Setelah Umayra meninggal dunia, Kaysar menjadi sangat dingin. Waktunya habis untuk bekerja dan menemani putri kecilnya yang terpaksa jadi piatu saat dia dilahirkan.
Lima tahun dia habiskan tanpa pernah terusik oleh satu perempuan pun.
Hingga dia bertemu lagi dengan seorang gadis yabg dulu pernah berniat merayu sahabatnya, Gista Aulia.
Semoga suka ya🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketemu jilid 3
"Gista, besok kamu wakilkan mas meeting, ya," ucap Harvey ketika adiknya Gista datang menjenguknya ke rumah sakit
"Kenapa harus aku? Kan, ada Mas Hilmi," tolak Gista datar. Dia lebih suka berkecimpung di perusahaannya sendiri. Walau kecil tapi sangat menyenangkan. Tapi itu dulu, saat mamanya masih ada.
Sekarang semangatnya sudah lenyap seiring dengan kematian mamanya dan semua skandal yang diperbuat papanya.
Sudah hampir dua minggu dia membiarkan asistennya yang menghandle semua pekerjaannya.
"Hilmi lagi di Semarang. Si pelakor itu berulah di sana." Suara kakaknya terdengar kesal.
Huuh, Gista menghembuskan nafas kesal.
Istri baru papanya sejak mamanya meninggal dunia, dan setelah papanya mengumumkan pernikahan mereka, sudah lebih berani bersafari ke mana mana untuk menunjukkan keberadaannya.
Memalukan dan menyesakkan.
"Mas, kamu terlalu sibuk sampai sakit begini."
"Ngga akan mas biarkan serupiah pun uang yang akan ngalir ke rekeningnya lagi," geram Harvey.
Setelah pengumuman papanya, Harvey dan Hilmi mengecek semua pengeluaran di senua cabang perusahaan baik di dalam maupun di luar negeri
Yang mencengangkan cukup banyaknya uang yang mengalir ke rekening yang ternyata milik istri baru papanya.
Papanya ngga termaafkan.
Karena itu pertemuan kemarin sangat penting. Papanya harus mengembalikan semua uang yang dipergunakan istri barunya. Dan juga harus melepaskan semua kepemilikannya di semua perusahaan mereka. Begitu juga rumah rumah dan vila vila mewah dan semua perkebunan dan resort.
Papanya memang sudah mengembaliikan semua yang dipergunakan istrinya , tapi sepertinya ngga semudah itu memiskinkan papanya.
Papanya sudah punya beberapa perusahaan sendiri yang sudah sangat sukses. Papanya memang sangat pintar. Di dunia bisnis mau pun di pemerintahan. Beberapa kali menang sebagai anggota legislatif, sekarang sedang sibuk mencalonkan diri jadi kepala daerah.
Tapi istri barunya bersikap seperti ratu karena papanya terlalu memanjakannya. Apalagi dia juga ikut berkampanye sebagai istri kepala daerah yang mungkin saja terpilih. Dia lupa statusnya sebagai perebut istri perempuan lain.
Gista menghembuskan nafas panjang.
"Anak istrimu kurang perhatian, mas," omel.Gista membuat Manda-istri kakak tertuanya itu tersenyum.
"Mbakmu dan ponakanmu ngga perlu dikhawatirin. Kamu itu, kapan nikahnya. Udah hampir kepala tiga."
Manda tertawa melihat wajah manyun Gista.
"Ngga semua laki laki seperti papa. Lihat mas dan mas Hilmi. Setia, kan. Iya, kan, sayang....." Setelah sedari tadi memasang wajah keras, sekarang sudah luntur, bergantikan wajah lembut dan mata penuh binar cinta yang kini sedang diarahkan pada istrinya yang tawanya masih berderai.
"Lebay.... Udah, ah, aku mau pulang. Mba Manda, tolong jagain masku yang manja ini," pamitnya sambil pergi.
"Siap, Gis."
"Gitu, kan, kalo disinggung suruh cari suani."
Gista cuek aja mendengar sindiran masnya saat dia melangkah pergi meninggallkan ruangan rawat inapnya.
Sudah kebal telinganya.
Dulu almarhum mamanya selalu memintanya untuk menikah. Tapi selalu dia abaikan.
Dia paling malas kalo disuruh nikah.
Memang ngga semua laki laki seperti papanya, tapi kalo dia dapat yang seperti papanya, gimana?
Gista ngga akan mau menghabiskan sebagian hidupnya hanya untuk mencoba peruntungan nasibnya. Dia masih ingat betapa menderitanya mamanya. Gista ngga mau mengalaminya.
"Kalo jalan hati hati, nanti nabrak lagi."
Gista terkejut dan dia baru sadar karena sejak tadi dia melanun.
Sepasang matanya menatap kesal pada sosok laki laki yang barusan menyapanya, tapi langsung berlalu pergi.
Dia masih menatap punggungnya yang sudah menjauh.
"Lagi? Emang pernah?" gumamnya sambil mikir dan meneruskan langkahnya. Sayangnya Gista ngga sempat memperhatikan wajah laki laki itu.
*
*
*
"Anak daddy sudah mendingan?" lembut Kaysar bertanya setelah semua orang pergi dan hanya menyisakan mereka berdua saja.
"Sudah, dad. Aku mau pulang "
Kaysar mencium kening putri kesayangannya. Lembut dan lama.
"Nanti daddy ngomong sama dokter. Tunggu oma datang dulu, ya, nemenin kamu."
"Iya, daddy." Ziza tersenyum. Tangannya masih memegang pensil warnanya. Ada stretch book di pangkuannya.
"Halo sayang."
Kaysar dan Ziza menoleh dan tersenyum lebar melihatnya. Omanya sudah datang.
Adeeva-omanya Ziza mendekat. Kaysar langsung memeluk maminya.
"Duda mami," tawa Adeeva berderai.
Kaysar dan Ziza jadi tergelak.
"Sayaaang." Adeeva menghampiri cucunya dan mengecupnya..
"Makan dulu, ya. Tadi oma masakin soto padang buat kamu."
"Wah, enak oma." Kaysar membantu Ziza menjauhkan alat alat gambarnya dari pangkuannya.
"Kalo gitu, daddy pergi dulu, ya."
"Mau kemana?" tanya Adeeva sambil mengeluarkan mangkok bekal soto padang dari dalam totte bag yang beliau bawa.
"Nemuin dokter, mam. Ziza udah ngga betah di rumah sakit," kekeh Kaysar kemudian mengecup lagi kening putrinya.
Setelah menjauhkan wajahnya, tangan Kaysar membelai lembut puncak kepala putrinya.
"Sudah sembuh, ya, sayang, Syukurlah. Kalo gitu harus banyak makannya." Adeeva menyambut senang berita ini. Dia pun menyuapkan mi putih dan daging untuk Ziza.
Ziza menggangguk sambil menerima suapan omanya.
Setelah melihat putrinya menikmati soto buatan maminya beberapa sendok dengan dengan lahap, Kaysar pun melangkahkan kakinya pergi meninggalkan ruang rawat inap itu.
Dan Kaysar melihat lagi gadis mabok itu. Awalnya Kasyar ngga terlalu memperhatikan, tapi saat jarak mereka sudah mendekat, dia baru sadar.
Senyum miringnya terukir melihat gadis itu berjalan sambil mengomel. Kalo Kaysar ngga cepat menghindar, pasti gadis itu akan menubruknya lagi
"Kalo jalan hati hati, jangan nabrak lagi," ucapnya sambil terus berlalu.
Bibirnya berkedut saat melihat ekspresi kaget gadis itu.
Tapi dia terus melangkah ngga berniat berhenti. Mereka memiliki urusan masing masing.
*
*
*
Deva, Dewa dan Sean sengaja menghadang langkah Yasnin dan beberapa teman teman perempuannya yang beberapa hari yang lalu mengerumuni Ziza.
"Hai," sapa Yasmin dengan wajah malu malu. Begitu juga teman temannya.
"Jangan ganggu Ziza," ucap Dewa datar. Deva dan Sean menatap rombongan anak perempuan yang awalnya malu malu, sekarang tercekat setelah mendengar kata katanya.
"Kalian semua jee-lek," sinis Dewa kemudian melangkah pergi dengan membalikkan punggungnya.
Deva dan Sean juga mengikuti langkah Dewa setelah melirik sinis pada mereka.
Yasmin jatuh berlutut.
"Yasmin, kamu..... nggak apa apa?" Raihana dan Adiba mendekat. Sementara beberapa yang lain masih terpaku. Ngga menyangka mendengar kalimat cemooh itu
"Rai, Diba.... Apa kita jelek? Lebih jelek dari Ziza?" tanya Yasmin dengan suara terbata. Kemudian air matanya mengalir. Dia menangis tanpa suara.
Raihana dan Adiba juga ikut menangis. Begitu juga dengan teman teman perempuannya yang lain.
Terimakasih boncap kk
quin lucu bngt sih...
aku juga heran lo quin, dulu kirain kamu tuh cewek..🤭
makasih kak Author 🤗🤗😘