NovelToon NovelToon
YISHA : After Reincarnation

YISHA : After Reincarnation

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Romansa Fantasi / Cinta Seiring Waktu / Elf / Fantasi Wanita
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Rin Arunika

Beberapa tahun lalu, Sora dikhianati oleh kekasih dan sahabatnya. Mengetahui hal itu, bukannya permintaan maaf yang Ia dapatkan, Sora justru menjadi korban kesalah pahaman hingga sebuah ‘kutukan’ dilontarkan kepadanya.

Mulanya Sora tak ambil pusing dengan sumpah serapah yang menurutnya salah sasaran itu. Hingga cukup lama setelahnya, Sora merasa lelah dengan perjalanan cintanya yang terus menemui kebuntuan. Hingga suatu hari, Sora memutuskan untuk ‘mengistirahatkan’ hatinya sejenak.

Tanpa diduga, pada momen itulah Sora justru menemukan alasan lain dibalik serangkaian kegagalan kisah cintanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#15

Saat ini, Sora bisa bernafas lega setelah urusannya dengan Rayn dan yang lainnya Ia selesaikan. Namun, Sora tidak berbohong tentang alasan Ia pulang lebih cepat.

Hari itu bertepatan dengan hari peringatan kematian neneknya. Biasanya, Sora akan pergi mengunjungi makam mendiang dan berdoa di sana. Dan sekarang, Sora kembali akan melakukan kebiasaanya itu.

Sesampainya Ia di rumah, Sora mengganti pakaiannya menjadi serba hitam, termasuk selendang yang Ia kenakan untuk menutupi kepalanya.

Sora terus berlutut di hadapan gundukan tanah itu setelah Ia meletakkan buket bunga krisan di sebelah batu nisan.

“Nek... Apa menganggap semua itu tidak pernah terjadi adalah keputusan yang benar?”

Tentu saja pertanyaan Sora itu tak akan pernah mendapat jawaban.

Yang membuat Sora merasa kesal adalah entah kenapa Ia merasa ada sesuatu yang berbeda dari dirinya ketika Sora bercengkrama dengan Rayn.

Cinta? Tidak mungkin. Ayolah, baru berapa kali mereka bertemu. Mana mungkin perasaan itu tumbuh begitu saja.

#

“Bagaimana, rencanaku bagus, kan?” Yasmin melebarkan senyum pada Rayn.

Tampak Yasmin, Rayn, dan Giovanni masih berada di tempat yang sama.

“Tidak buruk. Tapi Aku benar-benar kesulitan mengendalikan kesabaranku,” Rayn menyandarkan punggungnya di kursi.

“Tapi Aku akui, aktingmu lumayan juga, Rayn,” Giovanni tampak sedikit terkekeh.

“Kalian ini, sama saja. Terlihat senang ketika Aku kesusahan,” Rayn mendengus sebal, “tapi Kamu benar-benar tidak bisa membaca pikirannya, Gi?” Rayn menatap Giovanni lekat-lekat.

“Iya, Rayn. Penglihatanku benar-benar gelap ketika Aku menjabat tangannya tadi,” Balas Gio dengan raut wajah serius.

“Lihat, kan? Aku yakin dia bukan manusia biasa!” Kata Rayn menatap Giovanni dan Yasmin bergantian.

“Tapi, kalau misalnya kekuatan Gio tidak berpengaruh pada Sora, apa itu langsung membuka peluang bahwa Sora bagian dari kelompok kita?” Tanya Yasmin.

“Entahlah. Setahuku manusia dengan kekuatan spiritual yang tinggi memang ada yang bisa membatasi dirinya dari kekuatanku,” jawab Giovanni.

“Tapi Sora bukan tipe orang yang taat, apalagi sampai level kekuatan spiritual tinggi,” ceplos Yasmin enteng.

“Iya kah?” Rayn mendelik.

“Kamu meragukanku?” Yasmin bersidekap.

“Aku benar-benar berharap kali ini bisa bertemu kembali dengan Yisha,” gumam Rayn.

Yasmin dan Giovanni sama-sama terdiam mendengarkan ucapan Rayn. Namun, mereka tampak tengah berpikir keras tentang apa yang menjadi topik perbincangan mereka saat itu.

#

Petir menyambar dengan lantang dan saling bersahutan. Angin kencang ikut meramaikan sepinya malam yang saat itu menjadi semakin dingin.

Namun, suasana seperti itu bukanlah hal yang menakutkan bagi Sora. Gadis itu pernah melewati badai yang lebih mengerikan dari hanya sekedar badai petir.

Dulu ketika usia Sora masih tujuh belas tahun, kedua orang tuanya pergi ke luar negeri karena urusan pekerjaan. Meninggalkan Sora yang masih sibuk dengan ujian akhir di sekolahnya.

Namun, sebuah kabar tak menyenangkan sampai ke telinga Sora. Ia dikejutkan dengan berita kecelakaan hilangnya pesawat yang ditumpangi oleh kedua orang tuanya.

Sekarang, sepuluh tahun sudah berlalu. Kabar korban yang menghilang dalam kecelakaan itu tak pernah diketahui.

Sora tak pernah berpikir bahwa perpisahan tanpa pamit bisa menjadi badai yang begitu mengerikan. Badai yang seolah tak pernah reda dan terus bergemuruh dalam dadanya.

Terkadang, Sora sering berpikir untuk meninggalkan tempat tinggalnya dan mencari kehidupan baru dan melupakan badai dalam dirinya.

Saat ini, untung saja ada Bi Lena dan Pak Ivan yang menemaninya menghuni rumah besar itu. Tanpa mereka, mungkin rasa sepi akan semakin kejam menyiksa Sora.

Malam menjadi semakin dingin. Rasanya satu lapis selimut saja tak cukup untuk menghangatkan tubuhnya.

“Kok tiba-tiba pengen coklat panas...” Gumam Sora.

Dengan tubuh yang masih tergulung selimut, Sora berjalan menuju dapur yang berada di lantai bawah. Rasanya begitu menyenangkan ketika udara yang semakin dingin itu bisa dihadapi dengan hanya segelas coklat hangat.

Sebelum Ia kembali ke kamarnya, lebih tepatnya ketika Sora masih berada di ruang utama, entah kenapa saat itu Sora merasa ada yang aneh dengan dirinya.

Entah kenapa Sora sangat ingin melihat hujan di luar sana padahal tubuhnya saja sangat kedinginan.

Namun, saat itu Sora memilih untuk mengabaikan sekelebat perasaan aneh itu dan memilih untuk kembali menuju kamarnya.

Jika saja saat itu Sora benar-benar membuka pintu utama rumahnya, gadis itu pasti akan melihat keberadaan Rayn dan Bintang.

Dengan wujud yang serupa ketika Rayn pertama kali menemukan Sora, Rayn terus berdiri di tengah-tengah halaman rumah Sora yang luas. Bintang juga terlihat setia berada di sebelah Rayn.

Oh iya. Meski hujan turun begitu lebat, namun tubuh Rayn dan Bintang tidak terkena air hujan sama sekali, bahkan satu tetespun. Satu lagi kekuatan Rayn adalah bahwa Ia bisa melindungi tubuhnya menggunakan tabir ajaib yang tak terlihat oleh mata.

#

“Mev!” kata Giovanni pada… Yasmin?

“Mevine!” ucap Giovanni lagi.

“Eh, Kamu memanggilku?” Yasmin menunjuk dirinya sendiri. Saat itu, Yasmin tengah asik memainkan ponselnya.

Giovanni berdecih. “Aku khawatir Kamu terlanjur nyaman dengan identitas palsumu itu,” katanya seraya meneguk teh hangat kesukaannya.

“Ish… Bukan begitu, tadi Aku lagi seru nonton drama CEO ganteng yang jatuh cinta sama sekretarisnya,” balas Yasmin sambil terkekeh.

Namun, Giovanni justru bergidik mendengar ucapan Yasmin. “Kalau CEO Astra Fortuna tidak akan bisa begitu,” kata Giovanni.

Yasmin terdiam sejenak mencerna kalimat Giovanni. “YA IYA LAH! NGACO!!” kata Yasmin setelah memahami ucapan Giovanni.

Giovanni kemudian tertawa kencang melihat Yasmin yang merasa sebal terhadap dirinya.

Tanpa Yasmin dan Giovanni sadari, Rayn telah berada di ambang pintu dan memperhatikan interaksi mereka saat itu.

“Eh, ngomong-ngomong, Si Sora itu, kenapa Rayn bisa begitu penasaran pada gadis itu?” Tanya Giovanni.

“Kamu tidak tahu Rayn pernah menolong Sora waktu dia jatuh di gunung?” Yasmin menatap Giovanni.

“Tahu. Aku tahu betul. Tapi, apa hanya gara-gara itu?” Rasa penasaran Giovanni terlihat jelas dari kedua matanya.

“Kenapa tidak tanya langsung ke Rayn? Apakah Kamu berpikir Aku punya waktu menjadi tempat Rayn mencurahkan isi hatinya?” Yasmin mendengus kemudian Ia meraih kembali ponselnya.

“Aku hanya penasaran. Kamu tahu sendiri kan kalau Rayn selalu menceritakan setengah ceritanya saja pada kita?”

“Setengah?” Tiba-tiba saja sosok tinggi nan tampan itu ikut bergabung dalam obrolan Yasmin dan Giovanni.

“Eh, Rayn? Kau-” ucapan Giovanni tertahan.

‘Sejak kapan Rayn berada di sana?’ pikir Giovanni.

“Jadi, menurutmu Aku selalu hanya mengungkapkan setengah ceritaku? -- Maksudmu, Aku ini selalu menyembunyikan rahasia dari kalian?” Rayn berjalan mendekati sofa tempat Giovanni dan Yasmin berada.

“Menurutmu saja, bagaimana?” Giovanni bersidekap, “tahu-tahu kau menghilang dan mengasingkan diri ke hutan, tak bisa dihubungi. Bukannya itu karena Kau sedang memikirkan rahasia yang tidak dibicarakan pada kami? Ketika kau hilang, siapa yang kerepotan mengurus perusahaan? Aku.” Giovanni menyerocos lalu berakhir menunjuk dirinya sendiri.

Melihat tingkah mereka, Yasmin hanya memutar bola matanya malas. Dilihat dari reaksinya, sepertinya Yasmin sudah biasa menghadapi situasi itu.

“Ha, ha, ha. Baiklah, baiklah. Aku akui memang hutan adalah tempat yang sempurna untukku menenangkan diri. Tapi apa Aku seburuk itu?” Rayn kini telah menyandarkan punggungnya di sofa.

Yasmin berdecih. “Serius Kau masih bertanya seperti itu? Apa di rumah mewahmu ini tidak ada cermin yang lebih besar, Rayn?”

“Baiklah. Aku mengaku. Aku memang sering memendam semuanya sendirian. Maaf jika ternyata itu membuat kalian tak senang,” ucap Rayn dengan garis senyum yang sedikit tersungging.

Yap. Rayn tak mengucapkan hal itu dengan raut wajah serius. Sama seperti Giovanni. Pria itu tampak menggerakan bibirnya tanpa mengeluarkan suara. ‘Nye, nye, nye.’

“Maksud kami, daripada masalahmu itu kau gulung terus dalam kepalamu itu, kenapa tidak berbagi dengan kami? Kau sendiri pun selalu begitu, selalu mengatakan untuk jangan memendam sesuatu sendirian,” Yasmin kini terlihat memasang tampang serius.

“Baiklah, baiklah... Jika nanti ada hal yang menggangguku-”

“Ya, ya, ya. Semoga kau mengingat ucapanmu itu.” Giovanni keburu memotong ucapan Rayn.

Di sisi lain, Yasmin terlihat cekikikan sendiri melihat interaksi kedua temannya itu yang menurutnya tampak lucu.

1
Anononin
Mulutnya diam, tapi hatinya mikir keras, wkwkwkwkkk /Hey/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!