NovelToon NovelToon
Pamit

Pamit

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Cerai
Popularitas:607.9k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bagaimana perasaanmu jika jadi aku? Menjadi istri pegawai kantoran di sudut kota kecil, dengan penghasilan yang lumayan, namun kamu hanya di beri uang lima puluh ribu untuk satu minggu. Dengan kebutuhan dapur yang serba mahal dan tiga orang anak yang masih kecil.
Itulah yang aku jalani kini. Aku tak pernah protes apalagi meminta hal lebih dari suamiku. Aku menerima keadaan ini dengan hati yang lapang. Namun, semua berubah ketika aku menemukan sebuah benda yang entah milik siapa, tapi benda itu terdapat di tas kerja suamiku.
Benda itulah yang membuat hubungan rumah tangga kami tak sehat seperti dulu.
Mampukah aku bertahan dengan suamiku ketika keretakan di rumah tangga kami mulai nampak nyata?
Jika aku pergi, bisakah aku menghidupi ke tiga anakku?
Ikuti perjalanan rumah tangga ku di sini. .

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Mulai Usaha Baru

Baru beberapa jam memejamkan mata, aku terbangun karena adzan subuh yang terdengar di mana-mana. Seperti biasanya, aku langsung memulai aktivitas dengan ibadah. Saat aku terduduk, tak ku temui mas Anang, entah kemana perginya aku berusaha tak peduli.

Setelah selesai sholat aku pergi ke dapur, saat baru saja sapi di dapur, aku mendengar pintu utama yang terbuka. Aku melangkah keluar dapur, ternyata mas Anang yang membuka pintunya. Itu artinya mas Anang semalam keluar dan tak pulang. Pergi kemanapun aku tak tahu dan tak ingin tahu.

Kami saling tatap beberapa lama, nampak wajahnya yang biasa saja, tak ada guratan kesedihan atau penyesalan di sana. Aku berbalik arah menuju ke dapur lagi. Hingga sebuah panggilan menghentikan langkahku.

"Dek, maaf aku semalam ketiduran di rumah ibu. Bangun-bangun udah pagi."

Aku tak menjawab, dengan acuh aku kembali ke dapur untuk masak. Aku memaksa diriku untuk kuat, ada tiga orang anak yang harus aku perhatikan. Setiap aku melihat wajah mas Anang, aku selalu teringat dengan benda haram itu. Apa lagi jika aku mengingat deretan angka yang tertera di tabungan mas Anang.

Aku baru mengetahui semalam, bahwa suami ku ternyata sudah menerima gaji belasa juta. Sedangkan aku hanya diberi nafkah dua ratus ribu per bulan. Lalu kemana perginya uang-uang yang lain? Apa mas Anang memberikan seluruh gajinya untuk ibu dan adiknya? Dan bagian ku hanya dua ratus ribu itu? Tapi ibu masih meminta minta bahan dapur padaku? Ah pertanyaan yang sejak semalam bergelantungan di kepala ku membuat aku semakin pusing dan sesak dalam waktu bersamaan.

"Aduh." Aku baru sadar jika aku memotong sayuran sambil melamun, jariku tergores pisau sedikit dalam.

Aku tak tahu sejak kapan mas Anang berdiri di belakang ku. Tiba-tiba saja dia menarik tanganku dan hendak menyesap darah yang keluar dari tanganku. Memang ini kebiasaannya sejak dulu. Tapi kali ini aku tak mau di sentuhnya. Aku dengan cepat menarik lagi tangan yang sudah di ujung mulutnya.

"Kamu luka tangannya. Siniin aku obatin." Mas Anang masih membujukku.

"Tangan ini hanya luka sedikit, nggak ada apa-apanya. Aku sedang merasakan sakit yang lebih dari ini jika kamu tidak tahu."

"Dek, aku minta maaf. Aku salah, aku sadar aku salah. Aku janji nggak akan mengulanginya lagi."

Aku diam, aku tak mau lagi berbicara dengannya lebih jauh. Aku tak mau mengundang emosi ku sendiri, aku takut jika anak-anak bangun dan melihat ibunya yang sedang bertengkar dengan ayahnya.

"Dek, aku harus apa biar kamu maafin aku? Akan aku turuti semua permintaan kamu, dek, asal kamu beri aku maaf, kamu beri aku kesempatan kedua."

"Tolonglah mas, jangan ganggu aku. Biarkan aku  masak, lebih baik kamu mandi, akan jauh lebih baik jika kita saling diam dan introspeksi diri apa yang salah. Meskipun aku sendiri bingung harus dengan cara apa aku mencari kekurangan atau kesalahan ku sampai kamu tega sejauh ini sama aku. Kamu bukan hanya mengkhianati ku, mas. Tapi kamu juga sudah mengotori pernikahan juga dengan berhubungan badan dengan wanita lain." Tak sanggup lagi, aku tak sanggup menahan air mataku agar tak jatuh. Pikiranku sejak semalam terus dihantui dan dibayangi saat suami ku berhubungan badan dengan wanita yang entah siapa.

"Jangan sentuh aku!" Untuk pertama kalinya aku mengangkat jariku di depan wajah mas Anang. Ingin sekali aku membenturkan kepalanya di tembok hingga babak belur, agar tak ada wanita yang sudi menjadi gundiknya lagi. Kalau perlu aku patahkan semua aset miliknya. Ah aku merasa jadi psikopat kalau berpikir seperti ini.

Aku melihat wajah mas Anang yang sedikit berubah. Dia seperti tak terima aku perlakukan seperti ini. Wajar, karena selama ini aku tak pernah bicara atau bertindak tak sopan. Aku selalu menganggukkan kepala dengan apapun yang keluar dari mulutnya.

"Turunkan jarimu, Ayu." Intonasi bicara mas Anang sudah berubah. Dari suaranya terdengar pelan namun penuh dengan penekanan.

Kami masih saling tatap dalam tatapan yang sama, sama-sama dingin dan tajam, seakan tatapan kami saling tusuk satu sama lain. Hingga kedatangan Alif membuyarkan perang tatap kami.

"Ayah tumben pagi-pagi sudah di dapur," kata Alif yang heran.

"Iya, ayah... Ayah sedang bantu ibu, biar cepat selesai."

Aku melihat Alif hanya mengangguk, meskipun aku tahu dia pasti tak percaya, namun ia lebih memilih diam dan kembali ke kamar setelah menenggak setengah gelas air putih.

Setelah kepergian Alif, mas Anang juga pergi dari dapur. Aku melanjutkan kegiatan ku dengan sesenggukan dan berusaha sekuat tenaga untuk tak menjatuhkan air mata.

Pukul setengah tujuh, aku sudah riuh dengan anak-anak. Aku bersyukur, Alif sudah mandiri di usianya yang masih lima tahun. Aku sedikit terbantu dengan kemandiriannya itu, jadi aku bisa mengurus adik-adiknya yang masih tiga tahun dan satu tahun.

"Bu, aku berangkat sekolah ya. Sarapan aku udah habis," ucapnya menghampiri ku yang sedang menyuapi kedua adiknya.

Aku mengangguk dan memberikan selembar uang dua ribu rupiah. Dengan hati senang dan senyum sumringah dia berlari ke sekolah. Untunglah jarak ke sekolah dengan rumah hanya terpisah oleh satu bangunan rumah saja dan tidak perlu menyebrang, jadi aku tak perlu mengantarnya.

"Dek, makanan kamu taruh mana? Kok tinggal dikit banget ini?" teriak mas Anang seakan tak terjadi apa-apa diantara kami. Apa semua laki-laki seperti itu? Bertindak dan bersikap biasa saja setelah melakukan kesalahan besar?

"Dek, makanan habis ya? Bahan dapur sudah habis?" Mas Anang menghampiri ku yang berada di teras, karena teriakannya tadi tak aku jawab.

"Memang aku masak sedikit," jawabku acuh.

"Kenapa? Apa bahan masakan habis? Biasanya nggak pernah begini kan?"

"Iya, aku lupa belum beli bahan dapur. Kamu masih pegang uang kan? Beli di luar dulu sarapannya ya. Kak Agil sama Anin, waktunya kita mandi." Aku menggendong keduanya untuk aku bawa masuk ke dalam. Tak aku pedulikan bagaimana reaksi mas Anang melihat ke kurang ajaranku ini. Aku tak mau bertengkar di depan anak-anak.

Selesai aku memandikan anak-anak, aku menyempatkan untuk membuka hape dan melihat chat di grup jualan Risa. Sudah ada upload an barang di dalam chat itu. Dengan bismillah aku mulai mulai memposting dagangan itu di aplikasi biru dan aplikasi bergambar kamera.

Tentu saja aku membuat akun baru untuk jualan ku ini. Aku tak mau ada orang di sekitarku tahu aku jualan. Aku tak mau dimanfaatkan oleh keluarga suamiku, aku harus bisa sukses dan punya banyak uang tanpa campur tangan mas Anang. Aku pernah sekali membaca novel online, dimana istrinya selalu dihina dan dibanding-bandingkan dengan para istri lainnya dan di acuhkan suaminya karena tak becus mengurus badannya sendiri. Dan akhirnya wanita itu memutuskan untuk bangkit diam-diam. Setelah dia sukses, dia meninggalkan suaminya dan akhirnya suaminya sampai bersimpuh di kaki istrinya agar tak pergi darinya. Dan aku, aku akan memerankan si wanita yang menjadi tokoh utama dalam novel itu. Aku tidak ingin membuat mas Anang bersimpuh di kakiku, tidak, aku hanya ingin membuat dia menyesal sudah berani menipuku.

1
Jessica
Luar biasa
UfyArie
50 ribu seminggu ini tahun berpa
meris dawati Sihombing
Hahhh, umur 25 dah jd Dokter spesialis?? yg bener???H suka2 mu lah thorrr
niken babyzie
kuliah fadil gak kelar2 yah thorrr
niken babyzie
nenek2 laknat
niken babyzie
campur racun sekalian
meris dawati Sihombing
Haluuuu, 1 minggu cuma 50 rebu
niken babyzie
judul novelnya cocok di beri judul.. ternyata aku baru sadar telah menikahi suami pelit
niken babyzie
mokondo
Ratnasihite
kocak nih alif udah tau suka sama suka😄😄
Ratnasihite
Luar biasa
yuyunn 2706
bodoh ayu,kasusin itu mantan mertua biar kapok
yuyunn 2706
kok ndridil anaknya,kan bs KB
Mastina Maria siregar
novelmu sukses bikin aku mewek Thor...
ceritanya sperti di dunianya nyata.
Mastina Maria siregar
dr awal baca sampe bab ini suka,,mewek trust,seolah olah saya yg mengalaminya.alurnya bagusjg penggunaan bahasanya.pokoknya suka,
Mastina Maria siregar
sperti di dunia nyata,sedih Thor...
Sulati Cus
jgn2 si jaga cosplay nya si rifki
Sulati Cus
😂😂😂 g mungkin lah jd Winda yg mau sm suami orang lah Wong yg bujang aja msh banyak
Sulati Cus
kyknya jodoh nih eh apa si jaka lg nyamar ???
Sulati Cus
mase keknya pgn di tabok bolak-balik nih, cantik jg perlu modal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!