NovelToon NovelToon
Tumbal Mata Kedua

Tumbal Mata Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Action / Misteri / Spiritual / Zombie / Tumbal
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: Foerza17

Cerita ini berlatar 10 tahun setelah kejadian di Desa Soca (Diharapkan untuk membaca season sebelumnya agar lebih paham atas apa yang sedang terjadi. Tetapi jika ingin membaca versi ini terlebih dahulu dipersilahkan dan temukan sendiri seluruh kejanggalan yang ada disetiap cerita).

Sebuah kereta malam mengalami kerusakan hingga membuatnya harus terhenti di tengah hutan pada dini hari. Pemberangkatan pun menjadi sedikit tertunda dan membuat seluruh penumpang kesal dan menyalahkan sang masinis karena tidak mengecek seluruh mesin kereta terlebih dahulu. Hanya itu? Tidak. Sayangnya, mereka berhenti di sebuah hutan yang masih satu daerah dengan Desa Soca yang membuat seluruh "Cahaya Mata" lebih banyak tersedia hingga membuat seluruh zombie menjadi lebih brutal dari sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Foerza17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Pria Tua Biasa

"Apa yang harus kita lakukan sekarang, Pak?" tanya insinyur itu.

"Untuk sekarang, sebaiknya kita...," belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, tiba-tiba seorang wanita dengan jaket yang berwarna semerah darah berteriak kearahku,

"Astaga? Apa yang terjadi di dalam sana?"

Aku berdecak dan mendengus kesal atas tingkah lakunya yang seketika membuat keadaan di gerbong eksekutif ini menjadi heboh. Memang benar, kedua masinis untuk saat ini dalam kondisi yang mengenaskan. Dengan tanpa bola mata yang sudah tak bersarang di kelopaknya, semakin menambah kengerian yang dialaminya.

Suasana seketika menjadi ricuh. Suara penumpang berdesir dan berbisik saling menggunjing atas kondisi itu menjadi tak terelakkan lagi. Aku menghela napas berat dan menatap mereka semua malas. Kemudian aku berteriak ke arah mereka dengan maksud untuk menenangkan mereka.

"Sekarang dengarkan aku! Inilah sebenarnya bahaya yang akan menghampiri kita jika kita tetap kekeuh untuk terus menyalakan lampunya. Karena apa? Karena kita sekarang sedang diintai oleh sebuah makhluk anomali dengan wujud mengerikan yang sangat terobsesi dengan bola-bola mata kalian yang kalian bangga-banggakan itu!" ucapku dengan lantang sembari menunjuk wajah-wajah mereka. Mereka nampak terdiam atas orasi yang aku sampaikan.

"Kumohon saudaraku sekalian. Percayalah pada pria ini seperti kalian mempercayaiku sebelumnya. Karena aku yakin, apa yang dia katakan untuk saat ini, adalah sebuah fakta yang sebenarnya," tiba-tiba pria insinyur itu membelaku dengan intonasi yang tenang tetapi berwibawa. Tanpa sepatah kata pun, para konglomerat itu tiba-tiba langsung beranjak pergi dari kabin masinis dan kembali duduk di bangkunya masing-masing.

Dia tersenyum hangat kearahku, aku membalas senyumannya dan sedikit mendesah atas tindakannya yang keren. Bahkan saking kerennya, aku sendiri terpaksa harus mengakuinya.

Kemudian aku kembali masuk ke kabin masinis dan memotret mayatnya sebagai bukti bahwa keadaan disini sudah semakin berbahaya. Setelah sekiranya aku sudah cukup bukti, aku berinisiatif untuk menguburkan mayatnya diluar agar bau busuknya tidak merebak memenuhi ruangan.

"Sebaiknya kita bertukar nomer ponsel untuk sekarang ini. Aku harap, kau memiliki cukup data untuk terus berkomunikasi denganku," ucapku kepadanya.

"Baik, Pak. Tunggu sebentar!" dia kemudian bergegas kembali ke bangkunya sebelumnya dan terlihat mencari sesuatu.

Kemudian dia mengeluarkan sebuah tas kopernya dan mengeluarkan ponsel dengan jenis terbaru dan desain yang sangat modern. Aku berdecak kagum atas ponselnya. Setelah itu, dia terlihat sedang mengoperasikan ponselnya lalu kembali berjalan mendekatiku.

"Ini, Pak. Ini nomor ponselku," dia menyodorkan layar ponselnya di wajahku dan aku sedikit menyipitkan mataku sebab kecerahan layarnya yang cukup menyilaukan. Aku menepis tangannya perlahan.

Aku kemudian mengambil ponselku dan memasukkan nomornya. Setelah itu, aku menyarankan dia untuk terus menyalakan data selulernya dan menyuruhnya kembali ke kabin masinis selagi aku membereskan mayat-mayat tadi. Aku kemudian bergegas untuk mencari gudang peralatan dan mencari sekop atau apapun itu lalu mengajak seseorang untuk membantuku.

Aku bahkan tidak tahu dimana ruang peralatan di dalam kereta ini, tetapi aku terus berjalan menyusuri lorong dan semoga saja aku menemukannya. Aku kembali berjalan diantara lorong yang gelap. Aku perlahan menyusuri gerbong kedua, ketiga, dan seterusnya.

Suasana penumpang sedikit lebih terkendali untuk sekarang. Rata-rata mereka lebih memilih untuk melanjutkan tidur mereka sembari menunggu penjemputan datang. Aku tersenyum lega atas keadaan mereka yang mulai tenang.

Cahaya lampu senterku memanjang dan menerangi apapun yang ada di depannya. Aku terus berjalan menyusuri lorong untuk mencari dimanakah gudang peralatan itu berada. Hingga ketika aku sampai pada gerbong kelima, perjalananku terhenti oleh seorang pria paruh baya yang merasa terusik oleh sorot lampu senterku.

"Hei, Pak! Apa ada masalah di depan sana?" tanya pria tua dengan kemeja batik berwarna merah dan berlengan pendek itu.

"Untuk sekarang, sama seperti apa yang dikatakan lewat microphone, situasi sedang tidak baik-baik saja, Pak. Saya harap Anda mengerti dan tetap di bangku Anda supaya semua bisa aman terkendali," ucapku hangat kepadanya.

"Terus apa yang sedang kau lakukan saat ini? Berjalan-jalan sendirian sambil membawa senter di situasi yang seperti ini. Kau seperti mengecek kami satu persatu ya? Tenang saja, Pak. Kami semua adalah warga negara yang taat. Tidak perlu berlebihan seperti itu," sambungnya dengan suara serak. Aku tersenyum kearahnya.

"Terimakasih sudah berlaku seperti itu, Pak. Tapi untuk saat ini saya sedang mencari gudang peralatan pada kereta ini untuk mengambil alat. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya," ucapku lembut.

"Gudang peralatan? Bukankah setiap peralatan selalu terletak di lokomotif? Hm, sepertinya Anda bukan seorang masinis ya?" pertanyaannya yang telak seketika membongkar kedokku. Aku tercengang atas kecerdasannya. Sepertinya dia bukanlah seorang pria tua biasa.

Aku kemudian mematikan lampu senterku yang sedari tadi masih menyinari hingga ke ujung lorong. Aku memutuskan untuk beristirahat sejenak dan mengambil ponselku. Sinar putih langsung menusuk mataku. Aku menyipitkan mataku dan segera memburamkan kecerahan layar ponselku itu. Setelah itu, aku pun langsung menghubungi insinyur tadi melalui pesan singkat.

"Hei! Ini aku!"

"Baik, Pak. Ada yang bisa dibantu?"

"Coba tolong cari disana apakah ada sesuatu alat yang cocok untuk menggali tanah,"

"Tunggu sebentar, Pak Willie," kemudian aku duduk disamping pria tua itu untuk mengobrol sebentar.

"Sebenarnya ada apa disini?" tanyanya.

"Ceritanya panjang," jawabku lirih sembari menghela napas.

"Persingkat saja," sambungnya.

"Baiklah, begini saja. Sebenarnya aku bukanlah masinis sama seperti yang kau katakan sebelumnya,"

"Aku sudah menduganya dengan penampilanmu yang seperti itu," jawabnya dengan senyum yang tersungging di wajahnya. Aku pun tertawa kecil mendengar ucapannya.

"Oke aku teruskan. Untuk saat ini, masinis utama sudah tewas setelah guncangan yang terjadi sebelumnya," ucapku lirih agar tidak mengejutkan penumpang lainnya. Pria tua itu pun langsung tercengang mendengarnya.

"Selain kau, aku dan seluruh penumpang pada gerbong eksekutif, belum ada yang mengetahuinya," sambungku lirih. Dia terlihat termenung walau wajahnya masih tertutupi oleh bayang-bayang malam.

"Begitu ya? Jadi guncangan sebelumnya bukan berasal dari reruntuhan batu atau pun tabrakan dengan pohon besar. Tetapi berasal dari makhluk misterius? Begitu?" ucapnya dengan suara berat. Aku pun mengangguk.

"Maka dari itu, aku ingin mencari gudang peralatan pada kereta ini untuk mencari sebuah sekop atau apapun itu agar aku bisa menguburkan sang masinis dengan layak agar mereka bisa tenang disisi-Nya," ucapku. Pria tua itu pun tiba-tiba terkekeh mendengar ucapanku.

"Kau benar-benar beruntung," tiba-tiba dia bangkit dari tempat duduknya dan beranjak pergi meninggalkanku. Aku pun terheran dengan tingkahnya. Kemudian dia berjalan menuju bangku sebelahnya dan membangunkan penumpang yang sedang tertidur disana.

"Hei! Bangun! Ada pekerjaan untukmu," seru pria tua itu.

"Jangan menggangguku saat aku sedang tidur, To! Dan jangan membohongiku untuk sekarang ini," sungut seorang pria paruh baya dengan baju batik kuning keemasan itu. Aku masih terheran melihat tingkah laku mereka berdua.

"Aku tidak berbohong, Min. Sebaiknya kau membuka matamu terlebih dahulu!" gertak pria tua sebelumnya.

Kemudian, pria tua dengan baju kuning keemasan itu membuka matanya dengan malas diantara kegelapan ini. Lalu, pria tua dengan batik merah berbisik ke arahnya. Tampak dari sini raut wajahnya terlihat tercengang mendengar bisikan temannya.

Kemudian pria tua dengan baju kuning keemasan bangkit dari duduknya dan mengambil sesuatu disampingnya. Tak diduga, dia ternyata membawa 2 buah cangkul yang ujungnya dia bungkus menggunakan karung beras berwarna putih.

1
novi
loh loh loh?
novi
waw, dia penggali kubur kah?
Bang Messi: kerja serabutan sih lebih tepatnya
total 1 replies
novi
beruntung?
novi
hah?
novi
hah? ko bisa? karena kecelakaan tadi? ko bisa kecelakaan? pantes masinisnya diem doang
Bang Messi: dikit² akan dijelaskan di bab berikutnya ya kk
total 1 replies
novi
ada apa itu?!
𝓡𝓲𝓿𝓮𝓵𝓵𝓮 ᯓᡣ𐭩
ngeri sekalii /Panic//Panic/
Youshin
Mangat thor🔥
Bang Messi: makasihh udh mampir
total 1 replies
Maulidiah (⁠ー⁠_⁠ー⁠゛⁠)
wah ini yang kedua,lebih seram lagi nih
Bang Messi: makasihh kk udh mampir /Heart//Heart/
total 1 replies
novi
ga kenal andra, soalnya langsung baca ini
Bang Messi: dia akan menjadi sosok penting pada bab 30 an keatas. maybe
total 1 replies
novi
kok masinisnya ga peduli? malah penumpang e yg nyari tau, kereta apa ini?! gausah di tumpangi
novi
gaboleh gitu woyy
novi
hah? pistol?
novi
hah? sesuatu yang tidak kita inginkan datang menghampiri kita?
Bang Messi: sedikit² bakalan tau ya kk
total 1 replies
novi
ngeri banget/Toasted//Puke/
novi
halo kak! aku udah mampir yaa... ceritanya bagus, tapi aku belum baca cerita yang sebelumnya, jadi masih agak bingung
novi: oalahh okee kakk/Drool//Drool//Drool/
Bang Messi: okey kak Novi. btw cerita ini dominan ke aksi kok bukan horor hehe
total 4 replies
novi
dendam?
Bang Messi: wkwk yaa begitulah
novi: emang sih, kita sebagai manusia ga pernah merasa puas dan selalu merasa iri/Scowl/
total 3 replies
novi
kecelakaan?!/Gosh/
novi: takutnyaa/Scowl//Scowl//Scowl/
Bang Messi: benar sekali
total 2 replies
novi
kok berani sih? kalo aku mending tidur aja/Scowl/
🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
/Doubt/
Bang Messi: /Angry//Angry/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!