Alvian, seorang pria muda nan tampan menginginkan sosok seorang Istri yang cantik dan aduhai.
Ia terpaksa harus menelan kekecewaan saat orang tuanya justru menjodohkan dia dengan Aylin, seorang perempuan tertutup dan bercadar.
Hal itu membuat Alvian berbuat sesuka hati agar Aylin tak kuat menjalani bahtera rumah tangga dengannya dan meminta untuk berpisah.
Namun, siapa sangka hal itu justru menjadi bumerang bagi dirinya sendiri setelah dia tahu kalau di balik cadar istrinya, tersembunyi paras cantik yang selama ini sangat ia idam-idamkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
"Maaf karena saya sudah merepotkan anda. Dan tolong jaga Riana baik-baik," bisik lelaki tersebut.
"Baiklah," jawab Alvian.
Karena sudah merasa lelah dengan masalah yang ada, Alvian tak jadi berangkat ke kantor dan memutuskan untuk ikut pulang bersama kedua orang tuanya.
Ia masih berhutang penjelasan pada kedua orangtuanya agar terbebas dari kecurigaan mereka.
Diperjalanan pulang, Aylin masih memikirkan kejadian di kantor polisi tadi, ia bukanlah gadis bodoh yang akan percaya begitu saja.
"Aku sama sekali tidak mengenal pria itu, apalagi sampai menolak pernyataan cintanya. Mas Alvian juga memberinya uang yang banyak, apa dia sengaja menyogok pria itu untuk bungkam? Apa Mas Alvian setega itu sampai ingin membuatku celaka? Apalagi saat aku kecelakaan dia datang seolah ingin menyelamatkanku dan membawaku ke rumah sakit," batin Aylin.
"Syukurlah ternyata pelakunya bukan Alvian, Ay." ucap Mama Veny tersenyum lega.
"Iya, Ma," jawab Aylin yang masih merasa bingung.
Kedua mertuanya memeluk Aylin dan meminta maaf pada Alvian, sedangkan Aylin diam saja karena masih merasa curiga.
"Kedepannya aku harus lebih berhati-hati, mungkin saja Mas Alvian akan kembali mencelakaiku. Karena jika aku meninggal dia bisa hidup bebas bersama Riana. Ya Allah, kenapa hidupku harus ditakdirkan seperti ini? Kenapa suamiku sendiri tega menyakiti fisik dan mentalku," batin Aylin dengan mata yang berkaca-kaca.
Sesampainya di rumah Aylin segera menuju kamar dan memasuki kamar mandi, hanya tempat itu yang bisa ia gunakan untuk menumpahkan tangis karena ia tak ingin jika Alvian sampai melihatnya menangis.
"Seburuknya itu kah aku sampai dia berbuat seperti ini padaku? Padahal meskipun kita sudah menikah aku tidak pernah melarangnya untuk melakukan apapun. Kenapa dia masih ingin membuatku celaka?" gumam Aylin.
Tok... Tok...
"Aylin, kamu kenapa lama sekali di kamar mandi? Aku sudah kebelet buang air kecil," teriak Alvian dari luar kamar mandi.
Mendengar teriakkan Alvian dari arah luar, Aylin segera mencuci muka, memakai kembali cadarnya dan membenarkan kaca mata yang membingkai kedua matanya.
"Aku harus bisa tegar, aku harus hidup dengan baik, karena aku juga berhak untuk bahagia," Aylin menatap pantulan wajahnya di cermin dan berusaha untuk menguatkan diri.
Setelah pintu kamar mandi terbuka, Alvian sudah berdiri di ambang pintu dan menyambut Aylin dengan tatapan kesal.
"Dasar lamban, kenapa kamu selalu saja merepotkan," ucap Alvian ketus.
Aylin berlalu begitu saja, seolah tak menghiraukan keberadaan Alvian.
"Ya Tuhan, kenapa aku harus hidup dengan perempuan seperti ini! Padahal aku banyak mengenal wanita cantik tapi aku justru harus terjebak dengan perempuan aneh ini," gumam Alvian seraya menggelengkan kepalanya.
Aylin yang mendengar perkataan Alvian, hanya bisa menghela nafas panjang dan segera meninggalkan kamar.
Satu-satunya hal yang membuat Aylin merasa lebih baik adalah bersama mertuanya.
Mereka begitu baik dan menganggap dirinya seperti anak kandungnya sendiri.
"Mama kemana, Pa?" tanya Aylin.
"Di dapur, Mama sedang membuat puding mangga kesukaan kamu," jawab Pak Bastian ramah.
Aylin seketika merasa terharu, segera melangkah menghampiri Ibu mertuanya dengan senyum mengembang.
Rasa sakit yang ia dapat dari Alvian seolah menguap begitu saja.
"Kenapa Mama sampai repot-repot membuat makanan kesukaanku?" Ucap Aylin sungkan.
"Habis Mama bosan di rumah, jadi Mama membuat puding kesukaan kamu dan gorengan. Nanti kita makan camilan bersama sambil menonton televisi," jawab Mama Veny lembut.
Ibu mertuanya masih terlihat awet muda, cantik dan juga selalu bersikap ramah.
Membuat siapapun yang dekat dengan beliau selalu merasa nyaman.
Apalagi Aylin yang sejak kecil tidak pernah merasakan kasih sayang seorang Ibu.
Membuat Aylin merasa betah berinteraksi dengan ibu mertuanya.
"Mama harap kamu sabar menghadapi Alvian. Dia sebenarnya anak yang baik, dia dulu sangat kalem dan patuh pada kedua orang tuanya, tapi setelah cukup lama tinggal di luar negeri, dia berubah menjadi seperti itu." bujuk Mama Veny.
"Iya, Ma." Aylin menganggukkan kepalanya pelan.
"Apa aku boleh bertanya bagaimana Mama dan Papa bisa menikah?" tanya Aylin yang penasaran pada cerita pernikahan mertuanya.
Kedua pipi Mama Veny seketika memerah, terlihat jelas jika pernikahan mereka sangat bahagia.
"Saat Mama menikah, usia Mama baru 17 tahun dan Abah 27 tahun. Saat itu Mama masih kecil, belum bisa masak dan melakukan tugas rumah tangga. Tapi, Papa selalu dengan sabar mengajarkan Mama memasak dan melakukan pekerjaan rumah yang lain. Papa sangat menyayangi Mama, bahkan saat itu Papa yang selalu mencuci pakaian, dan Mama hanya tinggal menjemurnya saja."
Mama Veny terus menceritakan kebahagiaannya saat menjalani bahtera rumah tangga dengan Pak Bastian.
Cerita itu masih setia didengarkan oleh Aylin dengan senyum yang mengembang seolah ikut terhanyut dalam rasa bahagia di rasakan Mama Venny.
Aylin bahkan sempat berkhayal jika dirinya menikah dengan pria yang baik seperti ayah mertuanya dan menjalani hidup yang bahagia.
Saat mereka sedang asyik bertukar cerita tiba-tiba Alvian datang menghampiri.
"Ma, kalau Mama terus bercerita kapan pisangnya mau di goreng?" protes Alvian.
"Oh iya, Mama sampai lupa," jawab Mama Veny seraya tertawa kecil.
Alvian menyunggingkan bibirnya seraya mendelik malas saat dirinya melirik ke arah Aylin.
"Apa dia merasa jijik saat melihatku? Kalau begitu sebisa mungkin aku akan menghindar dari kamu," ucap Aylin dalam hati.
***********
***********
Lanjuuuut kakak 💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼