"Ayah bukanlah ayah kandungmu, Shakila," ucap Zayyan sendu dan mata berkaca-kaca.
Bagai petir di siang bolong, Shakila tidak percaya dengan yang diucapkan oleh laki-laki yang membesarkan dan mendidiknya selama ini.
"Ibumu di talak di malam pertama setelah ayahmu menidurinya," lanjut Zayyan yang kini tidak bisa menahan air matanya. Dia ingat bagaimana hancurnya Almahira sampai berniat bunuh diri.
Karena membutuhkan ayah kandungnya untuk menjadi wali nikah, Shakila pun mencari Arya Wirawardana. Namun, bagaimana jika posisi dirinya sudah ditempati oleh orang lain yang mengaku sebagai putri kandung satu-satunya dari keluarga Wirawardana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Awal Perseteruan
Shakila berjalan tidak memerhatikan langkahnya. Dia sibuk mencari sosok Arya sehingga tidak sengaja tubuhnya bertabrakan dengan Silvia yang sedang berjalan di samping Arya.
Kaki Shakila juga menginjak gaun yang dipakai oleh Silvia sehingga robek ketika gadis itu hampir terjatuh. Arya yang berjalan di samping berhasil menahan tubuh putrinya.
Kejadian itu begitu cepat sampai Shakila hampir tidak sadar dengan apa yang sedang terjadi. Dia pun meminta maaf, tanpa tahu siapa orang yang baru saja bertabrakan dengannya.
"Apa yang kau lakukan, hah!" teriak Silvia marah.
Betapa terkejutnya Shakila begitu tahu orang yang bertabrakan dengannya adalah Silvia. Lalu, dia juga melihat Arya Wirawardana berdiri di depannya dan menatap dengan tajam.
Ditatap seperti itu oleh Arya membuat Shakila mematung. Mulutnya terbuka tanpa bersuara.
Orang-orang yang hadir di acara pesta itu melihat ke arah mereka. Tentu saja bisik-bisik dan ketegangan menyelimuti ballroom itu.
Karena Shakila diam saja, membuat Silvia marah. Dia pun hendak menamparnya. Namun, begitu tangan terayun hendak menyentuh pipi mulus Shakila ada sebuah tangan yang menahan.
"Lingga?" Silvia terkejut karena pria itu malah menahannya.
"Apa kamu ingin mengacaukan pesta ini dan membuat rusak nama perempuan papamu," ucap Lingga.
Arya yang terdiam menatap Shakila akhirnya tersadar dengan apa yang sedang terjadi. Dia mengedarkan penglihatannya dan semua tamu undangan sedang memerhatikan mereka.
"Sudahlah, Sayang. Ayo, kita naik ke panggung!" ajak Arya.
"Papa, lihat gaunku! Robek dan kotor. Ini semua karena wanita kampungan itu," ujar Silvia sambil menunjuk ke arah muka Shakila.
Arya melihat gaun bagian bawah yang dipakai oleh Silvia robek. Lalu, dia menyuruh orang kepercayaannya untuk segera membelikan gaun terbaik dari seorang desainer terkenal.
"Acara kita tunda sampai kamu siap. Jadi, jangan marah-marah lagi," kata Arya sambil mengusap bahu Silvia.
"Terima kasih, Papa! Papa emang ayah yang terbaik di dunia!" puji Silvia.
Kedua orang itu pun pergi menuju ke tempat yang sudah di sediakan. Namun, tadi sebelum melangkah, Silvia mengambil segelas minuman berwarna merah, lalu di siramkan ke tubuh Shakila sehingga meninggalkan noda merah. Kejadian ini tidak di sadari oleh Arya yang menyapa sejenak rekan bisnisnya.
Lingga yang melihat itu hanya bisa mendengus. Dia tidak suka dengan sifat dan kelakuan Silvia. Namun, karena tuntutan bisnis dia harus bersabar selalu diikuti atau disibukkan olehnya.
Shakila sedih melihat gaunnya kini kotor. Dia bingung harus melakukan apa sekarang. Rasanya dia ingin pulang ke kostan, tetapi saat ini adalah kesempatan besar untuk dirinya berbicara dengan Arya dan memberi tahu siapa dia sebenarnya.
"Mbak bisa bersihkan bajunya di toilet," ucap salah seorang pelayan hotel sambil menunjuk ke arah pintu yang akan menuju toilet.
Ketika melihat baju dan jilbab Shakila kotor, Lingga menarik membawanya ke luar ballroom. Tentu saja gadis itu berontak.
"Diamlah! Kita ganti baju kamu di butik di samping," ucap Lingga.
"Aku bisa jalan sendiri!" Shakila menghempaskan lengannya agar pegangan tangan Lingga terlepas.
Tidak sampai 5 menit mereka sampai ke butik. Shakila mencari baju muslimah yang cocok untuknya. Namun, matanya terbelalak ketika melihat harga yang tercantum pada barcode.
"Astaghfirullah, baju seperti ini harganya 50 juta!" batin Shakila meronta.
Gadis itu mencoba mencari baju lain yang harganya murah. Rata-rata pakaian di sana harganya 5-150 juta. Ada yang sesuai dengan uang, tetapi tidak suka dengan modelnya. Shakila jadi bingung.
"Coba pakai ini! Aku rasa ini cocok untuk kamu," ucap Lingga.
Baju yang dipilihkan oleh Lingga sangat indah dan warnanya juga lembut, tetapi tidak membuat pucat wajah. Shakila sampai terkesima dengan penampilannya saat ini.
"Sudah pakai itu saja," ucap Lingga.
"Tunggu! Ini harganya berapa? Aku takut uangku tidak cukup," kata gadis yang kini terlihat seperti putri di dalam dongeng.
"Sudah aku bayar, kamu tidak perlu mengeluarkan uang," balas Lingga.
"Aku tidak mau!" balas Shakila dengan tegas. Dia tidak suka punya utang. "Nanti ini bisa kamu jadikan alat untuk mengancam aku, kan?"
"Anggap saja itu sebagai ucapan permintaan maaf sekaligus ucap terima kasih," ujar Lingga, lalu pergi meninggalkan Shakila yang masih terbengong.
"Dasar orang aneh!"
Sementara itu di ballroom hotel, Silvia mencari keberadaan Lingga. Dia lelah berkeliling, tetapi sosoknya tidak juga kelihatan.
Arya mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. Dia penasaran dengan gadis yang sudah bertabrakan dengan Silvia. Laki-laki itu merasa wajahnya mirip dengan Almahira saat mereka menikah.
"Silvia, kan, anakku dengan Alma? Tapi, kenapa ada orang lain yang wajahnya sama dengan Alma?" batin Arya.
"Papa. Lingga, kok, tidak kelihatan?" Silvia memasang wajah cemberut.
"Bukannya tadi ada. Dia menyapa papa," balas Arya.
"Masa sudah pulang?" Perempuan itu terlihat kecewa.
"Mungkin banyak pekerjaan jadi tidak bisa lama-lama di sini."
Mata Arya tidak sengaja melihat ke arah pintu, di mana Shakila masuk dengan penampilan barunya. Laki-laki paruh baya itu terus menatap pergerakan sang gadis yang menoleh ke kanan-kiri, seperti sedang mencari seseorang.
Banyak laki-laki tertarik dengan kecantikan Shakila yang alami. Senyumnya yang menawan juga membuat jantung mereka berdebar, padahal gadis itu tidak sedang menggoda, hanya menyapa dengan ramah.
Rupanya Silvia juga memerhatikan Shakila. Dia ingat betul dengan wajah orang yang sudah membuat gaunnya rusak.
"Rupanya dia ganti baju," gumam Silvia menatap dengan penuh kebencian.
"Dia tamu undangan dari kalangan rekan bisnis atau tamu undangan dari karyawan?" batin Silvia yang tidak lepas pandangannya dari Shakila.
Sifat buruk Silvia yang tidak suka jika ada yang menyaingi dirinya dalam hal apa pun, membuatnya benci banyak orang. Jika sudah seperti itu maka dia akan menyingkirkannya.
Acara berlangsung sampai tengah malam, tetapi Shakila tidak punya kesempatan untuk mendekati Arya. Laki-laki itu sibuk dan dikelilingi banyak pembisnis.
***
"Setidaknya hari ini aku dan Pak Arya bisa saling bertatapan muka walau sebentar. Wajahku mirip dengan ibu, apa Pak Arya masih ingat dengan wajah ibu, ya?"
Shakila menatap langit-langit kamar kost. Dia ingin secepatnya bisa berbicara dengan Arya untuk memberi tahu siapa dirinya dan apa tujuan dia mencarinya. Gadis itu tidak butuh harta kekayaan Arya Wirawardana, dia hanya butuh dirinya untuk menjadi wali nikah.
"Abian sedang apa, ya? Apa dia merindukan aku juga?" batin sang gadis.
Sementara itu di tempat lain, Silvia menyuruh seseorang untuk mencari tahu tentang Shakila. Dia sempat mendapat kabar kalau Lingga datang berdua dengan seorang perempuan ke butik. Tentu saja dia langsung bertindak untuk mencari tahu. Emosinya semakin terbakar ketika melihat rekaman CCTV dari butik itu.
"Akan ku hancurkan siapa saja yang berani mengusik aku!" kata Silvia dengan penuh amarah.
***