Harus Ku Terima, TAKDIR INI

Sesampainya di rumah sakit ia segera menemui sang dokter. Ia merupakan salah satu pasien VIP jadi tak sulit baginya untuk segera bertemu dengan dokter tanpa harus mengantri lama.

"bagaiman Dok, apakah masih bisa di sembuhkan?"

"Begini pak, mengingat kanker ini sudah memasuki stadium akhir. Sulit kalau harus kembali seperti sedia kala, banyak resiko yang harus di tanggung. Kecuali ada pendonor yang mau mendonorkan matanya"

"Berapa pun akan saya bayar dok! Tolong Carikan pendonor itu!"

"Selama dua bulan terakhir ini kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari pendorong itu. Bahkan semua dokter dari luar negeri sudah kamu hubungi tapi tak ada satupun dari mereka yang bisa memastikan. Maka dari itu untuk saat ini, kami hanya bisa menanggulangi apa yang kami bisa. Kami hanya membantu mengurangi rasa sakit yang sewaktu-waktu bisa saja kambuh, melalui obat yang kami berikan. Untuk selebihnya kami belum bisa memastikan"

Ucapan sang dokter seketika membuat perasaan Jhon semakin tak karuan. Dimana ia akan mencari pendonor mata itu. Sedangkan semakin hari penglihatan nya semakin kabur. Jadi untuk urusan kantor sementara waktu ini akan ia serahkan kepada kerabatnya yang juga menjadi manager di perusahaan itu.

******

Satu Minggu berlalu, tepat hari ini pernikahan Alisya dan Jordan akan segera di langsungkan.

Berbalutkan kebaya putih dengan hiasan paes solo di bagian kepala menambah aura kecantikan Alisya sebagai keturunan gadis Jawa.

Akad nikah yang di laksanakan dengan penuh haru dan bahagia antara kedua keluarga. Sedangkan Jordan yang saat itu terlihat sangat cuek. Bahkan sangat berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang begitu semangat dan setuju dengan perjodohan ini.

Sementara Alisya yang melihat tingkah Jordan hanya bisa menghela napas, dan membiarkan. Bahkan sedari awal kedatangan  Jordan tak sedikitpun menampakan senyuman, se kata pun juga tak di keluarkan dari mulutnya. Nampak aneh tak seperti biasanya, monolognya. Tapi di satu sisi Alisya juga engan menegur.

******

Tiga hari setelah akad nikah itu di laksanakan. Hari ini acara resepsi pernikahan Alisya di gelar dengan konsep outdoor di Bali.

Para sahabat, keluarga, teman dekat, rekan kerja turut serta hadir mengisi acara pernikahan tersebut. Jhon dan ayahnya juga terlihat hadir di resepsi itu.

Hari ini, raut wajah Jordan sedikit ceria ketimbang saat akad nikah dilangsungkan.

Satu demi satu para tamu undangan berantrian untuk memberikan selamat kepada pengantin.

"Selamat sayang, ma sya Allah kamu cantik banget sih. Huhu" ucap Seila yang nampak sedih dan bahagia melihat sahabat nya sudah di per sunting.

"Jangan sedih dong, gue juga ikut sedih nih" timpal Alisya yang berusaha mengelap air matanya. Saat melihat sahabatnya juga bersedih.

"Jagain ya sahabat gue! Awas aja kalau sampai dia tersakiti" ucap Seila yang hendak menghampiri Jordan untuk berjabat tangan.

Sementara Jordan yang mendengar pernyataan Seila hanya bisa tersenyum.

Tiba lah saatnya Jhon untuk memberikan selamat kepada pengantin. Walaupun dengan hati berat untuk melangkahkan kakinya menuju hadapan Alisya. Tapi tak ada pilihan lain untuk ia terus berjalan.

"Selamat ya untuk kalian" timpal Jhon yang terlihat sangat dingin.

Saat hendak turun dari panggung pengantin, tanganya seketika di hentikan oleh seseorang yang tak lain adalah Herman. Saat itu ia meminta Jhon untuk ikut serta berfoto bersama rekan rekan bisnis yang lain.

Dengan berat hati Jhon menyetujui ajakan itu. Raut wajahnya tak bisa di bohongi hari ini, ia terlihat sangat memendam rasa kekecewaan. Bagaimana pun juga Alisya pernah ada di dalam hatinya sebelum benar-benar resmi menjadi istri pria lain.

Hatinya seakan di cabik-cabik oleh duri-duri tajam. Sesak rasanya dada itu!

Sementara Alisya juga merasakan perasaan yang sama kala Jhon memberikan selamat kepada dirinya. Belum sempat ia mengutarakan yang sejujurnya, takdir sudah berkata lain. Mau tak mau ia harus melupakan cinta pertamanya itu.

******

Acara hampir saja selesai, saat itu semua orang sibuk bercengkrama satu dengan yang lainnya. Tanpa mereka sadari Alisya tengah mengalami rasa sakit yang amat sakit di kepalanya.

Selama ini ia sendiri tak mengetahui penyakit yang di deritanya. Kedua orang tua Alisya lebih memilih untuk merahasiakannya kepada sang anak. Ia tak mau kondisinya semakin drop kala mengetahui penyakit yang dialami.

Sementara saat itu, hari pernikahannya sudah semakin dekat.

Alisya yang saat itu merasakan sakit yang luar biasa di kepalanya hanya bisa terus menahan tanpa sedikitpun mengatakan kepada sang suami ataupun orang di sekitarnya.

Ia terus memegangi kepalanya, berusaha menyimpan rasa sakit yang seakan akan menggerogoti kepalanya itu. Wajahnya semakin pucat, namun karena riasan yang tebal membuat orang di sekitarnya tak menyadari.

Sementara sang suami yang tak lain adalah Jordan, kala itu juga tengah sibuk sendiri dengan para rekan-rekannya. Tanpa sedikitpun menoleh kepada sang istri.

Jhon yang saat itu juga tengah bersantai dan mengobrol dengan Herman, ayah Alisya. Tak sengaja melihat tingkah sang gadis.

Di perhatikannya setiap gerak tangan yang terus menerus memegang kepala sambil sesekali memijat pelipisnya itu. Seperti ada rasa sakit yang ia simpan.

Jhon yang melihat situasi itu, tentu saja berinisiatif untuk menanyakan keadaan Alisya melalui chat Whats*pp.

Tak mungkin rasanya jika ia tiba-tiba datang menghampiri Alisya, yang kala itu tengah duduk sendirian. Apa kata orang-orang nantinya ketika melihat dirinya yang tiba-tiba saja menghampiri Alisya.

Sementara Alisya yang menyadari ponselnya bergetar saat itu juga langsung meraihnya.

Pesan yang dikirim oleh sosok pria yang kini terus memperhatikannya.

"Are you okey Al?" Tanya Jhon pada aplikasi hijau itu.

Alisya tentu saja kaget. Ia tak menyangka Jhon sedari tadi memperhatikan gerak geriknya. Ia juga tak menyangka seperhatian itu ia kepadanya.

Bukan bermaksud untuk membanding-bandingkan dengan sang suami. Tapi realita nya memang Jhon terlihat sangat perhatian ketimbang Jordan yang hanya sibuk dengan urusan pribadinya.

Bahkan saat selesai akad nikah kemarin, Jordan tak terlihat menyentuh tubuh Alisya sedikit pun. Tapi Alisya yang saat itu tak ingin berpikir macam-macam. Ia rasa Jordan seperti itu karena syok dengan situasi.

Karena mereka berdua menikah bukan semata-mata di dasari atas cinta. Tapi atas keinginan kedua belah pihak orang tua.

Alisya juga tidak mau menuntut terlalu banyak kepada Jordan, ia sendiri takut akan menyinggung perasaannya. Biarlah waktu yang bicara. Lagi pula semua akan menjadi biasa karena terbiasa.

Mungkin saja saat ini, Jordan masih belum terbiasa jadi wajar saja sikapnya yang tiba-tiba menjadi dingin terhadap dirinya. monolognya

Karena merasa terus menerus diperhatikan oleh Jhon, kemudian Alisya segera memutuskan untuk membalas pesan itu diam-diam. Ia juga merasa tak enak dengan para tamu undangan dan keluarga yang lain jika terlihat memainkan ponsel terlalu lama.

"Gue gak papa kok! Mungkin karena capek dan ngantuk jadi agak sedikit sakit kepala" jawab Alisya, yang saat itu pesannya langsung di lihat oleh Jhon.

"Ya sudah kalau gak kenapa-kenapa. Tapi kalau misalnya sudah gak kuat banget Lo bilang ya!" Timpal Jhon lagi.

Sementara pesannya itu hanya di lihat oleh Alisya. Karena ada beberapa kerabat yang tiba-tiba saja menghampirinya untuk turut serta mengabadikan moment bahagia Alisya.

Jhon kemudian melanjutkan obrolannya dengan rekan-rekan bisnisnya yang lain.

Hampir satu jam berlalu. Kini waktu juga menunjukkan tengah malam. Acara juga sudah selesai. Sebelum pengantin pria dan wanita kembali beristirahat, Jhon terlebih dulu berpamitan untuk kembali ke rumah.

Di lihatnya Alisya yang kala itu tengah berjalan meninggalkan tempat Acara. Begitupun Alisya yang seketika matanya tertuju pada pria itu.

Lamunan itu kemudian buyar, kala Marteen, sang ayah. Menepuk bahu Jhon.

"Ayok kita pulang sekarang!" Ucap Marteen

"Iya pa" jawab Jhon yang kemudian berjalan mengikuti ayahnya di belakang.

Mohon maaf apabila banyak kekurangan dalam penulisan maupun penyusunannya. semoga selalu menikmati setiap alur dan ceritanya ya:) happy reading