Karena permasalahan keluarganya membuat Ciara terpaksa harus bekerja di kantor milik Hassel, seorang CEO Arogant yang memiliki penyakit aneh yaitu dia akan merasa kesakitan apabila bersentuhan kulit dengan perempuan.
Ciara tak sengaja melihat informasi lowongan pekerjaan di internet yang berisikan tentang Hassel yang sedang membutuhkan seorang asisten pribadi. Namun sayangnya di perusahaan yang Hassel pimpin tidak menerima karyawan perempuan di bidang manapun.
Demi bisa membantu keluarganya terpaksa Ciara harus menyamar menjadi seorang laki-laki agar Ia bisa bekerja di kantor Hassel.
____
"Pak, lepasin Pak kita sama-sama cowok gak pantes kaya gini." Ciara meronta-ronta minta dilepaskan namun, Hassel malah memeluknya semakin erat.
"Saya Hassel William Nagasa menyatakan bahwa diri saya seorang gay karena menyukai Taraka Aidri Rivano."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naacha_Nadya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan Tender
"Kamu punya pacar?" Tanya Hassel tiba-tiba, hingga membuat Ciara bingung.
"Enggak. Kenapa emangnya Pak?" Hassel terkekeh smirk.
"Sudah saya duga kamu memang casanova yang gak mungkin mau menjalin hubungan serius dengan perempuan." Ciara menekan bibirnya mendengar itu.
"Bapak jangan asal deh." Ciara melipat kedua tangannya seraya mendudukkan dirinya di kursi depan meja Hassel.
Hassel mengeluarkan sesuatu dari lacinya, sebuah tas kain berwarna hitam milik sang asisten yang kemarin ditinggalkannya di restauran.
Hassel merogoh pembalut di dalam tas tersebut dan menunjukkannya kepada Ciara.
"Ini pembalut punya mainan kamu yang mana?" Hassel menyebut perempuan yang dekat dengan Ciara dengan mainan.
Mata Ciara melebar sempurna saat menyadari tasnya yang berisi pembalut tertinggal. Tak sopan sekali bosnya itu geledah-geledah isi tasnya!
"E__itu punya sahabat saya Pak kemarin nitip eh, saya lupa bawa tasnya. Saya jadi dimarahin kemarin." Alibi Ciara.
"Ini saya ambil." Ciara buru-buru mengambil tas serta pembalut di tangan Hassel.
Tok... Tok
"Permisi Pak." Bara sang sekretaris memasuki ruangan Hassel.
"Ada apa?"
"Mmm... Ini Pak ada undangan dari pemborong kita. Tapi ada sedikit masalah..." Bara menunduk tak berani mengatakannya.
"Ada apa?" Bingung Hassel.
"Pak James pemborong kita ingin mengundang pemimpin-pemimpin perusahaan termasuk Bapak ke acara tendernya. Dan saya baca perusahaan Sakti Jaya pun ikut berpartisipasi."
"Ya memangnya kenapa? Toh saya selalu menang tender dari si Deren, tidak usah khawatir." Acuh Hassel.
"Tapi disini tertulis wajib ada perempuan entah itu pasangan, model, atau karyawati yang mendampingi Bapak dalam berpresentasi nanti. Karena acaranya tidak cuma perkenalan produk kita saja tapi ada parti nya juga jadi semua pimpinan yang di undang harus berdansa dengan perempuan."
"Apa?" Hassel terkejut mendengar itu. Bagaimana bisa? Satu detik bersentuhan dengan perempuan saja sudah hampir membuatnya meninggal sedangkan berdansa? Bisa membutuhkan waktu cukup lama.
"Kalian berdua ada solusi?" Hassel menatap Ciara dan Bara bergantian.
"Sewa waria aja Pak." Usul Ciara membuat Bara menahan tawa dengan susah paya.
"Kamu gila ya? Yang ada saya diejek pas sampai sana!" Hassel memutar bola matanya.
"Tapi saya rasa dari ucapan Tara ada benarnya Pak. Eh tapi saya gak bermaksud mendukung Bapak menyewa waria tapi, maksud saya Bapak bisa mendandani seorang laki-laki menjadi perempuan buat Bapak ajak ke acaranya Pak James."
Hassel terdiam sambil mengetuk-ngetuk meja. "Acaranya berapa hari lagi?"
"2 hari lagi Pak." Hassel nampak shock mendengar itu karena itu artinya tidak lama lagi. Bagaimana bisa harus dadakan begini?!
Hassel memijat pangkal hidungnya yang terasa berdenyut. Pak James adalah kliennya yang paling berharga dan yang paling banyak memberikan keuntungan untuk perusahaannya, tidak mungkin Ia suka rela melepaskannya.
****
Pada sore hari Hassel memutuskan untuk mengumpulkan semua karyawannya dan menyuruh mereka melepas jas kantor mereka tapi tidak dengan Ciara dan Bara keduanya hanya mendampingi saja.
Hassel mengecek warna kulit dan postur tubuh mereka. Hassel berdecak saat menyadari bahwa semua karyawannya memiliki fisik yang LAKIK sekali.
"Tara, pakaikan mereka wig." Ciara mengangguk dan mulai memakaikan wig ke kepala mereka satu persatu.
Sejujurnya para karyawan itu merasa malu dan bingung dengan tujuan Hassel memakaikan mereka wig rambut panjang seperti ini namun, mereka takut jika protes nanti potong gaji.
Hassel memegang dagunya sambil mengamati satu persatu karyawannya yang dipasangkan wig oleh sang asisten. Beberapa kali Hassel menggeleng. Ada yang Ia rasa terlalu berotot, memiliki kulit hitam khas laki-laki atau bahkan lembek.
Ciara kembali ke tempatnya berdiri tadi dan saling memandang dengan Bara sang sekertaris dengan wajah menahan tawa. Demi apapun saat Ciara memakaikan wig kepada para LAKIK itu membuat perutnya merasa geli.
Apalagi saat Ciara memakaikan wig kepada Matheo. Ia rasanya tidak tahan ingin mengeluarkan tawanya melihat wajah tertekan laki-laki itu.
"Bara sekarang kamu!" Ciara terkekeh pelan. Ternyata Bara pun kena juga.
Tanpa lama Ciara pun langsung memasangkan wig ke kepala Bara. Bara tersenyum meringis merasa malu.
"Muka lo kaya tukang kerupuk." Ejek Ciara sambil tertawa.
Bara menyenggol lengan Ciara berusaha menahan malu.
"Sekarang kamu Tara! Saya lihat kulit kamu yang paling putih disini."
"Iya Pak bener banget Pak kulit dia putih, bulu matanya juga lentik kaya aliando saya yakin dia yang paling cocok." Sahut Bara yang sepertinya memiliki dendam kesumbat karena tadi di tertawakan.
"Bener Pak bener." Sahut Matheo juga hingga semua karyawan menyahut. Ciara pun di buat kalang kabut.
"Tapikan Pak saya asisten Bapak saya gak bisa__"
"Udah, pake nih wignya." Bara melepaskan wig di kepalanya dan melemparnya ke arah Ciara.
Ciara memegang wig itu sambil mendengus kesal menatap Bara dan Matheo dengan tatapan mengintimidasi.
"Sekalian kamu coba pake baju ini di toilet. Cepat saya tunggu!" Hassel mengambil tote bag di bawah kakinya dan memberikannya kepada Ciara.
Ciara menatap Bara meminta bantuan. Sedangkan yang ditatap hanya mengangguk-angguk saja.
"Cepet! Ini udah sore, gak mau pulang kamu?" Omel Hassel.
Ciara mencebikan bibirnya seraya berjalan pergi sambil membawa wig dan Tote bag berisi baju perempuan itu. Bukan apa, tapi Ciara sejujurnya takut Matheo akan mengenalinya.
"Duh gimana nih?" Ciara menampilkan wajah khawatirnya.
gay gaeeeessssssss😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
semoga gk ada paparazi yg melihat kejadian sosor menyosor dan sesi tamparan td...bisa geger geden🙄😬🤧🤭
kutunggu up nya thor💜
otw nikaaahhh🤣