NovelToon NovelToon
Bos Muda

Bos Muda

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Bad Boy / Kriminal dan Bidadari / Si Mujur
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: Humble

Arsa menjalani hidup yang sangat sulit dan juga aneh. Dimana semua ibu akan bangga dengan pencapaian putranya, namun tidak dengan ibunya. Alisa seperti orang ketakutan saat mengetahui kecerdasan putranya. Konfilk pun terjadi saat Arsa bertemu dengan Xavier, dari situlah Arsa mulai mengerti kenapa ibunya sangat takut. Perlahan kebernaran pun mulai terkuat, dimulai dari kasus terbunuhnya Ayah Arsa, sampai skandal perusahaan besar lainnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Humble, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Satu Kartu Akses semua

Arsa langsung menoleh pada receptionis pria yang tadi hanya diam. Namun saat ini ikut bicara dengan keras.

Arsa juga berniat menjelaskan bahwa dia memang di undang. Bahkan, meski tak mengenal Irish sebelumnya, namun jelas gadis itu sendiri yang mengundangnya.

“Maaf, aku memang di undang. Dan aku juga memiliki kar—,”

“Keamanan!”

Ucapan Arsa langsung di potong, karena tiba-tiba saja penuda yang berdiri disebelah Fitri berbalik dan mengangkat satu tangan, memberi tanda memanggil.

Mata Bryan dan Harris melebar, bahkan sampai saat mereka sudah berada di dalam lobi hotel ini saja, sejak tadi beberapa dari keamanan yang kini datang mendekat itu, terus memperhatikan mereka.

“Arsa! Tunjukan pada mereka sekarang, kartu yang kamu miliki.” Ucap Bryan mengingatkan temannya itu, sambil terus memperhatikan pria-pria dengan pakaian hitam yang berjalan kearah mereka.

“Ya, sebentar.”

Kecuali kedua temannya yang demas dan terus memperhatikan keamanan, semua orang melihat Arsa mengeluarkan dompetnya.

Saat itu, Arsa terburu-buru mengambil salah satu kartu di dalam dompetnya yang juga berwana hitam, tanpa memeriksanya terlebih dahulu.

“Cih, kosong seperti biasa.” Gumam Fitri, sedikit berjinjit mengintip isi dompet oemuda itu. Namun kemudian, matanya melebar saat melihat kartu hang di terik keluar oleh Arsa.

“Maat, ini kartunya.” Ucap Arsa, sambil berjalan mendekat, menunjukkan kartu berwarna hitam.

Sama dengan Fitri, ada empat resepsionis yang berdiri di belakang konter panjang itu kini melebarkan mata mereka, saat melihat kartu yang ada di tangan Arsa.

Keempatnya sempat terdiam, namun saat salah satu dari mereka ingin mengambil kartu dari tangan Arsa, seseorang dengan sigap menyambarnya.

Arsa tersentak, langsung menoleh dan berseru. “Fitri, apa yang kamu lakukan?”

Arsa sama sekali tidak ingin berurusan lagi dengan wanita itu. Sebenarnya, bertemu dengan Fitri saja, arsa sudah sangat muak.

Apa yang dilakukan Fitri padanya, membuat Arsa meragukan perasaan yang tulus dari seorang wanita. Sekarang sikap Fitri yang sudah keterlaluan itu, semakin menunjukkan padanya bahwa, wanita benar-benar lebih mengerikan daripada yang dia pikirkan.

“Chris, coba lihat ini.” Ucap Fitri sambil menunjukkan kartu yang baru saja dia rampas dari tangan Arsa, pada pria yang datang bersama dengannya.

Chris langsung tersenyum mengejek, mengambil kartu tersebut dengan ujung jari dan terlunjuk, seolah memegangnya saja sudah membuatnya jijik.

“International Platinum Blackcard? Heh, apa kau bercanda?… kartu bodoh apa yang ingin kau tunjukan pada mereka, hah?” Ejek Chris sambil menenteng kartu itu sedikit tinggi.

“Maaf, Tuan..”

“Chris, aku Chris Bossman.” Jawab Chris, saat mendengar salah satu resepsionis wanita di belakang konter bertanya.

“Baik, Tuan Bossman, bolehkan kami melihat kartu itu?” Tanyanya pada Chris, ingin memastikan apakah kartu itu sesuai dengan dugaannya.

Arsa yang sadar kesalahannya saat mendengar chris menyebutkan nama kartu itu, segera kembali membuka dompetnya, dan mencari kartu yang telah diberikan gadis yang bernama Irish padanya.

Sementara itu, Bryan dan Harris yang berdiri tidak jauh darinya, menatap dengan cemas.

“Sial! Sepertinya, aku lupa membawa kartu itu.” Gumam Arsa, yang tentu bisa di dengar oleh Fitri, Bryan san Harris juga.

“Nona, sebaiknya tidak perlu membuang waktu kalian untuk memeriksanya. Kartu ini, sama sekali berbeda dengan kartu hitam untuk acara ini.” Ujar Chris, namun disaat yang sama dia mengeluarkan kartu hitam miliknya dari saku dan meletakkan kedua kartu itu di atas meja.

“Keamanan! Sepertinya pemuda ini dan dua temannya berniat menyusup ke acara Nona Irish. Lihat! Aku yakin sebentar lagi, dia akan berpura-pura bahwa kartu undangan miliknya tertinggal.” Ucap Fitri, pada keamanan yang sudah berdiri dekat dengan mereka.

“Sebentar.”

Langkah pria-pria yant mengenakan pakaian serba hitam itu langsung berhenti, saat salah satu dari resepsionis itu berseru pada mereka.

“Nona, tidak perlu.”

Fitri tidak menyeelesaikan kata-katanya, karena saat ini, baik dia dan yang lainnya, menatap keempat orang yang berada di balik meja itu saling bertatapan dan menganggukkan kepala secara bersamaan.

“Tuan…. Maaf, tapi sebelumnya aku ingin memastikan. Apa kartu ini benar-benar milik anda?” Tanya salah satu dari keempatnya pada Arsa.

Meski heran, cepat Arsa menganggukkan kepala. “Ya, itu punyaku meskipun belum aku gunakan.” Jawab Arsa apa adanya.

Mendengar jawaban Arsa, keempatnya kembali saling bertatapan. Hal itu tentu saja membuat semua orang yang melihatnya menjadi penasaran.

“Arsa, lupakan saja tentang pesta ini, kita pergi saja.” Ucap Bryan yang curiga bahwa masalah ini akan semakin membesar.

Harris yang sudah tahu bahwa Arsa meninggalkan kartu, menganggukan kepalanya, sambil menahan malu.

Arsa menarik napas dalam, dan melepaskan dengan pasrah. Pemuda itu menggelengkan kepala tanda menyesal pada keduanya, sebelum akhirnya berjalan mendekat pada meja resepsionis.

“Nona, maaf telah membuang waktu kalian. Salahku, karena telah lupa membawa kartu. Sekarang kembalikan kartuku.” Ujar Arsa pasa mereka.

“Kalian lihat…. Hahahah sekarang mereka mencoba melarika diri.” Seru Fitri, merasa sebentar lagi dendamnya pada Arsa akan terbalaskan.

“Sebaiknya kalian memeriksa mereka. Bisa saja mereka telah merencanakan sesuatu, saat memiliki ide untuk menyelinap pada pesta ulang tahun ini.” Lanjutnya kembali.

Para keamanan yang mendengarnya mengangguk kepala, berpikir bahwa apa yang dikatakan gadis itu, mungkin ada benarnya.

Di saat yang bersamaan, salah satu dari empat resepsionis itu berkata. “Maaf, Tuan. Untuk menghindari kesalah pahaman, apakah kami boleh memastikan bahwa ini benar-benar kartu anda?”

Jauh dari apa yang di pikirkan Fitri, keempat resepsionis itu berpikir masalah itu mungkin jauh lebih besar, dari apa yang mereka pikirkan.

Hal itu karena, kartu yang dikeluarkan Arsa yang kin ada di salah satu rekan mereka itu, merupakan kartu yang sangat berharga. Untuk hal tersebut, mereka telah memastikannya.

Sekarang melihat siapa yang mengaku bahwa dirinya memang pemilik kartu tersebut, mengundang rasa curiga keempatnya.

Arsa tampak berpikir sejenak, seolah mempertimbangkan sesuatu. Dia sangat mengetahui kartu apa yang kini sedang berada di tangan salah satu resepsionis itu. Dan tentu saja Arsa juga tahu seberapa berharga kartu itu sebenarnya.

Arsa memaklumi kecurigaan mereka. Namun disaat bersamaan jika itu benar miliknya, besar kemungkinan semua orang yang ada disana, akan tahu seberapa kaya dia saat ini.

“Kenapa kalian memanggilku?”

Suara satu orang lainnya tiba-tiba muncul, tepat sebelum Arsa ingin menjawab permintaan resepsionis.

“Nona Bella, coba lihat ini.” Ucap salah satu receptionis sambil memperlihatkan kartu milik Arsa.

Mata Bella langsung terbelalak saat melihat kartu tersebut. Cepat dia mengedarkan pandangannya, mencari salah satu dari orang di depan sana, yang mungkin saja pemilik kartu.

“Oh, Arsa! Tamatlah riwayatmu. Bahkan kau sampai melibatkan Nona Bella, manager hotel ini.” Ejek Fitri pada Arsa, sedikit membersarkan suaranya untuk mengundang perhatian manager hotel tersebut.

Dan benar saja, sast itu juga Bella langsung menoleh pada keduanya. Namun cara Bella memanggil Arsa, membuat semua orang terdiam.

“Tuan Muda, maaf, Aku Bella Saphira, manager hotel ini. Apa benar, kartu ini milik anda?” Ucap Bella sambil tersenyum ramah, bahkan sedikit membungkuk.

Melihat itu Arsa sadar bahwa sast ini, dia tidak bisa mengelak lagi. Sambil mengangguk, Arsa menjawab. “Benar, Nona Saphira, kartu itu memang milikku

1
Humble
Oke
Edy Putra
lanjut thorr
echa purin
/Good//Good/
Edy Putra
lanjut thorr
Ahmad
terima kasih kak.dan tetap semangat (👍👍
Humble
Oke santai
Ahmad
lanjutin dong kak, setidaknya buat gw baca.....plis......🙏🙏
Ahmad
semangat kak author, meskipun sepi
Humble
Hahah gapapa mungkin belum aja
Ahmad
sepi ya kak author?
Humble
Makasih, semoga betah
Viva/Vivian
Membuat saya ketagihan
Humble
Terima kasih kak
danisya inlvr
Aku suka banget tokoh utamanya, terasa sangat hidup. ❤️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!