NovelToon NovelToon
Casanova Kepincut Janda

Casanova Kepincut Janda

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perbedaan usia / Romansa-Percintaan bebas
Popularitas:184.8k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bari abdul jalil, nama yang religius. Kedua orang tuaku pasti menginginkan akun tumbuh menjadi pribadi yang sesuai dengan nama yang diberikan. Tapi kenyataan justru sebaliknya. Saat dewasa justru aku lupa dengan semua ajaran yang diajarkan oleh mereka di waktu kecil. Aku terlalu menikmati peranku sebagai pecinta wanita. Hingga suatu ketika aku bertemu dengan seseorang yang sangat berbeda dari wanita yang aku pacari.
Mau tahu apa bedanya? dan bisakah aku mendapatkan apa yang aku mau?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6

Aku duduk di dekat salah satu anak laki-laki yang tampan menurut ku. Anak itu menatap ku dengan pandangan yang penuh dengan tanda tanya.

"Om mau ngaji?" tanyanya.

Aku hanya menganggukkan kepala dan memberi isyarat untuk diam dan mendengarkan gurunya yang sedang bersholawat.

Aku kembali fokus memandangi wajah yang tertutup cadar. Jangan ditanyakan bagaimana kabar jantung ku. Tentu saja dia tak baik-baik saja. Aku curiga bahwasanya aku jatuh cinta untuk pertama kalinya. Namun, di sisi lain aku masih berusaha menyangkal hal itu. Aku selalu meyakinkan diri sendiri bahwa mungkin saja aku hanya kagum dengan suara dan matanya yang indah.

Wanita itu nampaknya belum sadar dengan kehadiran ku. Dia masih fokus dengan lagu religi nya sedangakan aku fokus dengan dirinya. Di detik berikutnya, dia tak sengaja mengarahkan pandangannya padaku, dan seperti yang sudah-sudah, dia kembali menundukkan pandangannya dariku. Tak apa, aku masih bisa menikmati suaranya yang bisa menghipnotis ku.

"Alhamdulillah. Untuk hari ini selesai sampai di sini ya anak-anak. Besok kita bertemu lagi. Yuk ambil wudhu dulu, jangan berebut ya. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh."

Semua anak kecil berhamburan ke tempat khusus wudhu. Meninggalkan aku yang masih duduk di tepian teras masjid. Sedangkan wanita bercadar itu merapikan meja yang digunakan untuk mengaji tadi. Dengan cepat aku membantunya.

"Terimakasih," ucapnya setelah semua meja tertata rapi di tempat yang seharusnya.

Wanita itu buru-buru masuk ke masjid, entah refleks dari mana aku mencekal tangannya dan dengan kecepatan tangan yang tinggi pula dia menepis tangan ku, seakan jijik saat ku sentuh.

"Maaf sekali akhi, bukan mahram," ucapnya dengan nada yang lembut.

"Akhi? Namaku Bari. Bukan aki-aki. Kamu nggak lihat aku masih muda begini?" tanyaku dengan sedikit membungkukkan badan untuk memperlihatkan wajah ku bak opa Korea ini. Namun, yang ada wanita itu memalingkan wajah ke sembarang arah. Wanita aneh.

"Akhi adalah panggilan untuk saudara laki-laki muslim. Bukan nama, permisi assalamu'alaikum."

"Eh tunggu. Kenapa buru-buru sih?" tanyaku mengejar langkahnya.

"Persiapan sholat maghrib."

Dia kembali melanjutkan langkah. Kali ini aku tak mengejarnya lagi. Aku hanya terdiam menatap punggungnya yang semakin lama semakin jauh. Meskipun memakai pakaian yang serba longgar dan tertutup aku yakin dia memiliki tubuh yang seksi.

Saat akan hendak kembali ke mobil, aku berpapasan dengan seorang laki-laki yang mungkin saja seusia denganku. Pria itu menyunggingkan senyum dan aku refleks melakukan yang sama.

"Udah sampai di masjid kenapa mau balik lagi?" tanyanya dengan ramah.

Aku gelagapan, bingung hendak jawab apa. Tak mungkin aku mengatakan aku sudah lama meninggalkan kewajiban ku sebagai seorang muslim. Pasti aku akan di hina nantinya.

"Tidak, saya hanya ingin mengambil wudhu. Iya wudhu, hanya saja saya bingung di mana tempatnya."

"Di sebelah sana," jawab pria itu seraya menunjukkan tempat yang aku cari dengan ibu jarinya. Menunjukkan bahwa dia sangat sopan.

Aku mengangguk terimakasih lalu berjalan menuju tempat wudhu yang sebenarnya sudah aku ketahui sejak anak-anak membubarkan diri tadi. Berjalan dengan ragu, apakah aku yakin dengan apa yang aku lakukan? Apakah aku benar-benar ingin menunaikan ibadah seperti dulu lagi?

"Om ayo wudhu. Antri nih," protes anak kecil di belakangku.

"Eh iya. Panjang banget antrinya ya. Maaf-maaf," balas ku berusaha ramah.

Melihat mereka mengingatkan ku pada masa kecilku dulu. Tak pernah aku sekalipun absen mengaji kecuali memang ada urusan keluarga yang penting dan mendesak. Aku jadi merindukan masa kecil yang bahagia dan tak ada beban hidup, yang aku tahu hanya kesenangan dan tertawa saja.

Saat hendak masuk masjid, ada seorang anak kecil yang tak sengaja menabrak ku. Dia sedang bermain lari-larian dengan teman-teman sebayanya. Aku yang memang menyukai anak kecil berusaha ramah pada mereka. Entahlah, tiba-tiba saja aku merasa nyaman di sini. Di tempat yang sudah lama tak mengajak kakiku untuk menginjak lantainya.

Dikelilingi banyak anak kecil, dan kumandang adzan yang lama aku abaikan mendadak membuat hatiku menghangat.

"Maaf om, nggak sengaja," ucap anak kecil itu sedikit takut.

"Nggak apa-apa." Aku berjongkok agar sejajar dengannya, memperhatikan wajahnya dengan seksama. Sangat cantik di usianya yang masih kecil. Sorot matanya yang indah mengingatkan aku pada sosok wanita bercadar yang jujur saja membuat aku penasaran.

Ingin menyangkal hatiku, tapi nyatanya aku tak bisa. Aku akui, wanita yang berpakaian tertutup seperti itu bukanlah tipe ku. Namun, saat bertemu dan melihat wanita bercadar itu dari jarak dekat membuat apa yang tidak aku sukai entah lenyap kemana. Untuk pertama kalinya aku penasaran dengan wanita seperti itu.

"Kamu cantik sekali, siapa namanya?" tanyaku seraya mencubit pipi tembemnya.

"Cahaya. Biasa dipanggil Caca."

"Wah, cantik sekali. Kamu ke sini sama siapa?"

"Bunda. Caca masuk dulu ya om, mau sholat."

Aku mengangguk sebelum dia berlari pergi. Sungguh aku merasakan kenyamanan yang sudah sangat lama tak aku rasakan. Mungkin setelah ini aku akan sering ke sini saat sore.

Syukurlah, aku tak lupa dengan urutan gerakan sholat. Bahkan doa-doanya pun aku masih ingat. Terbesit rasa penyesalan saat ini, aku lupa bahwa ayahku butuh doa dari anaknya. Dan aku tak pernah melakukan itu.

Memori ku kembali berputar pada masa kecil yang sering bermain dengan ayah, seringkali mengajak ku jalan-jalan setelah aku setor hapalan surat pendek padanya. Bibirku tersenyum getir mengingat hal itu.

"Tidak apa-apa mas?" tanya pria yang tadi sempat bertemu denganku sebelum wudhu.

"Tidak mas. Hanya merindukan seseorang saja," jawabku tersenyum.

"Kirim doa saja. Orang itu pasti akan merasakan kerinduan mas. Baik yang sudah tiada maupun masih ada, pasti akan merasakan dampaknya dari doa mas."

"Begitukah? Terimakasih untuk informasinya, bahkan saya baru tahu sekarang."

"Asalamualaikum," ucapnya setelah menganggukkan kepala lalu beranjak pergi dari duduknya.

"Waalaikumsalam."

Sebelum beranjak, aku mengirim Al fatihah untuk ayah. Aku berharap doaku ini sampai padanya dan berdampak baik untuk almarhum di atas sana.

Aku menoleh ke belakang, suasana yang sudah sepi membuat aku ingin beranjak pergi. Saat melangkah beberapa langkah, mataku tak sengaja melihat pria tadi yang menggendong anak kecil yang tadi sempat aku ajak berkenalan.

Jadi anak kecil cantik itu anaknya mas itu? Tadi katanya sama bundanya. Ah untuk apa juga aku memikirkan itu. Aku melanjutkan langkah untuk keluar masjid. Samar-samar aku mendengar lantunan suara mengaji dari barisan shoft perempuan. Sengaja aku menghentikan langkah untuk mendengar lantunan ayat suci Al-Quran yang dibacakan dengan suara yang lembut nan syahdu.

Aku kembali duduk dan bersandar pada salah satu pilar. Hatiku kembali menghangat dan lama kelamaan mataku jadi berat dak akhirnya aku tertidur dengan posisi duduk. Saat memejamkan mata pun aku masih bisa mendengar ayat suci itu dibacakan. Namun, tak berselang lama, aku tak lagi mendengar apapun.

"Mas, mas bangun mas."

Aku merasa ada yang menggoyang goyangkan pundakku dan berkata-kata di dekat telinga ku. Seketika aku terbangun dan melihat sekeliling.

"Maaf mas saya ketiduran," ucapku sungkan.

"Tidak apa-apa. Mas kelihatan capek juga. Sudah waktunya sholat isya mas."

"Iya terimakasih, saya ambil wudhu dulu."

Aku segera bergegas berjalan keluar dan mengecek gawai mahal ku. Adakah panggilan dari ibu. Dan ternyata belum ada kabar apapun dari ibu untuk minta jemput atau pesan apapun. Yang ada hanya puluhan pesan dari kekasih ku satu-satunya, Mila. Aku abaikan saja, biarlah aku balas nanti.

"Loh masih di sini mas? Tadi nggak pulang?" tanya pria yang sejam lalu bertemu dengan ku.

"Niatnya tadi mau pulang, tapi ketiduran," balasku dengan terkekeh.

"Memang habis perjalanan jauh?"

"Nggak sih. Saya rumahnya nggak jauh-jauh amat kok dari sini. Saya tinggal di kompleks kandang sapi, tahu kan?"

"Tahu, kawasan orang berduit semua itu. Teman ibu saya ada yang tinggal di sana juga. Kok bisa ketiduran gimana ceritanya mas?

" Saya dengar ada yang baca qur'an. Suaranya indah, merdu, lembut, saya sangat menikmati dan tanpa sadar tertidur."

"Oh pasti itu suara...."

"Bang sini, ada perlu sebentar."

Hampir saja aku tahu siapa pemilik suara merdu nan lembut itu. Pria yang bahkan belum aku ketahui namanya itu sudah dipanggil oleh seseorang. Aku kembali berjalan ke tempat pengambilan air wudhu.

Baru saja mengucapkan lafaz syahadat ada suara yang kembali mengusik telinga dan membuyarkan konsentrasi ku.

"Caca," teriak wanita tersebut namun dengan nada yang lembut dan halus.

Caca? Dengan wanita berhijab panjang yang tak ku ketahui bentuk wajahnya karena jongkok membelakangi ku. Apakah itu ibunya? Postur tubuhnya seperti....

Bersambung

1
Harjanti
lha tegas gitu dong bari..
Ani Yuliana
itu dia 5thn baru hamil, keguguran, trus rahimnya d angkat sis 🙏
Harjanti
arumi belagu...
Duda Fenta Duda
bukan kumpul sapi bari tapi kumpul monyet😁😁
Kusii Yaati
celap celup tp di bibir sama aja bohong bari,itu bibir kamu bekas lumatan cewek2 kamu🙉
Erlinda
kok aq seperti membaca diari ya bukan novel
langit
mantap cerita nya
langit
apakah tasbih? benda kecil yg dimaksud?
Fitriyani
bgtu syng nya Arkan sm istrinya,tp bs bgtu brutalnya Dy SM Arumi,,,🤦
emang sih Dinda org yg Dy cinta,tp bs Dy lgsg brubah psiko SM Arumi..
Fitriyani
untung tiba2 Aksan bs menyikapi bijak...
Fitriyani
apa sih krj Arkan tu Thor,kq Dy bs LBH brkuasa gt dr bari....
Fitriyani
mgkin sebagian orang akan menganggap sikap Arumi salah n brlebihan,tp mnrt q,,sikap Arumi udh benar.mengingat gmn sikap Arkan terdahulu.klo q ada d posisi Arumi,aq jg akan mlkukn hal yg sm,aq g akan rela org yg dulunya g prnh mngakui ank,bhkn mnyiksa lahir batin,skrg tb2 dtg butuh pengakuan,,
mamp*s aja Lo Arkan😠
Fitriyani
jgn bilang nti xan sibuk mau ngrebut hak asuh Caca y.....
Abid
Biasa
linamaulina18
BNR t ibu, msh single blm tentu menjaga k hormatnya
linamaulina18
lumayan
linamaulina18
jgn2 anknya dokter yg bercadar itu lg
linamaulina18
🤣🤣🤣🤣
linamaulina18
bgs deh kirain ska celap celup
linamaulina18
selain tampan dirimu ska celap celup jg gt aja bangga ckckck
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!