Klarybell Berliana, seorang penyihir agung nan terkenal karena kegilaan dan kekejamannya menghukum musuh. Klarybell mati karena sebuah ledakan meteor saat dirinya sedang melakukan penelitian terhadap sihir hitam. Sesampainya jiwa Klarybell di alam akhirat, hakim akhirat menyatakan bahwa Klarybell tidak diterima surga maupun neraka sebab dosanya selama di dunia sudah terlalu banyak. Kemudian Klarybell meminta kepada dewa kedamaian untuk menjadikannya sebagai dewi, tapi dia harus memurnikan dosanya dengan cara masuk ke tubuh manusia dan melakukan kebaikan.
Valencia Allerick, gadis bangsawan yang bertubuh gemuk dan mempunyai kehidupan suram. Setelah memergoki calon tunangannya berselingkuh dengan sahabatnya, Valencia pun mengakhiri hidupnya dengan melompat dari balkon mansion.
Klarybell mengambil alih tubuh Valencia, dia menggantikan hidup Valencia lalu memberantas masalah yang menghadang. Bisakah Klarybell menjalani hidup seperti orang biasa? Bisakah dia akhirnya menjadi seorang dewi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xeiralana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Saya Tidak Peduli
Valencia menyunggingkan senyumnya, dia mengamati baik-baik ketiga pelayan yang berceloteh sambil menghinanya. Salah satu di antara mereka menyembunyikan perhiasan milik Valencia di balik seragam pelayannya. Sepanjang hinaan yang berjalan, Valencia terus diam tak bersuara, hal ini pun mendatangkan tanda tanya di kepala para pelayan.
“Ada apa dengan gadis itu? Mengapa dia diam saja hari ini? Biasanya dia mengamuk setiap kali kita mencoba mengomporinya. Kondisi kamarnya juga sangat bersih, padahal tidak ada pelayan di mansion ini yang sudi membersihkan kamarnya,” bisik seorang pelayan ke rekannya.
“Dia punya temperamen yang buruk, tapi yang aku lihat hari ini seperti sebuah ketenangan yang akan mendatangkan badai. Ayo kita keluar sekarang, aku punya firasat buruk soal ini.”
Valencia bangkit dari posisinya, dia mendekati ketiga pelayan itu sambil melirik makanan yang mereka bawa. Di atas nampan terdapat segelas air putih, satu potong roti keras, serta satu mangkuk bubur dingin. Valencia pun melipat kedua tangannya di dada, dia tidak habis pikir ada pelayan selancang mereka.
“Apakah kalian sudah selesai mengoceh?” Para pelayan itu kembali tersentak, entah mengapa suara Valencia seakan menusuk nadi mereka. “Jadi, inikah makanan yang kalian bawa ke kamar majikan kalian setelah satu bulan lamanya? Bubur basi dan roti keras ditambah air putih dingin dengan gelas yang kotor. Kalian sedang mempermainkanku?”
Valencia meraih mangkuk bubur, secara mengejutkan Valencia mengguyur kepala salah satu pelayan dengan bubur tersebut. Suasana menjadi hening, mereka tidak menyangka Valencia akan berbuat sejauh ini. Apabila itu Valencia yang asli, maka dia hanya akan memarahi mereka lalu mengusir mereka keluar dari kamar.
“Nona, tampaknya Anda sudah keterlaluan. Jangan lupa kehadiran Anda di sini atas belas kasihan Grand Duke. Apabila sekarang saya mengadukan Anda kepada Grand Duke atas perlakuan kurang ajar Anda, maka saya yakin beliau akan memarahi Anda. Jadi, sebelum itu terjadi biarkan saya memberi pelajaran untuk Anda.”
Pelayan yang terkena siraman bubur itu mengangkat tinggi-tinggi tangan kanannya, dia bermaksud untuk melayangkan tamparan ke pipi Valencia.
“Jangan melewati batas, manusia biad*b!” Valencia mencekal pergelangan tangan si pelayan lalu menyentakkan tubuh pelayan itu ke atas lantai. “Kau mau menamparku? Biar aku tunjukkan padamu sesakit apa tamparanku.” Valencia menarik kerah baju si pelayan lalu langsung mendaratkan dua kali tamparan di pipi kiri dan kanan.
Kedua pelayan yang menyaksikan seketika gemetar ketakutan, pasalnya suara tamparan Valencia terdengar renyah. Darah mengucur dari sudut bibir si pelayan, tamparan Valencia benar-benar sangat kuat. Tampaknya Valencia masih belum puas menamparnya, tapi dia tidak bisa melewati batas lebih dari ini.
“Kalian lupa siapa majikan di sini? Mau mengadukan masalah ini kepada Grand Duke? Silakan! Adukan saja kalau kalian berani, tapi jangan salahkan aku jika hidup kalian berakhir lebih cepat dari takdir yang ditentukan.”
Aura mematikan Valencia memenuhi ruangan, napas ketiga pelayan seolah tercekat sehingga mereka kesulitan untuk bernapas. Apabila Valencia menekan lebih dalam amarahnya, maka dia dapat membunuh para pelayan itu tanpa disentuh. Namun, tiba-tiba saja Sean di wujud kucingnya melompat lalu memukul kepala Valencia. Akibat pukulan Sean tersebut, aura mematikan Valencia mulai meredup secara perlahan.
“Ahh, brings*k!” Valencia spontan mengeluarkan kata umpatan, dia menatap tajam Sean yang berpura-pura tidak tahu dengan yang terjadi. “Sudahlah, keluar kalian dari kamarku! Jangan sampai aku melihat kalian lagi.” Valencia mengusir ketiga pelayan itu dari kamarnya. Mereka bergegas angkat kaki, tapi Valencia masih belum menyadari kalau ketiga pelayan itu berniat mengadukan perbuatannya kepada Grand Duke.
Valencia sibuk menggerutu di kamarnya, Sean hanya berperan sebagai pendengar yang baik. Walaupun gendang telinganya menolak untuk menyimak, dia tidak melontarkan kalimat protes sedikit pun. Hingga berselang beberapa menit, seorang pelayan mendatangi kamar Valencia dan mengabarkan bahwasanya Grand Duke ingin bertemu dengannya. Tanpa berpikir panjang, Valencia pun pergi memenuhi panggilan Grand Duke.
Sepanjang jalan menuju kediaman utama, tatapan penghuni mansion terlihat aneh, tak jarang Valencia mendengar bisikan memuji dan takjub. Wajar saja mereka bereaksi demikian, Nona Valencia yang mereka kenal bertubuh gemuk disertai muka penuh jerawat. Tetapi, Valencia yang mereka lihat hari ini adalah Valencia versi yang diperbaharui oleh Klarybell.
“Permisi, Yang Mulia, saya membawa Nona Valencia untuk menemui Anda.”
Valencia melangkah masuk ke ruang pribadi sang Ayah, begitu dia berada di ambang pintu, tampak seorang pria berambut coklat muda disertai bola mata bening berwarna hijau safir. Ciri fisiknya sangat mirip dengan Valencia, hanya saja Valencia mempunyai wajah nan lembut sedangkan Ayahnya memiliki garis wajah yang tegas dan kaku.
“Saya menyapa Yang Mulia Grand Duke Adarian Allerick.” Valencia membungkuk memberi salam kepada Adarian.
Adarian tertegun melihat penampilan putrinya berubah drastis, tatapan mata Valencia kini terlihat dingin padanya. Biasanya sang putri memberi salam pagi secara rutin padanya, tapi selama satu bulan ini Valencia tidak pernah lagi menampakkan dirinya di hadapan Adarian. Tanpa sadar, Adarian bertanya-tanya alasan putrinya tidak lagi pernah menyapanya. Sekarang dia dikejutkan oleh Valencia yang tak memanggilnya dengan sebutan ‘Ayah’.
“Valencia, apa yang kau lakukan kepada tiga pelayan ini?” tanya Adarian langsung pada intinya.
Valencia melirik ke arah tiga pelayan yang tadi mencari masalah dengannya, sekilas terbit senyum seringai dari bibir Valencia, dia sudah menduga hal seperti ini akan terjadi.
“Saya menamparnya, tapi sebenarnya tadi saya berencana membunuhnya.” Valencia menjawab pertanyaan Adarian dengan enteng dan tanpa dosa. Ekspresi wajah Valencia tidak menggambarkan rasa bersalah sedikit pun.
“Membunuh?” Kedua mata Adarian membulat sempurna, seisi ruangan dibuat kaget oleh pernyataan blak-blakkan Valencia. “Apa kau sungguh berencana akan membunuh mereka? Kau tahu kan apa maksud dari perkataanmu?”
“Tentu saja saya tahu, saya juga serius ingin membunuh mereka. Padahal tadi saya sudah memberi kesempatan untuk mereka membenahi diri, tapi mereka malah mengadu kemari.” Valencia sengaja menekan kata-katanya supaya ketiga pelayan itu menyadari jika mereka mencari masalah dengan orang yang salah.
“Kurang ajar!” Adarian memukul meja karena saking emosinya dengan Valencia. “Apa kau bermaksud untuk menjatuhkan reputasi keluarga kita?! Lebih dari satu bulan yang lalu kau membuat gempar kediaman ini dengan melompat dari balkon. Lalu apa-apaan sekarang? Kau mau membunuh pelayan? Kalau kau tidak bisa terlahir sebagai anak laki-laki, lebih baik jaga sikapmu supaya ada pria yang mau menikahimu!” murka Adarian menggebu-gebu.
“Saya tidak peduli.” Senyum tak berdosa Valencia merekah di bibirnya. “Mau reputasi kelurga ini hancur pun, apa urusannya dengan saya? Memangnya Anda pernah memperlakukan saya selayaknya saya adalah Nona dari kediaman Grand Duke Allerick? Memangnya Anda pernah berperilaku sebagai Ayah saya? Sebaiknya Anda introspeksi diri sebelum saya melayangkan pedang ke leher Anda.”
alurnya mudah dipahami
ceritanya gak ribet