Sahira Anastasia, seorang gadis berusia 22 tahun yang baru lulus kuliah harus bersusah payah mencari pekerjaan demi menuruti kemauan ibu tirinya yang terbilang kejam.
Setelah sempat bekerja di sebuah toko roti, Sahira akhirnya memutuskan keluar dan menaruh banyak berkas lamaran ke perusahaan-perusahaan di kotanya demi mendapat pekerjaan lebih layak.
Akhirnya ia diterima di sebuah perusahaan, tapi naas akibat phobia yang ia alami saat menaiki lift, ia harus ditolak oleh Alan Dwinanda sang CEO perusahaan tersebut.
Beruntung Sahira bertemu Saka Alfian, sang kakak dari Alan yang mau membantu untuk bekerja disana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon patrickgansuwu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Pingsan
Sahira sangat terkejut, pasalnya disaat ia keluar dari ruangan Alan dan hendak melangkahkan kaki, ia malah berpapasan dengan Saka yang berdiri di depannya sambil menatap ke arahnya disertai senyuman tipis khasnya. Sahira bahkan sampai terperangah dan tidak bisa fokus fokus menutup pintu karena keberadaan Saka disana.
"Pagi Sahira! Wah kamu rajin sekali ya? Ini masih jam enam loh, tapi kamu udah ada di kantor aja. Gak salah emang kemarin saya bela kamu," ucap Saka sambil melihat jam tangannya.
"Iya pak, emang udah niat saya buat datang lebih awal hari ini. Soalnya kan sekarang hari pertama saya kerja, jadi saya gak mau mengecewakan pak Alan dan juga bapak," ucap Sahira.
"Bagus, pertahankan semua itu ya Sahira! Saya mau lihat kamu datang lebih awal setiap hari, itu pasti akan membuat Alan bangga sama kamu," ucap Saka tersenyum lebar.
"Saya usahakan pak, karena gak selamanya saya bisa berangkat pagi seperti sekarang. Takutnya ada masalah atau apa gitu kan?" ucap Sahira.
"Hahaha, iya sih saya paham. Saya juga gak nuntut kamu untuk datang lebih awal seperti sekarang, karena jam operasional kantor itu kan pukul tujuh pagi," ucap Saka.
Sahira mengangguk tersenyum, "Eee kalo gitu saya permisi ya pak? Saya sudah ada tugas dari pak Alan untuk menyiapkan keperluan meeting hari ini," pamitnya pada Saka.
"Oh gitu, yasudah kamu boleh pergi. Tapi, kamu udah tahu belum ruang kerja kamu?" tanya Saka.
Sahira menggeleng dengan wajah cemberut, "Aku belum tahu dimana ruangan aku, pak. Soalnya pak Alan gak mau kasih tau tadi," jawabnya.
"Loh kenapa? Biasanya kalau ada sekretaris baru, dia pasti kasih tau kok ruangannya dimana," heran Saka.
"Kalau bapak aja bingung, apalagi saya. Kayaknya karena pak Alan gak suka deh sama saya pak," ucap Sahira menebak-nebak.
"Ah masa sih? Kamu kata siapa Sahira? Jangan salah paham dulu!" ucap Saka.
"Iya deh pak, maaf. Umm, kalo gitu apa bapak bisa bantu saya ke ruang kerja saya?" ucap Sahira.
"Of course, saya bisa bantu kamu. Yaudah, yuk saya antar kamu kesana! Tapi, kita lewat lift ya?" ucap Saka.
"Hah? Ta-tapi pak..."
"Udah gausah tapi tapi!" potong Saka yang langsung menarik tangan Sahira dan membawanya pergi menuju lift.
Ya sepertinya Sahira akan sangat terpaksa kembali menaiki lift untuk kedua kalinya di kantor itu.
•
•
Saat di dalam lift dan lift tersebut mulai bergerak, lagi-lagi Sahira merasa sangat takut dan cemas. Seakan-akan tragedi masa lalunya yang kelam itu kembali menghantuinya, ia sungguh takut bahkan ia langsung memejamkan mata seraya memegangi tubuh Saka dengan erat seolah tak mau melepasnya.
Saka tersenyum saat melihat Sahira ketakutan dan memeluknya erat, ia bahkan dengan senang hati menerima pelukan itu. Satu tangannya ia gerakan untuk merangkul pundak Sahira, lalu mengeratkan tubuh mereka hingga saling menempel. Sahira tak sadar sebab ia sedang dalam keadaan takut.
Tak lama, pintu lift kembali terbuka dan naasnya Sahira sudah pingsan karena terlalu takut saat di dalam lift tadi. Akibatnya, Saka terpaksa menggendong gadis tersebut dan membawanya ke tempat yang aman. Saka merebahkan tubuh Sahira di atas sofa ruangan pribadi gadis itu.
"Huh pake pingsan segala lagi, saya harus gimana ini ya? Ternyata trauma dia parah banget, pantas aja si Alan sampai gak mau terima dia buat kerja disini," gumam Saka.
Saka pun menelpon ob, meminta dibuatkan teh hangat serta dibawakan minyak angin untuk membantu Sahira sadar dari pingsannya. Ia tampak sangat kalut dan menyesal karena telah memaksa Sahira menaiki lift, walau niatnya hanya ingin menghilangkan rasa trauma gadis itu.
"Sahira, ayo sadar dong! Masa iya saya harus kasih nafas buatan buat kamu, supaya kamu bisa sadar? Kan gak mungkin, mau ditaruh dimana muka saya?" ujar Saka pelan.
Karena tak ada pilihan lain, Saka mencoba memberi nafas buatan untuk Sahira. Ia mendekat dan lalu memejamkan mata seraya memajukan bibirnya ke arah mulut Sahira. Tanpa diduga, gadis itu sudah lebih dulu sadar dan sangat syok melihat wajah Saka sangat dekat dengannya.
Ia reflek berteriak, "Aaaaaa!!" Sahira langsung bangkit dan mendorong tubuh Saka hingga terjatuh ke lantai dengan posisi duduk.
"Aduh!" Saka memekik sakit seraya memegangi punggungnya.
"Pak, maaf pak! Tadi saya kaget aja waktu lihat muka bapak di depan muka saya, bapak mau ngapain sih emang?" ujar Sahira.
"Eee itu anu saya.." Saka sangat gugup dan bingung harus menjelaskan bagaimana.
•
•
Disisi lain, Fatimeh sangat penasaran dengan pekerjaan baru Sahira. Ia keluar rumah dan memutuskan mencari tahu apa sebenarnya yang dikerjakan Sahira setelah keluar dari toko roti, ia ingin tahu apakah putrinya itu benar-benar bekerja di perusahaan besar atau hanya bualan semata.
Di tengah perjalanan, wanita dewasa itu malah bertemu dengan salah seorang pria yang mengendarai motor. Pria tersebut tentunya ialah Awan atau yang biasa dipanggil om Awan oleh Sahira, walau usianya masih terbilang muda dan belum menikah.
"Eh, assalamualaikum tante calon mertua. Duh kok tante jalan kaki sih panas-panas begini? Mau kemana tante?" tegur Awan.
"Waalaikumsallam, gak kemana-mana kok ini tante cuma mau susulin Sahira ke kantornya. Ya siapa tahu aja tante juga bisa dapat kerjaan disana kayak dia," ucap Fatimeh.
"Ohh, emang Sahira sekarang kerja dimana sih tante? Dia udah enggak di toko roti depan sana lagi?" tanya Awan.
"Yah kamu ketinggalan berita sih, Sahira udah keluar dari toko roti karena mulai hari ini dia kerja di perusahaan besar. Kamu kalah sama dia tuh!" jawab Fatimeh dengan bangga.
"Iya tante, terus tante tahu gak Sahira kerja di perusahaan apa?" tanya Awan.
"Boro-boro tau, si Sahira gak pernah kasih tau soal nama perusahaannya ke tante," jawab Fatimeh.
"Lah terus sekarang tante mau kemana dong? Katanya tante gak tahu Sahira kerja dimana," heran Awan.
"Makanya ini tante mau cari tau informasi ke temannya Sahira, itu loh si Cat yang kerja di toko roti juga. Siapa tau aja dia tau Sahira kerja dimana," ucap Fatimeh.
"Oh yaudah, biar aku antar aja yuk tante! Kasihan lah tante Imeh jalan sendirian begini sambil panas-panasan," ucap Awan.
"Boleh juga, lumayan dapat tumpangan gratis. Eh tapi gratis kan bener?" ujar Fatimeh.
"Iya tante, gratis kok. Masa sama tante calon mertua aku perhitungan?" ucap Awan sambil nyengir.
"Terserah deh apa kata kamu, mau panggil saya calon mertua atau apa kek, yang penting saya dapat tumpangan gratis. Udah yuk buruan kita berangkat ke toko roti sekarang!" ucap Fatimeh.
"Siap tante!" ucap Awan patuh.
Fatimeh langsung naik ke atas motor Awan, mereka pun bergegas pergi menuju toko roti tempat Cat bekerja.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...