NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Pergi

Biarkan Aku Pergi

Status: tamat
Genre:Tamat / Selingkuh / Cerai
Popularitas:290k
Nilai: 4.6
Nama Author: Velza

Menjalani kehidupan rumah tangga yang bahagia adalah idaman semua pasangan suami istri. Hal itu juga yang sangat diimpikan oleh Syarifa Hanna.

Menikah dengan pria yang juga mencintainya, Wildan Gustian. Awalnya, pernikahan keduanya berjalan sangat harmonis.

Namun, suatu hari tiba-tiba saja dia mendapat kabar bahwa sang suami yang telah mendampinginya selama dua tahun, kini menikah dengan wanita lain.

Semua harapan dan mimpi indah yang ingin dia rajut, hancur saat itu juga. Mampukah, Hanna menjalani kehidupan barunya dengan berbagi suami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Velza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Amarah Hanna

Suara hentakan heels mengiringi setiap langkah Hanna yang memasuki rumah dengan tergesa-gesa, tanpa dia sadari mertua dan Adnan rupanya turut mengikuti. Sejak di rumah Atika tadi, mereka melihat Hanna yang seperti menahan amarah.

"Novita!" teriak Hanna dengan lantang.

"Novita! Keluar kamu!" ulang Hanna dengan nada yang sangat tinggi.

Karena yang dipanggil tak kunjung menampakkan batang hidungnya, Hanna langsung menerobos ke kamar Novita. Hanna membuka pintu dengan sangat keras, untungnya pintu tak dikunci. Emosinya semakin meluap tatkala melihat sepasang suami istri itu tidur tanpa sehelai benang pun.

"Bangun kalian!" Teriak Hanna sambil menarik selimut yang menutupi tubuh polos keduanya.

"Hanna, apa-apaan kamu?" bentak Wildan.

"Diam kamu, Mas! Aku hanya ada urusan dengan wanita tak tahu diri ini," ucap Hanna dengan lantang seraya menunjuk Novita.

Satu tamparan dilayangkan Hanna pada pipi kiri Novita, dia sudah tak kuasa menahan amarah yang telah memenuhi rongga dadanya.

"Apa yang kamu lakukan, Han?" bentak Wildan yang tanpa sadar juga menampar balik Hanna.

"Han, a-aku nggak ...."

Hanna mengangkat tangannya mengisyaratkan Wildan untuk tak melanjutkan ucapannya.

"Hanna, kamu baik-baik aja 'kan?" tanya Mama Ginan yang ternyata sudah ada di ambang pintu lalu mendekati sang menantu.

Mama Ginan sangat terkejut melihat pipi kiri Hanna yang terlihat memerah dengan cap tangan seseorang. Beliau langsung menatap tajam putranya yang tak berani melihat ke arah mamanya.

"Apa seperti ini ajaran orang tuamu, Wil? Apa mama dan papa mengajarkanmu untuk main tangan pada orang, hah?" tanya Mama Ginan penuh penekanan.

"Ma, Wildan nggak sadar menampar Hanna karena melihat Novita ditampar,' sanggah Wildan.

"Oh, jadi kamu lebih membela wanita murahan itu dibanding istri sahmu sendiri? Iya?"

"Dengar, ya, Wil! Harusnya kamu cari tau alasan Hanna yang menampar istri kesayanganmu itu karena apa. Mama kenal betul dengan Hanna, dia tidak akan semarah ini jika tidak ada penyebabnya," jelas Mama Ginan.

Mama Ginan menatap Hanna yang masih terlihat menahan amarah.

"Sekarang katakan, Han, apa yang membuat kamu semarah ini!" pinta Mama Ginan.

Sebelum mulai menjelaskan, Hanna menarik napas dalam dan mengembuskannya perlahan untuk mengontrol emosinya.

"Sebelumnya aku minta jangan ada yang bersuara selagi aku berbicara dengan wanita tak tahu diri ini."

Hanna menghadap Novita yang sejak tadi hanya menundukkan kepalanya, dia mencengkeram kedua pipi madunya agar menatap matanya.

"Kamu itu memang wanita yang tak tahu malu dan tak tahu diri. Selama ini aku diam dan berusaha menutup aib rumah tanggaku dan kebusukan kalian, tapi kenyataannya kamu telah mencoreng wajahku dengan kelakuan bodohmu itu. Sebegitu banggakah kamu menjadi orang ketiga dalam rumah tanggaku? Sebangga itukah kamu telah berhasil menjadi istri kedua seorang Wildan Gustian?"

"Karena kebodohanmu, semua orang tahu akan aib rumah tanggaku. Mereka tahu betapa menyedihkannya nasibku yang dikalahkan oleh wanita macam kamu. Baiklah, sepertinya memang semua harus berakhir sampai di sini," lanjut Hanna.

"Apa maksudmu, Han?" sela Wildan.

"Kamu tanya apa maksudku? Aku ingin mengakhiri pernikahan ini, agar aku bisa bebas dari kelakuan busuk kalian," jelas Hanna.

"Kasih aku alasan kenapa kamu meminta berpisah?" pinta Wildan.

Hanna tersenyum sinis lalu mengambil ponselnya. "Sepertinya, suami kesayanganmu ini belum tahu tentang kebodohan yang kamu lakukan, Novita," ucap Hanna.

"Lihat dan baca baik-baik!" Hanna menyodorkan ponselnya pada Wildan, agar sang suami mengetahui alasan dibalik kemarahannya dan permintaannya untuk berpisah.

Dalam ponsel itu memperlihatkan postingan dari akun Novita yang menandai akun milik Wildan. Terpampang jelas dalam postingan tersebut, foto punggung tangan Novita yang memakai cincin di jari manisnya, yang disertai ucapan terima kasih.

Rupanya dalam postingan tersebut sudah ramai dikomentari oleh teman- teman Wildan, rekan kerja Hanna, kerabat orang tua Wildan, dan Atika, kakak Hanna. Dari sekian banyak komen, yang terlihat hanya hujatan dan makian untuk Wildan.

"Sekarang sudah tahu 'kan alasanku meminta pisah. Dan kamu masih ingat bukan, saat aku bilang aku akan bertahan sampai aku benar-benar lelah dan ingin mengakhiri semuanya. Inilah puncak kesabaranku, besok aku akan ajukan gugatan ke pengadilan. Aku harap kamu tak mempersulit prosesnya," jelas Hanna.

......................

Keesokan paginya, Hanna menggedor pintu kamar Novita dengan membawa sebuah map di tangan.

"Ada apa, Han?" tanya Wildan setelah membuka pintunya.

"Ada yang mau aku bicarakan," jawab Hanna lalu menerobos masuk kamar.

"Langsung aja, ya. Aku cuma mau bilang, kalian harus keluar dari rumah ini. Karena rumah ini adalah hakku, jadi kalian sudah tidak bisa tinggal di sini lagi," ucap Hanna.

"Nggak bisa gitu, dong, Han. Rumah ini aku yang beli sebelum kita menikah," protes Wildan.

"Kamu lupa, kalau rumah ini adalah mahar yang kamu berikan untuk aku dan sertifikat rumah ini juga sudah atas namaku. Jadi, aku punya hak penuh untuk mengusir kalian dari sini," jelas Hanna dengan senyum sinisnya.

"Aku beri waktu 1x24 jam, jika kalian belum meninggalkan rumah ini maka jangan salahkan aku kalau aku harus memakai cara yang sedikit kasar untuk mengusir kalian."

Setelah mengatakan itu Hanna keluar dari kamar dan bersiap untuk mendaftarkan gugatan perceraiannya di pengadilan.

Saat sedang bersiap, ponsel yang berada di atas nakas berdering. Hanna segera mengambil ponsel dan melihat siapa yang meneleponnya.

"Halo, Sa. Tumben pagi-pagi telepon," ucap Hanna.

"Kamu jadi ngelamar kerja nggak? Barusan aku dapat informasi dari temen yang aku ceritain ke kamu waktu itu, katanya ada lowongan jadi sekertaris," ujar Annisa.

"Em, aku pikir-pikir dulu, soalnya aku masih mau ngurus perceraianku," terang Hanna.

"Jadi, beneran kamu mau cerai, Han?" tanya Annisa memastikan.

"Iya, percuma juga aku bertahan, toh udah keumbar juga aib rumah tanggaku," jawab Hanna.

"Oh, terserah kamu aja gimana baiknya. Aku cuma bisa kasih support dan doa buat kamu."

"Iya, makasih banyak, Sa."

Selesai menerima telepon dari Annisa, Hanna segera berangkat ke pengadilan sebelum hari semakin siang.

Sementara di kamar, Wildan dibuat uring-uringan karena harus keluar dari rumah itu. Dia bingung harus pergi ke mana, secara apartemen pemberian orang tuanya sudah dijual. Mau tinggal di rumah orang tuanya juga nggak mungkin.

"Mas, kamu kenapa?" tanya Novita.

"Kita harus secepatnya pergi dari sini," jawab Wildan.

"Loh, kenapa? Bukannya ini rumah kamu?"

"Iya, rumah ini memang aku yang beli, tapi sertifikat rumah ini atas nama Hanna. Dan dia minta kita untuk segera keluar dari sini," jelas Wildan.

"Terus kita bakal tinggal di mana? Masa kita tinggal di pinggir jalan," keluh Novita.

"Andai kamu nggak bikin masalah, ini semua nggak akan terjadi," ujar Wildan dengan ketus.

"Kok, kamu malah nyalahin aku, sih."

"Terus aku harus nyalahin siapa? Kalau aja kamu nggak ceroboh bikin postingan di sosmed, kita nggak bakalan diusir dari sini dan Hanna juga nggak akan minta cerai," bentak Wildan.

Wildan keluar dari kamar dan menutup pintunya dengan keras hingga menimbulkan dentuman. Sementara Novita hanya bisa pasrah dengan keadaan saat ini, dia akui ini memang terjadi karena kecerobohannya. Serumit ini ternyata menjadi istri kedua.

1
Nur Halima
Luar biasa
YuWie
Happu End..selamat Hanna dan Fran serta si kembar baby
Soraya
keren mksh karyanya thor👍
Soraya
selamat ya Hana akhirnya hamil juga
Endang Supriati
ngapain juga si hanna urusan keluarga wildan.
Endang Supriati
kanker itu seperti rambut menjalar kemana2 kamu mau sembuh nov! ganti otaknya.
Endang Supriati
si adnan hrsnya juga mati ketabrsk truck,kurang ajarrrrr ngapain sih ngabar ngabin ke Hanna.!! pki suruh besuk segala! dasar adik kakak otaknya konslet.
Endang Supriati
ucapan adalqh doa nov. itu adalah bakasan dr Allah krn sdh menghancurkan pernikahan Hanna.
ada hadisnya,pezinah dan penghancur rumah tangga org. tdk diakui sbg umat dan golongan Rasullah.
Endang Supriati
biasanya pezinah perusak rumah tangga org. kena penyakitnya kanker disekitar rahimm.
jd tdk bisa ngesex lagi bau kaya bangke jarak 10 meter aja sdh tercium baunya. krn didlm rshimnya penuh luka darah dan nanah.
Endang Supriati
yg bilang sdh maapin itu mudah! coba klu dia yg mengalami. sakit hati tahu!!
Iges Satria
/Heart//Heart//Heart//Heart//Good/
YuWie
bagus
Anna Wamey
kenapa harus dg perjanjian frans,,,?,,hanna minta tolong pdmu sekali,,,tp kamu meminta lebih,,,??,🤔
Iges Satria
tinggal beli rusaknya dan beli es krim, nanti dituangkan kesatuan wadah.. gampang kan Frans /Heart/
Anna Wamey
Lumayan
Nur Azizah
bagus n menarik
Sobar Ruddin
sangat bagus dan mengispirasihkan kita jgn terlalu terpuruk
Sobar Ruddin
seru lanjut
Endang Supriati
ucapan adalah doa.
Endang Supriati
memang hamil bisa dibuat dan diarur sendiri!!!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!