NovelToon NovelToon
TERPAKSA DINIKAHI PAK DOSEN

TERPAKSA DINIKAHI PAK DOSEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Spiritual / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:64k
Nilai: 5
Nama Author: ZIZIPEDI

Nasib sial tak terhindarkan menimpa Faza Herlambang dan mahasiswinya, Caca Wijaya, saat mereka tengah melakukan penelitian di sebuah desa terasing. Tak disangka, sepeda motor yang menjadi tumpuan mereka mogok di tengah kesunyian.

Mereka pun terpaksa memilih bermalam di sebuah gubuk milik warga yang tampaknya kosong dan terlupakan. Namun, takdir malam itu punya rencana lain. Dengan cemas dan tak berdaya, Faza dan Caca terjebak dalam skenario yang lebih rumit daripada yang pernah mereka bayangkan.

Saat fajar menyingsing, gerombolan warga desa mendadak mengerumuni gubuk tempat mereka berlindung, membawa bara kemarahan yang membara. Faza dan Caca digrebek, dituduh telah melanggar aturan adat yang sakral.

Tanpa memberi ruang untuk penjelasan, warga desa bersama Tetuah adat menuntut imereka untuk menikah sebagai penebusan dosa yang dianggap telah mengotori kehormatan desa. Pertanyaan tergantung di benak keduanya; akankah mereka menerima paksaan ini, sebagai garis kehidupan baru mereka

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZIZIPEDI, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TIGA PULUH

Pagi itu, Caca berdiri tegap di depan cermin besar di kamar tidurnya. Sinar matahari yang masuk melalui jendela memantulkan bayangan seorang mahasiswi tomboi yang berubah menjadi wanita anggun. Rambutnya yang hitam legam disisir rapi dan ditata dalam hijab yang elegan, menambah tampak semakin mempesona.

Di wajahnya, makeup natural telah diaplikasikan dengan sempurna; sedikit blush on di pipi, eyeshadow coklat muda yang memberi kedalaman pada matanya. Semua itu semakin menonjolkan kecantikan alami yang dimiliki Caca.

Dengan perlahan, ia mengenakan kebaya berwarna krem yang telah disiapkan. Kain kebaya yang lembut itu melingkupi tubuhnya dengan sempurna, memperlihatkan bentuk tubuhnya yang anggun. Payet-payet halus yang menghiasi kebaya tersebut berkilauan, menambah kemewahan pada penampilannya. Tak lupa, ia memasang baju toga hitamnya yang gagah, lengkap dengan selempang dan topi toga yang menjadi simbol keberhasilan.

Namun semua itu terasa sia sia. Matanya berkaca kaca karena tak satupun kursi tamu undangan yang dikhususkan untuk Wijaya dan Faza masih tetap kosong.

Di tempat lain, Faza meminta sopirnya untuk cepat,"Pak bisa lebih cepat, acara akan segera dimulai, saya bisa terlambat," pinta Faza pada Pak Ujang. Di sebelah kursi Faza terdapat  bunga mawar yang ditengahnya terdapat dua buku kecil sebagai hadiah spesial untuk Caca.

Faza tak sabar ingin melihat kecantikan istrinya saat mengenakan kebaya yang dia pilihkan khusus untuk hari spesialnya.

"Baik Pak..." Pak sopir pun mengikuti arahan dari Faza. Namun saat sampai di depan gedung universitas tempat Caca diwisuda, ponsel Faza bergetar. "Amelia" nama si penelpon terlihat jelas. Faza lantas mengangkat panggilan itu.

"Iya Mel, ada apa...?" tanya Faza.

"Mas Faza, Felin kecelakaan, sekarang dia ada di rumah sakit Prima," jelas Amelia.

"Kecelakaan....! Bagaimana kondisinya, Mel...?!" tanya Faza diliputi rasa hawatir dan cemas.

"Felin Koma dan sekarang ada di ruang ICU," 

Mata Faza memandang ke depan, seakan mencari jawaban di jalan yang terbentang. Hatinya terbelah dua; di satu sisi ada istri yang sedang berbahagia di hari wisudanya, di sisi lain Felin, mantan calon istrinya, terbaring tak sadarkan diri di rumah sakit, mungkin karena ulahnya.

Dengan nafas yang tercekat, ia mengambil keputusan yang sulit.

"Pak, putar balik, kita kerumah sakit sekarang," ujar Faza dengan tegas.

"Baik Pak"

Mobilnya berbelok tajam, meninggalkan arah ke universitas tempat wisuda istrinya, menuju rumah sakit.

Setibanya di rumah sakit, langkahnya tergesa-gesa menuju ruang ICU. Di sana Faza bertemu Amelia dan Alfin.

"Dimana ruangannya..?" tanya Faza buru buru. Amelia menunjuk ke arah ruang ICU.

Faza buru buru melangkah ke arah ruang ICU, namun langkahnya terhenti saat suara Alfin menginterupsi langkah tegasnya.

"Ini semua karenamu...! Kamu harus bertanggung jawab atas keadaan Felin..!" ucap Alfin dengan suara kemarahan yang tertahan.

Faza menoleh, menatap Alfin sekilas lalu kembali melangkah menuju ruang ICU.

"Felin, maafkan aku," bisik Faza lirih, tangannya gemetar saat menyentuh pagar ranjang. 

Air mata mulai menetes dari matanya, merasa bersalah atas keputusannya, hingga menyebabkan Felin Celaka.

"Maaf, aku tak bermaksud membuatmu seperti ini," bisiknya lirih.

Sementara di gedung megah itu, mata Caca terus terpaku pada pintu aula yang sedang digelar acara wisuda. Hatinya berharap muncul sosok yang ia rindukan, Faza, suaminya, dan Wijaya, ayahandanya. Namun, jam semakin menunjukkan bahwa acara hampir segera dimulai dan kedua tempat yang ia harapkan terisi itu masih kosong.Tubuhnya bergetar saat menyadari kenyataan pahit itu.

Dalam benaknya, kenangan bersama Faza dan Wijaya berkelebat, dari hari pertama masuk kuliah hingga detik ini. Caca selalu berpikir mereka akan ada di sana untuknya, terutama di hari spesial ini. Namun, realita berkata lain.Caca tersentak saat suara MC memanggil namannya.

"Berikutnya, kami memanggil saudari Caca Wijaya anak dari Bapak Wijaya dan Ibu Amira Kusuma, yang hari ini akan menerima gelar Com Laude karena prestasi akademik yang luar biasa," ujarnya dengan suara yang jelas dan penuh semangat.

Caca berjalan menuju podium untuk menerima ijazahnya dengan langkah gontai. Senyumnya pahit, menyembunyikan luka yang tak terlihat.

Sorot lampu mengarah ke arah Caca yang berjalan. Setiap langkahnya diiringi tepuk tangan riuh menggema, tetapi bagi Caca itu hanya gema kosong yang menambah pilu di hatinya.  

Caca berdiri dengan gagah di atas panggung, memegang mikrofon dengan tangan yang sedikit gemetar karena gugup. Cahaya sorotan lampu panggung membuat matanya berkilat, namun di dalam hatinya terasa haru.

"Hari ini, saya berdiri di sini bukan hanya sebagai mahasiswa yang berhasil predikat cum laude," Caca mulai berbicara, suaranya mengalun pasti, "tapi sebagai anak yang berterima kasih atas segala pengorbanan dan cinta yang telah diberikan."Napasnya tercekat sejenak saat ia melanjutkan, "Untuk ayahanda tercinta, Wijaya, yang tidak bisa hadir di sini, terima kasih atas segala dukungan dan doamu. Meskipun jarak memisahkan kita, namun restumu selalu menjadi kekuatan bagi saya." 

Caca tak kuasa menahan kesedihannya, suaranya jelas bergetar. Air mata perlahan menitik di sudut mata Caca, namun ia menyeka dengan cepat.Ia menarik nafas dalam, mengumpulkan kekuatan untuk menyebutkan sosok lain yang sangat berarti.

"Dan untuk ibunda terkasih, yang kini telah berpulang, terima kasih atas segala cinta dan pengorbananmu,karena melahirkanku engkau harus mengalahkan nyawamu. Engkau adalah bintang yang selalu menerangi langkahku." Suara Caca semakin bergetar, namun ia berusaha keras untuk tetap kuat.Suara isakan para tamu undangan dan teman seangkatannya mulai bergema, larut dalam kesedihan yang Caca rasakan.

Sebelum menutup pidatonya, Caca memberi penghormatan kepada seseorang yang sangat spesial, "Dan, ada seseorang lagi, yang namanya tidak bisa saya sebutkan di sini, namun peranannya dalam hidup saya tidak tergantikan. Terima kasih atas waktumu, dukunganmu, dan inspirasimu yang tiada henti. Kamu adalah alasan saya bisa berdiri tegak hari ini."Caca mengakhiri pidatonya dengan senyuman penuh haru, mata berbinar penuh rasa syukur. Ruangan dipenuhi tepuk tangan meriah, menghargai setiap kata yang telah diucapkan dengan tulus.

Tangan yang menggenggam erat buku wisuda terasa lemas, dan dia merasa seluruh dunianya runtuh dalam sekejap. Caca merasakan kehampaan yang mendalam, sebuah kesedihan yang menyesakkan.

Ketika turun dari podium, air mata yang selama ini ditahannya pecah sudah. Caca berjalan menuju sudut aula dan duduk seorang diri, menatap ke luar jendela, mencari ketenangan. Di hari yang seharusnya bahagia, Caca merasa terasing dan terluka, terlupakan oleh dua orang yang paling ia cintai.

Caca duduk sendirian di sudut ruangan yang sunyi, tangannya memeluk lutut sambil kepala tertunduk lesu. Matanya yang sembab menatap lantai kosong, mencari jawaban yang tak kunjung datang.

Air mata perlahan mengalir di pipinya, menetes satu per satu, seolah tiap tetesnya menggambarkan sakit yang terpendam dalam dada.Dalam kesendirian itu, suara hatinya berbisik lirih, mengingatkannya pada kenyataan pahit yang selama ini ia hindari.

"Cukup, Caca... untuk apa kamu menangis? Sejak awal kamu tahu jika kamu bukan prioritas utama bagi mereka. Berhenti mengasihani dirimu sendiri." Bisikan itu kian menguat, menusuk relung hatinya.

Caca menarik napas dalam-dalam, mencoba mengumpulkan kekuatan yang tersisa. Dia menggigit bibir, berusaha menahan rasa sakit yang bergejolak. Setiap kata dari monolog batinnya itu seperti jarum yang menusuk-nusuk, mengingatkannya pada kenyataan yang selama ini ia tolak.

Dia mengangkat wajah, memandang ke jendela yang terbuka lebar. Angin siang yang sejuk berhembus masuk, menyentuh wajahnya yang basah oleh air mata. Di tengah keheningan itu, Caca mengambil keputusan dalam hatinya.

Dia akan berhenti mengasihani diri sendiri, berhenti menangis untuk orang yang tak pernah menganggapnya penting. Dengan tekad yang baru, Caca menghapus air matanya, bangkit dari duduknya, dan melangkah pasti meninggalkan ruangan itu, meninggalkan rasa sakit yang menghantui pikirannya.

1
Namira Aqilia
Aamiin thor
Reni Anjarwani
aamiin... bagus bgt thor
nissa
duh sedih banget lihat caca
Indradavais
Di kelanjutannya ya thourr
Tasari Tasari
lanjutt tor👍🏼
Fitra Sari
lanjuttt donkk thorr doubell up gituu
Ria Agustina
kapan upload lagi tor
suryani duriah
benar2 menguras emosi n airmata😭😭😭😭😭🙏
Reni Anjarwani
seru bgt kisah nya , doubel up thor
Tasari Tasari
Bagus tor 👍🏼 lanjut up tur💞
Aku Mira
karya ya bagussss tapi yang like dikit😭😭😭😭
apa pada belum tau ya🤔
Zizi Pedi: pas baca pada lupa pencet cempol kk😁😁😁🥰🥰🥰
total 1 replies
Fitra Sari
makasihh udah up Thor ...kalau bisa doubell Thor ...Pngin. Caca dibuat sellau mesra dengan mas faza
Indradavais
Aku jadi baper sendiri bayangkan wajah Gaza nya . Bisulnya ada tah thour
Fitra Sari
lanjuttt donkk thorr ..kalau bisa doubell up 🙏😀
partini
wehh si ular ga nyusul ,, biasanya nih kalau LG lope lope ada aja yg gangguin
Aku Mira
faza nya egois kasihan caca nya
nissa
bagus,ceritanya sangat menarik tidak berbelit belit
nissa
hmm,so seeet dech
nissa
alhamdulilla akhir nya bertemu juga mereka, kedua orang tua faza juga menerima caca
nissa
gara2 sambal ikan asin nih mereka bertemu lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!