Arabella seorang gadis yatim-piatu yang tinggal bersama bibi nya yang jahat dan serakah.
Ara di jual oleh bibi nya kepada bos Mafia yang terkenal sangat kejam dan juga sadis.
bagai manakan nasip ara selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Izza naimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3
" Apa?! Gagal? bagaimana bisa? " tanya Albert dengan nada membentak saat mendapatkan laporan dari Delon selalu tangan kanan Albert.
"anak buah kita tertangkap tuan, dia di jebak dan akhirnya tertangkap oleh polisi" jawab Delon.
"" oh shit! Berapa banyak barang kita yang disita? "
" semua barang yang di bawa olehnya disita, tuan"
Mendengar jawaban dari Delon, Albert menghela nafasnya kasar, Albert bangkit dari tempat duduknya, Albert terlihat gusar, pasalnya barang haram yang ia kirim ke kita sebelah cukuplah besar.
"Arrrrhhhh... kenapa semua ini bisa terjadi?! Apa kau tau kalu kalau barang itu bernilai milyaran! " tanya Albert sembari mendekati Delon .
" bukankah aku memintamu untuk mengirimkan barang itu melalui kurir terbaik? "
" maaf tuan, saya tidak menyangka hal ini akan terjadi, petugas kepolisian rupanya lebih pintar dari apa yang kita pikirkan"
" aku tidak mau tau, saat ini klien kita sudah menunggu barang itu, kirim ulang barang itu dalam tiga hati kedepan dan jangan sampai kecolongan lagi, jika ada petugas yang menghadang, tembak mati saja"
"baik tuan" jawab Delon dengan tegas.
" lalu apa lagi yang kau tunggu?! cepat pergi, cari kurir yang bisa di andalkan"
" Ba-baik tuan" jawab Delon dengan gugup lalu melangkah keluar mansion dengan tergesa-gesa.
" Arrrrghhhh.... " Albert menjambak rambutnya frustasi.
Selama ini ia tidak pernah gagal mengirimkan barang-barang haram itu, tapi kenapa kli ini bisa gagal?.
Albert mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, kemudian ia menghubungi seseorang.
" aku ingin kau mencari tahu tentang anak buah kita yang tertangkap oleh pihak kepolisian, aku curiga ada mata mata yang membocorkan hal itu. cari tahu semuanya, jika ada orang-orang kepercayaan ku Berkhianat, maka habisi saja" ucapnya seraya menutup panggilan telfon nya.
Albert memutuskan untuk melangkah menuju lantai dua, tempat dimana kamarnya berada. Saat Albert membuka pintu kamarnya, suara isak tangis mulai terdengar di telinganya, ia menatap tajam pada sosok wanita yang tengah menangis sambil memeluk lututnya.
" apa-apaan ini? aku membelinya untuk bersenang senang, terus kenapa dia terus terusan menangis yang membuat kepalaku pusing saja"
Gerutu Albert dari dalam hati yang sangat kesal, lalu ia berjalan mendekati Ara.
" jangan tuan, aku mohon jangan hiks hiks" ucap Ara memohon sambil menangis.
Mendapat penolakan dari Ara, membuat Albert menjadi geram sendiri.
"apa kau benar-benar tidak ingin melayaniku? " tanya Albert memastikan siapa tau Ara berubah pikiran dan mau melayaninya dengan suka rela.
" tidak" jawab Ara dengan suara lirih, namun masih bisa di dengar jelas oleh Albert.
" The fucking shit! ' bentak Albert sembari melayangkan tamparan yang begitu keras ke wajah Ara.
Ara hanya bisa menangis sembari manahan rasa panas dan perih di pipinya.
" Ayo layani aku" ucap Albert dengan nada tinggi.
" tidak, aku tidak mau" jawab Ara dengan suara lantangnya.
" Rupanya kau memang harus di beri pelajaran" ucap Albert yang sudah sangat geram kepada Ara, Albert menarik tangan Ara dengan kasar.
Ara berusaha untuk meronta, terlebih saat tubuhnya di gendong laku di lempar dengan kasar ke atas ranjang.
" kau mau lari kemana hah! "kata Albert saat melihat Ara berlangsung mundur laku turun dari atas ranjang.
Ara terus saja mundur, sampai tubuhnya itu tertahan di meja rias, tangannya meraba raba mencari apa saja yang bisa yang bisa ia raih, hingga Ara mendapatkan sebuah botol parfum, lalu menyemprotkan tepat di mata Albert, sampai membuat Albert memekik.
"Aaakkkhhhh... " pekik Albert sembari mengusap matanya yang terasa sangat perih.
" kurang ajar! kau akan merasakan akibat dari perbuatanmu ini" teriak Albert yang langsung berjalan masuk menuju kamar mandi untuk membasuh matanya.
Hal itu sangat di manfaatkan oleh Ara untuk kabar, Ara berlari ke arah pintu, dengan tangan gemetaran ia membuka pintu tersebut, hingga pintu itu pun terbuka.
" anda tidak bisa meninggalkan kamar ini, Nona! " ucap seorang pria yang merupakan anak buah dari Albert yang berdiri di sisi pintu kamar sambil tersenyum menyeringai.
" tolong , aku mohon, biarkan aku pergi dari sini" Ara melipat kedua tangannya meminta belas kasih pada pria yang menghadangnya.
" melepaskan mu? jika aku melakukan itu, maka nyawa saya yang akan jadi taruhannya. sebaiknya Nona masuk kembali ke dalam kamar, sebelum tuan mengamuk saat melihat Nona berasa di luar kamar"ucap pria itu meminta Ara untuk kembali ke dalam kamar.
Ara tak memperdulikan ucapan pria itu, ia mencoba untuk berlari dengan sekuat tenaga meninggalkan pria itu, namun sayang lagi dan lagi Ara di hadang oleh anak buah Albert yang lain nya, mereka berhasil menangkap Ara dan menyeret paksa Ara untuk masuk kembali ke dalam kamar, tubuhnya di dorong dengan kasar membuat ia terjerembab di lantai, Ara meringis menahan rasa perih di sikunya.
" ada apa ini? " tanya Albert yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi.
" Ma-maaf Tuan, Gadis ini mencoba untuk melarikan diri dari kamar ini, jadi saya membawanya kembali ke dalam kamar"
Mendengar jawaban dari anak buahnya Albert menghela nafasnya kasar.
" tinggalkan aku dan wanita ini"
" baik tuan" sahut anak buah Albert yang langsung berlalu pergi keluar kamar.
Ara langsung bergegas bangkit dan berjalan mundur saat Albert menatap tajam sambil melangkah maju mendekati Ara.
" rupanya kau ingin bermain main dengan ku, apa kau tidak tau aku tidak suka bermain main"bentak Albert dengan sangat keras.
"A-aku.. aku tidak bisa melayani mu, meskipun kau memaksa sekali pun" ucap Ara yang mencoba untuk menjawab ucapan Albert.
" dasar wanita keras kepala" bentak Albert sangat geram, kemudian Albert mengeluarkan sebuah pisau kecil dan runcing.
" apa kau tau ini apa? " tanya Albert dengan senyum menyeringai sambil terus berjalan mendekati Ara.
Ara menatap tanpa menjawab, tubuhnya gemetar ketakutan sampai ia tak bisa untuk sekedar menjawab dengan anggukan kepala atau menggelengkan kepala.
" layani aku sekarang"ucap Albert lirih di telinga Ara.
" jika tidak pisau ini akan melukis indah di pipi mulus mu ini"ancam Albert sambil mendekatkan sembilan pisau runcing yang ada di tangan nya pada wajah mulus, nyaris tanpa noda.
Nafas Ara tertahan sejenak, membayangkan pisau itu menyayat kulitnya, pasti itu akan sangat menyakitkan, tapi ia juga tidak bisa membayangkan azab pedih apa yang akan di Terima di akhirat kelak, jika ia sampai berzinah dengan pria yang bukan mahramnya.
"Demi Allah! aku rela mati bila di bandingkan harus melayaniku yang bukan mahram ku" ucap Ara dengan tegas dan begitu yakin nya, Ara akan berusaha untuk tetap dengan pendiriannya, karena ia lebih takut Azab dari Allah dari pada pisau yang ada di tangan Albert.
.
.
Delon