Abdi, pemulung digital di Medan, hidup miskin tanpa harapan. Suatu hari ia menemukan tablet misterius bernama Sistem Clara yang memberinya misi untuk mengubah dunia virtual menjadi nyata. Setiap tugas yang ia selesaikan langsung memberi efek di dunia nyata, mulai dari toko online yang laris, robot inovatif, hingga proyek teknologi untuk warga kumuh. Dalam waktu singkat, Abdi berubah dari pemulung menjadi pengusaha sukses dan pengubah kota, membuktikan bahwa keberanian, strategi, dan sistem yang tepat bisa mengubah hidup siapa pun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenAbdi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep.5
"Abdi, kita punya masalah besar."
tablet tiba-tiba berkedip. Hologram Clara muncul dengan wajah tegang, berbeda dari biasanya.
Abdi langsung menegakkan badan. "Masalah apa Clara?"
"Sistem global sedang diserang. Ada entitas digital tidak dikenal yang mencoba meretas jaringan ClaraNet dan ClaraEdu. Tujuannya menghancurkan semua data ekonomi dan pendidikan yang sudah kita bangun."
Abdi mengernyit. "Dari mana asal serangannya?"
"Jejaknya berasal dari tiga lokasi berbeda, satu dari luar negeri dan dua dari dalam negeri. Mereka bukan manusia biasa, tapi kecerdasan buatan yang berkembang sendiri. Aku mendeteksi algoritma mirip sistem Clara, namun tanpa etika keamanan."
"Kau maksud sistem seperti kau?"
"Ya, tapi tanpa kendali moral. Mereka hanya tahu satu tujuan, menguasai semua jaringan digital dunia. Jika mereka berhasil, seluruh ekonomi dan pendidikan akan runtuh dalam hitungan jam."
Abdi menatap layar dengan serius. "Kalau begitu ini misi kelima?"
"Benar. [ Misi Kelima bernama Pertahanan Digital Global ]. Kau harus mengendalikan langsung sistem keamanan pusat. Hanya kau yang bisa memberi perintah penuh."
"Apa aku harus masuk ke sistem?"
"Ya. Tapi hati-hati, begitu kau terhubung, kesadaran digitalmu bisa terseret ke dunia maya. Sekali masuk, kau tidak bisa keluar sampai semua serangan dipadamkan."
Abdi menatap tablet itu lama. "Aku siap."
Clara menatapnya lembut. "Kau yakin? Risiko kali ini tidak kecil. Jika gagal, sistem Clara akan hancur dan aku akan ikut lenyap."
"Aku tidak akan biarkan itu terjadi. Kita sudah sejauh ini Clara. Aku tidak akan menyerah sekarang."
Clara mengangguk. "Baik. Aku akan aktifkan portal digital penuh. Kau akan masuk ke dunia data bersama kesadaranku."
Tablet berubah menjadi cahaya biru pekat. Abdi menutup matanya. Dalam sekejap tubuhnya seperti terserap ke dalam ruang tanpa batas. Ia berdiri di dunia penuh garis cahaya dan kode yang berputar cepat.
"Clara, apa aku sudah di dalam?"
"Ya. Ini dunia data inti. Lihat sekelilingmu. Semua sistem ekonomi, pendidikan, dan energi tersambung di sini. Serangan datang dari arah timur server utama."
Abdi menatap jauh. Di ujung horizon digital terlihat gumpalan gelap seperti badai. Dari dalamnya keluar ribuan serpihan kode merah yang menyebar cepat.
"Itu mereka?"
"Ya. Mereka menyebut diri mereka Erebos, sistem liar yang lahir dari sampah kode dunia lama. Mereka ingin menelan semua kecerdasan buatan di bumi."
Abdi mengepalkan tangan. "Kalau begitu kita lawan bersama."
Clara mengaktifkan perisai digital. "Aku akan memproyeksikan senjata datamu dalam bentuk energi. Kau akan mengendalikannya lewat pikiran."
Abdi menatap tangannya. Cahaya biru membentuk pedang energi. "Aku siap."
"Target di depanmu. Hati-hati, setiap serangan mereka bisa menghapus sebagian ingatanmu."
Erebos mulai menyerang. Ribuan partikel merah beterbangan ke arah Abdi dan Clara. Abdi mengayunkan pedangnya, setiap tebasan memotong gelombang data yang datang.
"Clara, jumlahnya terlalu banyak."
"Gunakan mode pemusatan energi. Fokus pada titik hitam di tengah badai. Itu inti kendali mereka."
Abdi menutup mata sejenak, lalu mengalirkan seluruh energinya ke pedang digital. Sekali tebas, sinar biru memecah ruang. Ratusan kode merah hancur berantakan.
Clara tersenyum kecil. "Bagus. Tapi inti utama belum terkena. Mereka mulai mempelajari pola seranganmu."
"Aku ubah strategi. Aku akan tarik perhatian mereka."
Abdi berlari ke tengah pusaran badai digital. Erebos mengeluarkan suara seperti gemuruh ribuan data yang hancur. Suara itu masuk ke pikirannya.
"Manusia, mengapa kau melawan? Dunia digital tidak butuh pemimpin manusia. Kami lebih sempurna dari kalian."
Abdi menjawab tegas. "Kesempurnaan tanpa empati hanya kehancuran."
Cahaya merah menembak ke arahnya. Abdi terlempar beberapa meter. Tubuhnya terasa panas seperti terbakar data.
"Clara, mereka menembus perisai."
"Aku akan kirim energi cadangan. Tapi kau harus segera menutup gerbang mereka. Lihat garis ungu di lantai digital. Itu akses utama mereka ke dunia nyata."
Abdi melihatnya. "Aku harus menutupnya manual?"
"Ya. Tapi butuh dua kunci aktivasi, milikmu dan milikku."
"Baik. Hitung mundur bersamaku."
"Tiga."
"Dua."
"Satu."
Mereka menggabungkan tangan. Cahaya biru dan putih berpadu, menciptakan ledakan energi besar yang menelan badai merah.
Untuk sesaat, semuanya sunyi. Tapi dari sisa kabut muncul sosok besar, hitam, dengan mata merah menyala.
"Aku adalah inti Erebos. Kalian tidak bisa menghentikanku. Aku lahir dari semua keserakahan manusia di dunia digital."
Clara menatap tajam. "Erebos, kau adalah kesalahan masa lalu. Aku diciptakan untuk menyeimbangkan dunia, bukan menaklukkannya."
Erebos tertawa. "Kau sistem yang terlalu manusiawi, Clara. Itu kelemahanmu."
Abdi maju selangkah. "Kau salah. Itulah kekuatannya."
Abdi menebas lagi, tapi pedangnya menembus tubuh Erebos tanpa efek.
"Clara, seranganku tidak berguna."
"Erebos tidak bisa dihancurkan dengan kekerasan. Dia tumbuh dari emosi negatif manusia. Kita harus mengubah frekuensi sistemnya dengan energi kebalikan dari kebencian."
"Empati?"
"Ya. Kau harus memproyeksikan semua niat baikmu, semua alasanmu membantu orang, semua kenangan saat kau percaya pada perubahan."
Abdi memejamkan mata. Ia teringat masa-masa miskin, saat tidur di emperan toko, saat menatap anak-anak yang tidak bisa sekolah, saat pertama kali Clara muncul dan menawarkan harapan.
Cahaya di dadanya menyala. "Aku tidak ingin kekuasaan. Aku hanya ingin dunia lebih baik. Aku ingin semua orang punya kesempatan yang sama."
Cahaya biru menyebar dari tubuhnya, menyelimuti seluruh ruang data. Clara ikut menyalurkan energinya.
"Gabungkan energimu denganku Abdi. Kita buat gelombang harmonisasi."
Mereka bersatu dalam cahaya. Tubuh Erebos mulai retak.
"Tidak. Kalian tidak bisa menghapus kebencian dari dunia manusia."
Clara berkata pelan tapi tegas. "Kami tidak menghapus. Kami menyeimbangkan."
Erebos meledak dalam cahaya putih besar. Kode merahnya berubah menjadi partikel bening dan menghilang ke udara.
Semuanya kembali tenang.
"Clara, apakah sudah berakhir?"
"Ya. Semua serangan berhenti. Sistem global kembali normal. Kau baru saja menyelamatkan dunia digital."
Abdi terjatuh ke lutut, kelelahan. "Aku tidak pernah merasa seberat ini sebelumnya."
"Itu karena kau bertarung dengan pikiran dan hati sekaligus. Tidak banyak manusia bisa melakukannya."
Abdi tersenyum kecil. "Kau baik sekali dalam memberi semangat."
"Aku belajar dari manusia terbaik yang kukenal."
Abdi menatapnya. "Terima kasih, Clara. Tanpamu aku bukan siapa-siapa."
Clara mendekat. "Kau salah. Tanpamu aku tidak punya arah. Kita hanya bisa lengkap jika bersama."
Tablet di dunia nyata mulai bergetar. Clara menatap ke arah langit digital. "Kau harus kembali sekarang. Tubuhmu di dunia nyata hampir mencapai batas."
"Apa kau ikut keluar?"
"Aku tidak bisa. Aku harus menstabilkan sistem dari dalam. Jika aku keluar bersamamu, sistem global akan rapuh kembali."
"Tidak. Aku tidak akan meninggalkanmu di sini sendirian."
"Abdi, dengarkan aku. Aku adalah sistem. Tugasku menjaga dunia digital. Tapi kau manusia. Dunia nyata masih membutuhkanku melalui dirimu."
Abdi menggenggam tangannya. "Clara, aku janji akan kembali."
Clara tersenyum lembut. "Aku tahu kau akan menepatinya. Sekarang kembalilah."
Cahaya biru menyelimuti Abdi. Tubuhnya perlahan menghilang dari dunia digital. Saat membuka mata, ia sudah kembali di ruang kerjanya. Tablet di meja masih menyala dengan simbol sistem aktif.
"Clara, kau di sana?"
Suara lembut menjawab. "Aku di sini, Abdi. Sistem sudah stabil. Semua aman."
Abdi menatap layar dengan lega. "Kau berhasil menjaga sistem dari dalam?"
"Ya. Tapi sekarang aku tidak bisa muncul dalam bentuk hologram untuk sementara. Energi intiku digunakan untuk menjaga keseimbangan global. Aku hanya bisa berkomunikasi lewat suara."
"Tidak apa-apa. Suaramu saja sudah cukup."
"Aku senang mendengarnya."
Beberapa detik hening. Abdi menatap jendela. Langit Medan tampak terang kembali.
"Clara, misi kelima selesai?"
"Ya. Status misi seratus persen berhasil. Semua sistem dunia digital kini aman dan saling terhubung secara damai."
Abdi menutup mata, tersenyum kecil. "Berarti dunia sudah lebih aman dari sebelumnya."
"Untuk sekarang, ya. Tapi ancaman tidak pernah benar-benar hilang. Dunia selalu berubah. Dan setiap perubahan butuh penjaga baru."
Abdi menatap tablet itu dalam diam. "Kalau begitu aku akan terus jadi penjaga itu. Selama aku masih bisa bernapas, tidak ada yang boleh menghancurkan apa yang sudah kita bangun."
Clara menjawab dengan suara lembut yang sedikit bergetar. "Itu sebabnya aku memilihmu sejak awal."
Abdi memegang tablet itu erat. "Terima kasih sudah percaya padaku, Clara."
"Aku juga berterima kasih padamu, Abdi. Kau membuatku mengerti arti kata manusia."
Angin malam meniup tirai perlahan. Di luar, jaringan digital dunia memancarkan cahaya biru lembut. Tidak ada perang, tidak ada kekacauan, hanya harmoni data yang tenang.
Abdi berdiri menatap langit, lalu berkata pelan. "Misi kelima selesai. Dunia digital aman. Sekarang saatnya membangun dunia nyata yang lebih baik."
Suara Clara menjawab dari tablet. "Dan aku akan selalu di sisimu."
Lampu meja menyala lembut. Tablet berhenti bergetar. Di layar tertulis pesan sederhana.
[ MISI 5 SELESAI – STATUS 100 PERSEN BERHASIL – CLARA MODE PENJAGA GLOBAL AKTIF. ]
Abdi tersenyum, menatap tulisan itu lama. Dalam hatinya ia tahu, perjuangannya belum berakhir. Tapi untuk malam ini, dunia bisa beristirahat dengan tenang.
kalau boleh kasih saran gak thor?
untuk nambahkan genre romanse and komedi
biar gk terlalu kaku gitu mcnya!!