Gracia Natahania seorang gadis cantik berusia 17 tahun memiliki tinggi badan 160cm, berkulit putih, berambut hitam lurus sepinggang. Lahir dalam keluarga sederhana di sebuah desa yang asri jauh dari keramaian kota. Bertekad untuk bisa membahagiakan kedua orang tua dan kedua orang adiknya. Karena itu segala daya upaya ia lakukan untuk bisa mewujudkan mimpinya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rachel Imelda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gak Peka Banget..
Saat Juna lagi minum obat tiba-tiba ada yang datang. "Selamat siang...." sapa seseorang itu.
"Selamat siang" Ibu Marni, Cia dan Juna menjawab salam itu.
"Rino, Rina udah pulang?" Tanya Ibu Marni.
"Udah bu" Lalu mereka menyalami Ibu, Kakak dan juga Juna.
"Selamat siang" sapa seseorang lagi.
"Oh iya sampe lupa, Bu itu ada yang nyari yang namanya Juna. Apa Mas ini yang bernama Juna?" kata Rino sambil melihat ke arah Juna.
Belum sempat Juna menjawab, seseorang yang ada di depan pintu itu langsung berjalan masuk dan berkata "Ya ampun, Mas Juna kenapa? kok pada di perban semua" tanya orang itu.
"Iya Mang, ini salam perkenalan dari orang desa sini" jawab Juna sambil tersenyum.
"Ternyata Mang Tejo, saya pikir siapa?" kata Cia.
"Iya, saya disuruh sama Ibu Syeni nyariin Mas Juna karena keluar rumah dari tadi pagi katanya mau jalan-jalan sebentar tapi kok sampe siang gak pulang-pulang".
"Iya Mang, Maaf karena saya Mas Juna jadi luka-luka kayak gini" kata Cia.
"Mamang tau dari mana kalo aku ada disini?"Tanya Juna.
"Tadi Mamang nanya-nanya sama warga. Lalu mereka cerita ke Mamang apa yang terjadi tadi pagi. Makanya Mamang tau. Dan pas Mamang mau kesini Mamang ketemu sama Rino dan Rina di jalan baru pulang sekolah ya udah barengan aja" kata Mang Tejo. "Terus gimana lukanya udah mendingan apa belum?" Tanya Mang Tejo.
"Udah Mang, udah gak sakit lagi karena udah dikasih obat sama Pak Beny" kata Juna.
"Beruntung Mas Juna ketemu sama Pak Beny, kalo gak pasti saat ini Mas Juna lagi di Rumah sakit sama kayak si Dani itu" kata Mang Tejo lagi.
"Anak buah Juragan Darmo juga semuanya saat ini lagi di Rumah sakit" itu cerita yang Mang Tejo dengar dari warga sekitar rumah Juragan Darmo.
"Si Dani justru dirujuk ke Rumah Sakit di kota karena di sini alatnya belum lengkap dan dokter ahli bedah juga belum ada".
Ketika mereka lagi ngobrol, Ayah Beny juga pulang dari kebun "Selamat siang semua..eh ada Mang Tejo" sapa Ayah Beny.
"Selamat siang Pak Beny. Iya saya disuruh sama Pak Lurah buat nyari Mas Juna" kata Mang Tejo.
"Emang Nak Juna ini tinggal di rumahnya Pak Lurah ya?" tanya Ayah Beny. "Iya Pak, Mas Juna ini keponakannya Pak Lurah yang baru datang kemarin dari kota. Mau refreshing katanya. Eh malah dapat luka" kata Mang Tejo lagi.
Cia jadi merasa bersalah "Ya ampun Mas, sekali lagi Aku minta maaf ya, gara-gara belain aku, Mas Juna jadi luka-luka kayak gini" kata Cia.
"Udah ah, gak usah merasa bersalah. Karena disini gak ada yang salah. Anggap aja ini pertemuan pertama yang berkesan. hehehe" kata Juna sambil tertawa.
"Mas Juna udah minum obat lagi gak?" tanya Ayah Beny.
"Udah yah" jawab Cia. berarti tinggal sekali minum lagi. Dan itu obat tempelnya juga harus diganti" kata Ayah lagi.
"Kita makan siang dulu yuk" ajak Ibu Marni.
"Eh makasih Bu, Saya mau pamit dan mau kabarin ke Pak Lurah tentang keadaan Mas Juna" kata Mang Tejo.
"Oya Mang Tejo tolong bilang ke Pak Lurah kalo malam ini Nak Juna nginap disini karena masih harus minum obat." kata Ayah Beny.
"Oke baik Pak Beny nanti saya kasih tau ke Pak Lurah. Kalo gitu saya permisi. Mas Juna, saya pamit yah" kata Mang Tejo.
"Iya Mang. Aku bisa minta tolong lagi gak?" kata Juna.
"Tolong apa Mas?" tanya Mang Tejo.
"Kalo gak keberatan nanti Mamang bisa tolong anterin Ponsel saya. Ada di kamar saya" kata Juna.
"Oke Siap. Saya pamit yah. Permisi" Lalu Mang Tejo pun pulang ke rumah Pak Lurah.
Setelah Mang Tejo pulang mereka pun makan siang bersama. "Nak Juna makan lagi aja bareng kami" ajak Ayah Beny.
"Udah pak, tadi saya udah makan dan minum obat. Saya mau nunggu di sini aja.
"Maaf ya Nak kami makan dulu. Nanti selesai makan baru saya cek lukanya ya" kata Ayah lagi.
"Iya pak" jawab Juna.
Lalu mereka pun meninggalkan Juna sendirian di depan sedangkan mereka menuju ke belakang untuk makan bersama.
Juna duduk sendirian sambil menggerakkan tangannya yang luka. "Wah udah enak, gak sakit lagi. Hebat juga Pak Beny" batinnya.
Tapi gak lama kemudian dia merasakan kantuk yang sangat karena memang efek obatnya seperti itu. Tak sadar akhirnya Juna pun tertidur di kursi kayu itu.
Beberapa menit kemudian mereka selesai makan. Rino, Rina dan Cia membatu ibu Marni membereskan meja makan. Sedangkan Ayah langsung kedepan untuk melihat Juna. "Kasian dia tertidur di sini. Lupa tadi suruh dia tidur di kamar aja".
Ayah menghampiri Juna dan dengan perlahan mengecek luka di bahu sama lengannya. Karena merasa ada yang memegangnya Juna pun terbangun.
"Maaf yah Nak, tidurnya jadi terganggu. Kenapa gak tidur di kamar aja?"
"Eh Pak, gak papa" kata Juna.
"Ini lukanya udah hampir kering, tapi ini obat tempelnya harus diganti. Ntar dibersihkan dulu ya, Nak" kata Ayah Beny lagi.
"Iya Pak. Makasih ya. Berkat Bapak luka saya cepet sembuhnya. Biasanya saya kalo luka gini lama sembuhnya" kata Juna.
"Iya Nak. Memangnya Nak Juna sering luka kayak gini?" tanya Ayah Beny.
"Iya Pak saya sering luka kayak gini akibat jatuh dari motor, hehehe" jawab Juna.
"Oalah Nak, hati-hati kalo berkendara biar gak jatuh. bahaya kalo jatuh terus-terusan kayak gitu" Nasehat Ayah Beny.
"Iya Pak, Makasih"
Kemudian Ayah Beny membersihkan lukanya dan membalurkan lagi obat baru di luka tersebut. "Udah, sekarang Nak Juna istirahat lagi aja." kata Ayah Beny.
"Boleh gak saya duduk-duduk di luar" tanya Juna.
"Oh boleh duduk di bale-bale di bawah pohon sana aja biar gak panas". kata Ayah Beny.
"Iya Pak" Lalu Juna pun berjalan keluar rumah dan duduk di atas bale-bale bambu yang ada di bawah pohon mangga depan rumah Ayah Beny.
Cia dan Ibu Marni saat ini sedang melanjutkan membuat kue-kue untuk di jual sore nanti. Dan kali ini dibantu juga oleh Rina.
"Kak Cia, itu pacar kakak ya?" tanya Rina.
Cia yang sedang mengaduk adonan pun memandang Rina dengan heran lalu berkata "Siapa?"
"Itu si kakak ganteng itu pacarnya kakak, ya?" tanya Rina lagi.
Cia pun tertawa "hahaha ngaco kamu Rin. Mana ada pacar kakak. Itu pasiennya Ayah." jawab Cia sambil terus melanjutkan pekerjaannya.
Ibu Marni cuma menyimak saja apa yang sedang dikatakan oleh Rina dan Cia.
"Oh kirain pacar kakak. Soalnya tadi aku liat kak Juna mandang kak Cia terus sih" sambung Rina lagi.
"Ya ampun Rin, orang punya mata ya wajar lah kalo dia bisa liatin kakak" kata Cia lagi.
"Ah kakak gak peka banget jadi orang. Kak Juna itu kayaknya suka deh sama kak Cia" kata Rina lagi.
"Udah gak usah ngawur ngomongnya. Mana Ada orang sekeren dan sekaya dia bisa suka sama kakak yang miskin dan kampungan ini? Gak mungkinlah Rin" Cia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Udah kerja aja yang serius, biar bisa segera beres" kata Ibu Marni. "Siap Ibuku" kata Cia dan Rina bersamaan.
Bersambung....
Jangan lupa tinggalkan jejak yah readers. Makasih....