NovelToon NovelToon
PELAKOR TERHORMAT (Pembalasan Seorang Istri)

PELAKOR TERHORMAT (Pembalasan Seorang Istri)

Status: tamat
Genre:Tamat / Balas Dendam / Romansa
Popularitas:20.2k
Nilai: 5
Nama Author: Lusica Jung 2

Shea dianggap sebagai istri tidak berguna, bahkan pembawa sial, hingga ditinggalkan oleh Delon demi wanita lain. Tanpa perceraian, Shea disingkirkan karena dianggap jelek dan memalukan keluarga. Namun, setelah dua tahun, Shea kembali sebagai model ternama dengan kekayaan melimpah.

Kehadiran Luis, paman angkatnya, membantu menyembuhkan luka masa lalunya. Luis begitu perhatian dan menjadikan Shea sebagai prioritas utamanya. Namun, perasaan rumit tumbuh di antara mereka.

Kini, Shea harus memilih antara masa lalunya yang pahit dan masa depan yang cerah dengan Luis. Di tengah pertarungan batin antara cinta dan keterikatan, Shea harus menemukan keberanian untuk menghadapi konsekuensi dari keputusannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lusica Jung 2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Maafkan Mama, Nak

Senja menutup langit dengan warna oranye keemasan yang memancar hangat di langit yang terbuka. Di tanah pemakaman yang sunyi, Shea duduk sendiri di depan sebuah makam kecil yang ditandai dengan sebuah batu nisan sederhana. Itu adalah makam janinnya yang gugur karena ulah orang-orang tak berhati itu.

Di tengah senja yang indah namun menyedihkan, air mata Shea jatuh dengan derasnya, membasahi pipinya yang pucat. Dia meraih tanah di dekat makam dengan gemetar, merasakan kesedihan yang tak terlukiskan dalam kata-kata. Kenangan tentang kehilangan yang begitu besar memenuhi pikirannya, dan rasa sakit yang dalam terasa begitu nyata di dalam dadanya.

Dalam keheningan yang hampa, hanya suara gemuruh angin yang menghembus lembut, dan suara tangis Shea yang pecah dalam keputusasaan. Dia merasa terisolasi di tengah ladang pemakaman yang sunyi, dihadapkan pada kenangan yang menyakitkan dari masa lalu yang gelap.

Matahari terus tenggelam di ufuk barat, meninggalkan bayang senja yang semakin gelap di langit. Namun, bagi Shea, tidak ada sinar senja yang bisa mencerahkan kesedihan yang terus menghantuinya. Hanya air mata dan rasa kehilangan yang mengalir dalam hatinya, menandai kehadiran yang tak terlupakan dari anak yang tak pernah dia lahirkan.

"Nak, Mama, sangat ingin melihatmu tumbuh besar," ucap Shea sambil meraih gundukan tanah di depannya, suaranya tersendat-sendat oleh tangisnya yang tak terbendung. "Mama, berharap bisa memberikanmu segala yang terbaik, memelukmu dengan hangat, dan melihat senyummu setiap hari."

Tangisannya semakin menjadi-jadi saat dia melanjutkan, "Tapi mereka merenggutmu dariku, tanpa ampun. Mereka mengambil segalanya, bahkan sebelum aku sempat mendekapmu erat di dalam pelukanku. Dan sekarang, aku harus menghadapi kenyataan bahwa kau tak akan pernah berada di sini bersamaku."

Shea menangis sesenggukan di samping makam kecil itu, meratapi kehilangan yang begitu dalam dan tak terobati. "Maafkan Mama, nak, karena tidak bisa melindungimu," ucapnya dengan suara yang penuh dengan penyesalan dan kepedihan. "Tapi Mama berjanji akan membalaskan dendammu, dan menghancurkan mereka yang telah merampasmu dariku.

Dia duduk di samping makam itu untuk beberapa saat, meratapi kehilangan yang tak terucapkan dengan kata-kata. Kemudian, dengan hati yang penuh dengan kesedihan, dia mencium tanah yang menutupi makam anaknya dan berdiri perlahan-lahan.

Dengan langkah gemetar, Shea meninggalkan tanah pemakaman, meninggalkan makam anaknya yang terlupakan di bawah cahaya senja yang semakin memudar. Namun, kenangan tentang anaknya tetap akan terus menghantui hatinya, menjadi luka yang tak pernah sembuh dalam hidupnya.

Tiba-tiba, Shea merasakan matanya berkunang-kunang dan langkahnya menjadi sedikit limbung. Dia meraih kepalanya dengan gemetar, mencoba menenangkan diri saat rasa pusing semakin memuncak. Tubuhnya terasa lemas, dan setiap langkah yang diambilnya terasa berat bagai beban yang tak terlupakan.

"Damn," desis Shea dengan suara terbata-bata, mencoba menahan pusing yang semakin mendera kepalanya. Dia merasa kehilangan keseimbangan dan terpaksa menopang tubuhnya dengan tangan.

Dengan susah payah, Shea mencoba untuk tetap berdiri tegak, namun pusing yang semakin memuncak membuatnya terguncang. Dia merasa dunia berputar di sekitarnya, dan segala sesuatunya tampak kabur di mata yang berkunang-kunang.

Tubuhnya gemetar saat dia mencoba menenangkan diri, namun rasanya semakin sulit untuk mengatasi pusing yang melanda. Setiap napasnya terasa berat, dan dia merasa seperti akan pingsan setiap saat.

Dengan tekad yang kuat, Shea mencoba untuk menahan pusingnya dan melanjutkan langkahnya dengan hati-hati. Meskipun terasa sulit, dia tahu bahwa dia harus tetap kuat dan tidak boleh menyerah pada rasa lemah yang melanda.

Dan saat Shea hampir kehilangan keseimbangan, Luis yang entah dari mana datangnya tiba-tiba muncul dan menahan tubuh Shea sebelum dia jatuh dan menghantam tanah. "Shea..." pekik Luis dengan suara panik, seraya merangkul tubuh Shea yang terguncang.

Shea merasa lega saat merasakan tangan Luis yang menguatkan menopangnya. Dia menatap pria itu dengan tatapan campuran antara keterkejutan dan rasa syukur. "Paman...," bisiknya dengan suara yang lemah, merasakan kelembutan sentuhan yang menenangkan dari pria yang tiba-tiba muncul di sisinya itu.

Luis menatap Shea dengan ekspresi khawatir yang jelas terpancar di wajahnya. "Apa yang terjadi padamu? Apa kau baik-baik saja?" tanyanya dengan suara yang penuh kecemasan, seraya memeriksa keadaan Shea dengan cermat.

Shea mengangguk perlahan, masih terguncang oleh kejadian tiba-tiba ini. "Aku... aku akan baik-baik saja, Paman," ucapnya dengan suara yang gemetar.

Kemudian Luis membawa Shea untuk duduk di sebuah kursi yang terdekat. "Sebaiknya kita duduk dulu," ucap Luis dengan suara lembut, memastikan bahwa Shea merasa nyaman.

Shea menuruti dan duduk di kursi itu dengan gemetar, masih terguncang oleh kejadian tiba-tiba sebelumnya. Dia menatap Luis dengan tatapan campuran antara rasa terima kasih dan kebingungan. "Paman, kenapa tiba-tiba kau bisa muncul di sini? Apa kau mengunjungi makam mama dan papa?" tanya Shea, mencoba memastikan dari mana asal kehadiran tiba-tiba Luis.

Luis menggelengkan kepala dengan lembut. "Aku datang ke sini karena aku merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dan ketika aku tiba, aku melihatmu hampir jatuh," jelasnya, seraya memperhatikan ekspresi cemas di wajah Shea.

Shea mengangguk perlahan, memahami alasan di balik kehadiran mendadak Luis. "Terima kasih, Paman. Aku benar-benar tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tidak datang tepat waktu," ucapnya dengan suara yang bergetar, merasa bersyukur atas pertolongan Luis.

Luis tersenyum lembut. "Tidak perlu mengucapkan terima kasih. Aku akan selalu ada untukmu, Shea," ucapnya dengan tulus, menawarkan dukungan dan perlindungan kepada keponakannya yang tercinta.

Shea tersenyum tipis, merasa hangat oleh kata-kata dan kehadiran Luis di sisinya. "Aku tahu, Paman. Aku selalu merasa aman ketika kau ada di dekatku," ucapnya dengan suara yang penuh dengan rasa terima kasih.

Keduanya duduk di samping-samping, menikmati kehadiran satu sama lain dalam keheningan yang nyaman. Terkadang, tidak perlu banyak kata-kata untuk mengungkapkan perasaan yang dalam dan ikatan yang kuat di antara mereka.

Setelah beberapa saat, Luis menoleh ke arah Shea dengan ekspresi serius. "Shea, aku benar-benar mengkhawatirkan mu. Apakah kau baik-baik saja? Apakah ada yang bisa kulakukan untuk membantumu?" tanyanya dengan suara yang penuh perhatian.

Shea menggelengkan kepala dengan lembut. "Aku akan baik-baik saja, Paman. Terima kasih sudah ada di sini untukku," jawabnya, mencoba menenangkan kekhawatiran Luis.

Luis mengangguk, memahami. "Baiklah, kalau begitu. Aku akan selalu ada di sini jika kau membutuhkanku," ucapnya dengan suara yang mantap, memberikan jaminan kepada Shea bahwa dia tidak akan pernah sendirian dalam menghadapi kesulitan.

Dan saat Shea merasa lebih baik, Luis mengajaknya untuk pulang dengan hati yang lega. Mereka meninggalkan tanah pemakaman dengan langkah yang berat.

Di perjalanan pulang, mereka saling berbincang, mencoba mengalihkan pikiran dari kejadian yang baru saja terjadi. Meskipun masih terasa berat di hati, namun kehadiran Luis memberikan sedikit keceriaan dan ketenangan dalam perjalanan mereka.

Sampai di rumah, Luis mengantar Shea ke dalam kamarnya dan memastikan bahwa dia merasa nyaman dan aman. "Jika kau butuh sesuatu, jangan ragu untuk memanggilku," ucap Luis seraya memberikan senyuman hangat kepada Shea.

Shea mengangguk dengan lembut, merasa terharu oleh perhatian dan kebaikan hati Luis. "Terima kasih, Paman. Aku sangat berterima kasih atas segala bantuanmu hari ini," ucapnya dengan suara yang tulus.

Luis tersenyum. "Tidak perlu mengucapkan terima kasih. Kau tahu bahwa aku akan selalu ada untukmu," ucapnya dengan suara yang penuh dengan kehangatan, sebelum akhirnya pamit dan meninggalkan Shea dalam kehangatan rumahnya.

Saat pintu tertutup di belakangnya, Shea merasa lega dan bersyukur atas kehadiran dan dukungan Luis dalam hidupnya. Sungguh beruntung Shea memiliki paman yang super perhatian seperti Luis.

...🌺🌺🌺...

...BERSAMBUNG ...

1
Liana Simon
semangat trus berkarya, cerita yg baik
Siti Nadiyah
terima kasih untuk karya mu yg keren ini thor...semoga ada extra part'y😁✌️💜
Hafifah Hafifah
yg ada kamu yg bakalan hancur lw kamu sampai melukai shea
sella surya amanda
lanjut
sella surya amanda
next
sella surya amanda
lanjut
Sumawita
mampus kalian keluarga lee
Ira Sulastri
Nah loh.... keluarga Lee sekalinya jatuh lsg ke dasar jurang, bisa bangun ga tuh 🤔🤭
Sumawita
wah keren shea balas dendam mu sungguh sangat lah terhormat
Hafifah Hafifah
wah ternyata mereka masih ingat ya ama menantu yg mereka dzolimi
Hafifah Hafifah
wah emang laki" g tau malu nih si delon belum juga resmi cerainya eh udah main lamar anak orang aja
Hafifah Hafifah
wah pasti bonyok tuh muka gara" ditampar
Siti Nadiyah
dih s Delon ga tau malu...
Siti Nadiyah
lawak kamu mah ver ver...ngaku2 nona besar d depan nona besar langsung
Ira Sulastri
Vera akhirnya kau tuai jg yg kau tanam selama ini, sekarang giliran Delon dan orang tua nya. Semoga tidak lama lagi ya😇
Hafifah Hafifah
wah g sabar deh nunggu kelanjutannya
Ellnara: Besok ya kakak
total 1 replies
Hafifah Hafifah
😁😁😁😁😁 mampus kau vera silahkan hubungi tuh paman dan kakek palsumu
Ellnara: 🤣🤣🤣🤣 Dia bodoh
total 1 replies
Hafifah Hafifah
😁😁😁😁😁 kan kamu emang nona palsu yg asli tuh ada dihadapanmu
Hafifah Hafifah
paman dan kakek palsu 😁😁😁mau"nya ya dikibulin ama si vera
Puspa Trimulyani
mampooosss kamu Vera!!!
Ellnara: Dia sebentar lagi hancur kok kakak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!