Key, gadis kota yang terpaksa pindah ke kampung halaman yang sudah lama ditinggalkan ayahnya. Hal itu disebabkan karena kebangkrutan, yang sedang menimpa bisnis keluarga.
Misteri demi misteri mulai bermunculan di sana. Termasuk kemampuannya yang mulai terasah ketika bertemu makhluk tak kasat mata. Bahkan rasa penasaran selalu membuatnya ingin membantu mereka. Terutama misteri tentang wanita berkebaya putih, yang ternyata berhubungan dengan masa lalu ayahnya.
Akankah dia bisa bertahan di desa tertinggal, yang jauh dari kehidupan dia sebelumnya? Dan apakah dia sanggup memecahkan misterinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kiya cahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama Sekolah
Pagi ini hari pertamaku sekolah. Dan aku bersyukur tak mengalami gangguan apapun semalam.
"Kakak, Adek, gimana? Sudah betah belum tinggal di sini?" tanya papa ketika kami sarapan.
"Aku betah kok, ya kan?" jawabku yang masih merasa penasaran misteri di desa ini, sambil melirik ke arah Mia.
"Alhamdulillah, sepertinya mall sudah tidak jadi tempat yang dirindukan buat kalian," goda mama sambil mengatur meja makan.
"Mia sih gak terlalu suka mall, bikin cape. Kakak tu yang hobinya nongkrong sambil jelong-jelong!" ucapnya entah menirukan siapa.
Dan kamipun tertawa bersamaan, menikmati sarapan pertama di hari sekolah. Tapi kebahagiaan kami terhenti sejenak saat terdengar suara berisik dari dapur.
'Praanggg...praangg'
Suara seperti ada barang yang pecah karena dibanting berkali-kali. Mama segera lari menuju dapur, sedangkan kami tetap melanjutkan sarapan sambil menunggu mama datang.
"Kok aneh ya?" ucap mama saat menghampiri kami.
"Kenapa, Ma?" tanyaku sambil menatap Mia.
"Di belakang gak ada siapa-siapa, dan gak ada barang pecah satupun."
"Masa sih, Ma? Kan tadi kita semua denger!" jawabku masih tak percaya.
"Ya sudahlah, ayo segera berangkat. Perjalanan ke sekolah lumayan jauh, ini sudah jam 6 lo," sahut papa disertai anggukan dari mama.
Kami semua berangkat menuju sekolahku dan sekolah Mia. Kemudian dilanjutkan menuju pasar, yang sama seperti kemarin untuk menjual sebagian hasil kebun tetangga.
Mama memang sosok yang menyenangkan dan mudah bergaul. Baru sehari sudah bisa mendapat simpati tetangga untuk menjualkan hasil kebunnya.
****
Sesampainya di sekolah, tiba-tiba Bella sudah menungguku di depan pintu kelas baruku.
"Lhah, kok dia sudah di sini?" tanyaku dalam hati.
"Hai, saya duluan ya. Tadi saya ikut mobilmu lo, enak naik di depannya. Hangat," jawab Bella yang sepertinya tau pikiranku.
"Kapan naiknya, prasaan tadi di depan ada mama sama papa deh?" batinku.
"Ya di depan mama sama papa kamu, yang paling depan itu," lagi-lagi dia menjawab seperti apa yang ada di pikiranku.
"Kamu bisa denger pikiranku?"
"Lha ya bisa, kan dadi tadi saya jawab kamu."
"Ayo masuk, Bel. Kamu berdiri di belakang saja. Karena aku belum tahu bakal duduk di mana."
Ketika masuk kelas, semua teman menyambutku dengan hangat. Mereka memperkenalkan dirinya bergantian, dan akupin belajar mengingat mereka satu pe satu.
'Teeettt.......'
Bel sudah berbunyi, dan terlihat seorang guru wanita tua menggunakan hijab panjang memasuki kelas.
"Selamat pagi anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru dari Jakarta. Namanya Keysa," ucapnya sambil memegang bahuku di sampingnya.
"Panggil saja, Key," jawabku ramah dengan senyum merekah.
"Key, silahkan duduk di kursi kosong itu. Dan memang itu satu-satunya yang kosong. Jadi kamu tidak ada teman sebangku. Tidak apa-apakan?" jelasnya sambil menunjuk meja kosong di sebelah kiri kelas deretan belakang.
"Iya, bu. Tidak apa-apa."
"Oiya, panggil saya Bu Marni. Semoga kamu betah sekolah di sini."
"Terimakasih, Bu Marni," jawabku sambil menjabat tangannya dan segera menuju tempat dudukku.
Akupun memanggil Bella agar duduk di sampingku. Masih dengan suara dipikiranku saja. Diapun hanya mengangguk dan menuruti keinginanku.
Saat kelas dimulai, aku dapat mengikutinya dengan baik. Sesekali nampak bu Marni melihatku, dengan terus melanjutkan penjelasannya.
Tak terasa jam istirahat sudah tiba. Aku masih duduk di bangkuku, sambil meneruskan catatan yang menjadi PR ku hari ini. Masih ditemani Bella disampingku. Sampai seseorang datang menghampiriku.
"Hallo, Key. Namaku Nisa. Boleh aku duduk di depanmu?"
"Hai, Nisa. Silahkan, memangnya kamu tidak ke kantin dengan yang lain."
"Tidak, aku bukan orang kaya seperti mereka. Jadi saat istirahat, aku terbiasa diam di kelas saja. Kadang ke perpustakaan sambil mencari buku yang bagus buat dibaca. Lalu kenapa kamu juga tidak ke kantin?"
"Aku tadi sudah sarapan dan sekarang masih ada bekal juga. Jadi mending buat ngerjain PR aja, daripada nanti sampai rumah dah capek males ngerjainnya."
"Oo, gitu. Oiya, siapa di sebelahmu? Sepertinya kamu kenal dengannya?" tanyanya sambil menatap Bella yang sedari tadi cuma memperhatikan kami.