, ada di sini.

"Surga ..." Aku masuk dalam surga gratisan. Rasanya begitu berdebar karena senang tidak akan membayar apapun di sini. Makan, tidur, beli barang, semua gratis.

'Jaya isekai.' tanganku sampai mengepal gemetar saking terharunya.

Aku berkacak pinggang, meneliti setiap sudut untuk menikmati aset apa yang harus digunakan lebih dulu.

Kamar mandinya.

"Hah ... isekai benar-benar enak~"

Tersedia bak mandi dengan air hangat. Acara berendam ku begitu lancar mengusir penat. Sudah lima belas menit berendam, aku memutuskan untuk mengakhirinya.

Aku kembali memakai seragam akademi untuk mengunjungi satu tempat lagi, mengibaskan rambutku yang basah karena air. Namun saat tengah memakai kemeja putih polos pertama, pintu tiba-tiba saja terbuka.

Aku menoleh dengan wajah datar, ya, ku kira teman sekamar, tapi ternyata bukan. Malah seorang murid laki-laki dengan rambut albino keabu-abuan dan mata laguna biru. Dia berdiri dengan wajah terkejut, bukannya berbalik atau apa, dia malah menunjukku.

"Cabul! Akh-!"

Karena kesal, aku mendekat cepat lalu menamparnya kuat-kuat sampai ia terjatuh ke lantai.

"Sadar diri brengsek."

...***...

"Akademi ini mengatur para muridnya untuk bertindak bersih, tapi tak ku sangka kau, Envyren melakukan hal bejat seperti itu."

Pada akhirnya aku menyeret murid laki-laki yang seenak jidat masuk ke kamar itu ke ruang kepala akademi Egatha. Terlihat jelas bekas tamparan ku di pipinya.

Dia menunjukku, "Aku tidak melakukan apapun! Lagipula itu kamarku, kenapa ada gadis gila ini?" Dalihnya membuatku melirik tajam dari ekor mata.

Dapat terlihat ia bergidik ngeri perlahan menurunkan tangannya yang menunjukku. Aku bersedekap tangan, "Saya meminta pertanggungjawaban." ucapanku terhenti saat teringat kembali dalih anak ini.

"Aku tidak melakukan apapun! Lagipula itu kamarku ..."

'Tidak mungkin.' aku menatap tajam pada Profesor Egatha yang kini mengalihkan pandangannya, tersenyum canggung seraya menggaruk pipi dengan telunjuk.

"Ya. Kalian teman sekamar sekarang."

Aku menggebrak meja Profesor, membuatnya terperanjat. Bukan hanya aku, murid laki-laki bernama Envyren itu juga melakukan hal yang sama.

"Tidak bisa diterima," seru kami bersamaan dengan nada tinggi dari Envyren.

"Tapi kita kehabisan kamar asrama. Lagipula bukan hanya kalian saja yang satu kamar dengan lawan jenis."

Aku berdecih dalam hati melihat sengaja atau tidaknya Profesor Egatha, dia tidak bisa ditebak. Tiba-tiba saja setelah itu Envyren bertanya, "Berapa kelasmu?" dengan ekspresi kesal.

"E," jawabku dengan wajah datar. Dia menunjukku lagi namun menatap Profesor Egatha.

"Lihat kan? Aku berada di kelas A bagaimana bisa satu kamar dengan gadis kelas E? Bukannya akademi ini menggunakan sistem seimbang? Fifty-fifty kan? Seharusnya aku satu kamar dengan orang peringkat yang sama."

Dia berteriak keras sekali dan menjabarkan kalimat panjang namun masuk akal. Aku sedikit mengangguk setuju dengan ucapannya karena itu benar.

"Aku memutuskan hal ini hanya karena satu hal." Sebelum melanjutkan ucapannya, Profesor Egatha menunjukku.

"Aristella Julius, murid paling tenang dan berhati-hati, tidak ada lagi di akademi ini sama sepertinya. Envyren Safire." Telunjuknya bergeser, menuju pada Envyren, "Murid paling banyak bicara dan ceroboh, tidak ada lagi di akademi ini. Fifty-fifty kan."

"Ugh!" Envyren berdrama membungkuk dengan lengan yang bertumpu pada meja Profesor Egatha, tubuhnya gemetar. Tertohok sudah pasti, tapi aku tidak mengelak itu.

"Anda tidak bisa melakukan ini ..." ujar Envy dengan suara diserak-serakkan. Aku menatap datar pada Profesor sebagai bentuk protes ku. Dia ringan mengangkat bahu, bersandar pada kursi kebanggaannya.

"Tentu saja bisa. Aku kepala akademi di sini. Jika tidak mau, tidur saja di luar," balas Profesor membuat kami bungkam. Lalu dia tersenyum miring, menatap kami bersamaan.

"Pasti akan ada peraturannya dan itu ditentukan oleh salah satu dari kalian. Ya. Jika kalian menang dalam Everglori."

'Ah ... dia sengaja.'

Baru beberapa detik, Envyren menggebrak meja dan menunjuk ke arahku, "Ayo kita bertanding!"

Aku mengernyit tak senang. Dengan mudahnya dia menerima itu merupakan tindakan ceroboh. Aku menatap Profesor Egatha yang tersenyum menunggu jawabanku, "Aku menolak."

"Apa?! Kenapa?" Envyren berteriak saat wajahnya mendekat. Aku menimpuk wajah tampannya dan mendorongnya jauh-jauh.

"Aku murid baru di sini. Semua tentang sistem dan penggunaan Everglori belum bisa ku lakukan."

Tidak mungkin jika langsung ahli dalam hal itu. Aku hanya bisa memotong sayuran, daging atau apapun dengan pisau dan menyajikan makanan lezat.

"Belum saatnya ya. Baiklah. Tidak ada pilihan lain kalian harus satu kamar dan tidak ada penolakan."

Envyren menepis tanganku lalu menggebrak meja dengan dua telapak tangan. Dia mendrama lagi.

"Ampun ... kenapa ini terjadi padaku?!"

^^^つづく^^^

...ーARIGATO FOR READINGー...

...THANKS...

1
Eins
kak, gak mau di bukuin aja kah? aku mau beliii beneran dehh, atau e-booknya gitu?
lee ary
ayuh mulakan
syrd_hiyya
Suka dengan alur ceritanya. Adegan pertarungannya di jelaskan secara detail jadi kita bisa membayangkannya.
muti
ini seriusan envy sama stela GK bersatu/Sob//Sob/ pdhl mau liat mereka bucin.
𝚁𝚊𝚢𝚊♡
ehh kirain bakal berlayar
Monifa Shani
Kalau tidak salah, kalian sama-sama bokek, kan? Lebih hemat untuk memasak daripada membeli makanan
Ni Ketut Patmiari
Luar biasa
Ni Ketut Patmiari
semangat thor... ceritanya menarik👍
Darkness Crystal14
kak kok di wp di unpublish
Fyn_Casttle: maaf ya ... ketentuan kontrak NT/Cry/
total 1 replies
Jihan
Asli ini klo bnrn karam, sedih asli asksksk pls, udh trbang sm duo ini dhl..
Jihan
btw kak, klo di spam like, gbkl knp² kn ini?
Fyn_Casttle: amann
total 1 replies
Jihan
Kapal gue, mau merenung dlu sih, klo envy bnrn g sama stella😔
Jihan
maapkeun ktinggalan
Jihan
kak, ini knp jdi Aiden? kapal gue tnggelem kah?
Monifa Shani: Apa Envy akan melakukan hal sinting, lagi?
Jihan: selalu mantau dhl ka, eh bnrn up exchap, tpi mau merenung dlu sih grgr kapal gue..
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!