Aisyah yang mendampingi Ammar dari nol dan membantu ekonominya, malah wanita lain yang dia nikahi.
Aisyah yang enam tahun membantu Ammar sampai berpangkat dicampakkan saat calon mertuanya menginginkan menantu yang bergelar. Kecewa, karena Ammar tak membelanya justru menerima perjodohan itu, Aisyah memutuskan pergi ke kota lain.
Aisyah akhirnya diterima bekerja pada suatu perusahaan. Sebulan bekerja, dia baru tahu ternyata hamil anaknya Ammar.
CEO tempatnya bekerja menjadi simpatik dan penuh perhatian karena kasihan melihat dia hamil tanpa ada keluarga. Mereka menjadi dekat.
Saat usia sang anak berusia dua tahun, tanpa sengaja Aisyah kembali bertemu dengan Ammar. Pria itu terkejut melihat wajah anaknya Aisyah yang begitu mirip dengannya.
Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apakah Ammar akan mencari tahu siapa ayah dari anak Aisyah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Meninggalkan Kota Kelahiran
Setelah berpamitan dengan tetangganya, Aisyah langsung menuju ke bandara. Dia akan menuju kota P. Akan menetap dan tinggal di kota itu.
Kenapa Aisyah lebih memilih kota P, karena sebenernya dia masih keturunan dari sana. Sewaktu kecil pernah diajak ke kota kelahiran ayahnya tersebut.
Dengan pergi ke kota P, yang jaraknya sangat jauh, Aisyah berharap tak akan bertemu lagi dengan Ammar lagi. Dalam pikirannya, tak mungkin pria itu akan sampai ke kota yang dia tuju saat ini.
"Selamat tinggal. Semoga kita akan menjadi pribadi yang lebih baik dalam versi masing-masing. Dan kita tak akan pernah dipertemukan lagi dalam keadaan apa pun. Aku tak pernah menyesali pertemuan kita dulu. Aku bahagia pernah mengenalmu, karena itu memberikan banyak pelajaran untukku. Walau pada akhirnya kita kembali menjadi dua orang asing."
Pesawat yang membawa Aisyah sudah mulai terbang landas meninggalkan kota kelahirannya. Wanita itu kembali meneteskan air mata. Tapi, bukan untuk Ammar, melainkan untuk kedua orang tuanya.
"Ayah, Ibu, aku terpaksa meninggalkan kalian di kota ini. Aku pergi dengan ribuan tetesan air mataku. Tidak ada rasa yang lebih sakit dari kehilangan ayah dan ibu. Untuk ayah dan ibu yang telah tiada terlebih dahulu, bisakah kau hadir menenangkan riuh rindu pada buih masa lalu? Datanglah nanti sekejab dalam tidur di mimpiku. Tiada cinta setulus cintamu, ayah dan Ibu. Tiada pelukan sehangat pelukanmu, ayah dan Ibu. Aku titipkan doa pada Allah, bahwa aku merindukanmu. Sekarang hanya sepucuk doa yang aku punya. Semoga kau tenang di alam sana. Sampai jumpa di surga, Ayah dan Ibu."
Sembilan Puluh menit di udara, akhirnya pesawat mendarat di kota P. Tujuan pertama bagi Aisyah adalah hotel. Dia akan menginap sambil mencari tempat tinggal nantinya.
Aisyah berjalan keluar ruang kedatangan dengan jalan sedikit tergesa untuk mensejajarkan petugas yang membawakan barang-barang?
"Yang mana taksinya, Pak?" tanya Aisyah.
"Itu, Mbak," tunjuk petugas itu ke arah seberang jalan. Aisyah menjawab dengan menganggukan kepalanya.
Gadis itu lalu mengaktifkan kembali gawainya. Dia berjalan menuju taksi. Dengan penuh percaya diri, Aisyah membuka pintu mobil dengan mata yang masih terus membaca pesan yang masuk.
Setelah pintu dibuka, Aisyah langsung masuk, saat akan duduk, dia merasa agak aneh. Kenapa tidak empuk dalam hati gadis itu.
Aisyah lalu melihat ke samping, ternyata dia duduk dipangkuan seorang pria. Bukannya di kursi belakang mobil itu.
"Kamu siapa? Keluar! Aku yang duluan yang pesan taksi ini!" seru Aisyah.
Aisyah mendorong tubuh pria itu. Lalu dia dengan rasa percaya diri tinggi kembali duduk di kursi belakang mobil itu. Sementara pria itu masih menatap gadis itu tanpa kedip, karena masih bingung.
"Kenapa lihat-lihat? Tak pernah lihat orang cantik?" tanya Aisyah melihat pria itu terus menatapnya.
Supir mobil itu juga ikut memandang ke arah Aisyah. Sehingga wanita itu menjadi sedikit keheranan.
"Pak, bukankah saya yang pesan taksi ini duluan. Kenapa Bapak mengizinkan orang lain masuk juga?" tanya Aisyah dengan suara sedikit kesal.
"Maaf, Mbak. Ini bukan taksi ...."
"Bukan taksi gimana? Bapak jangan macam-macam, saya bisa laporkan Bapak, loh!"
Pria yang berada di samping Aisyah itu tampaknya mulai gerah. Dia menarik napas dalam.
"Hei, Nona. Apa kamu tak bisa membedakan taksi dengan mobil pribadi? Ini mobilku, sebagus ini kamu samakan dengan taksi!" seru pria itu.
Aisyah lalu memandangi mobil itu setelah mendengar ucapan dari pria muda itu. Dia baru sadar, jika memang yang dia duduki bukanlah taksi, tapi sebuah mobil mewah.
Gadis itu menggaruk kepalanya yang tak gatal. Dia lalu tersenyum dengan malu.
"Maaf, Pak. Saya yang salah. Sekali lagi maaf," ucap Aisyah dengan suara pelan, karena malu.
"Bapak ... Siapa yang kamu panggil Bapak? Apa tampang saya tua?" tanya pria muda itu.
Aisyah menatap wajah pria itu. Dia baru menyadari jika lelaki itu masih muda. Dia juga sangat tampan.
"Maaf, Mas."
"Saya bukan orang Jawa!" seru pria itu lagi. Sepertinya dia sengaja untuk membalas Aisyah.
"Terus aku harus manggil apa? Bapak tak terima, Mas salah!" seru Aisyah dengan nada sedikit tinggi.
"Kenapa kamu yang jadi marah? Seharusnya saya! Kamu telah duduk dipangkuan saya. Telah masuk mobil saya tanpa izin, memanggil saya Bapak ...."
"Maaf, maaf, maaf, maaf. Apakah sudah cukup?" tanya Aisyah.
"Untuk saat ini saya anggap cukup. Semua karena saya harus cepat kembali ke kantor. Lain kali kalau kita bertemu lagi, aku akan minta kompensasi atas tindakan kamu yang masuk ke mobil saya tanpa izin, sekaligus marah-marah," jawab Pria itu.
"Semoga kita tak bertemu lagi," ucap Aisyah dengan lirih, tapi dapat di dengar pria itu.
"Semoga saya juga tak bertemu wanita seperti kamu lagi," balasnya.
Aisyah cepat-cepat keluar dari mobil itu. Dia tak mau berurusan lebih lama lagi dengan pria itu.
Petugas bandara yang tadi membawa barang milik Aisyah menjadi lega melihat gadis itu. Dia langsung menghampirinya.
"Mbak, kemana aja. Saya sudah mencari-cari. Di kira sudah pergi dengan taksi yang lain," ucap Bapak itu.
"Maaf, Pak. Saya salah masuk taksi. Ini untuk Bapak," ucap Aisyah. Dia lalu masuk ke taksi yang teman menunggunya.
Di dalam mobil Aisyah menjadi tersenyum sendiri. Malu karena salah masuk mobil.
"Kenapa aku bisa salah masuk tadi? Semoga tak pernah bertemu dengan orang itu lagi," gumam Aisyah dalam hatinya.
Dia meminta supir untuk membawanya menuju ke hotel R. Tubuhnya sudah ingin beristirahat.
Aisyah kembali membuka gawainya. Dia mencoba mengirim kembali surat lamaran kerjanya melalui email.
"Semoga kali ini aku bisa diterima," ucap Aisyah dalam hatinya.
Aisyah lalu membuka aplikasi Noveltoon dan melanjutkan tulisannya di platform tersebut. Kemarin dia tak sempat rilis bab terbaru.
Di mobil lain, pria yang tadi bersama Aisyah tersenyum sendiri. Dia teringat dengan kejadian yang barusan dia alami.
"Dasar cewek ceroboh. Bisa-bisanya salah masuk mobil. Untung tak salah masuk kamar orang," gumamnya pada diri sendiri sambil tersenyum.
Supirnya diam-diam memperhatikan pria itu. Dia ikut tersenyum melihat bosnya bahagia.
"Sudah lama tak melihat senyum Pak Alby. Apakah wanita tadi yang membuat Pak Alby bisa kembali tersenyum?" tanya supir tersebut dalam hatinya.
seperti cintanya alby yg nyantol di hati wanita yg sudah hamil anak orang lain.../Smile//Smile/
next...
alby rela melakukan ini...
ngelamar nih ceritanya si alby?
Jadi ikuti sajah Aisyah
Udah aisyah'kalau alby tulus ingin menikahimu jalani aja'meskipun blm ada cinta'setidaknya ada yg menjagamu dan bertanggung jawab.