6 tahun mendapat perhatian lebih dari orang yang disukai membuat Kaila Mahya Kharisma menganggap jika Devan Aryana memiliki rasa yang sama dengannya. Namun, kenyataannya berbeda. Lelaki itu malah mencintai adiknya, yakni Lea.
Tak ingin mengulang kejadian ibu juga tantenya, Lala memilih untuk mundur dengan rasa sakit juga sedih yang dia simpan sendirian. Ketika kejujurannya ditolak, Lala tak bisa memaksa juga tak ingin egois. Melepaskan adalah jalan paling benar.
Akankah di masa transisi hati Lala akan menemukan orang baru? Atau malah orang lama yang tetap menjadi pemenangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Jujur Yang Melegakan
Lala sudah duduk di sebuah restoran. Dia tengah menunggu seseorang. Tak berselang lama, wanita yang dia tunggu pun datang.
"Bunda," sapa Lala dengan begitu sopan.
Senyum teduh dari wanita yang sudah berumur, tapi masih sangat cantik terukir.
"Ada apa nih? Tumben ngajak Bunda ketemu di luar."
Lala tersenyum kikuk. Setelah itu dia mulai menatap wajah bunda Devi.
"Bun, Lala mau jujur sama Bunda."
Akhirnya, Lala memberanikan diri untuk berbicara. Dahi bunda Devi mengkerut ketika melihat wajah Lala yang begitu serius.
"Ada apa, La?"
Bunda dari Devan meraih tangan Lala. Menyalurkan kehangatan pada teman dekat putranya.
"Bun, perihal hubungan Lala dan Devan--"
Lala menghentikan ucapannya. Ada sedikit ketakutan di hati.
"Belajar jujur akan apa yang kamu rasakan. Jangan sampai sikap tidak enakan kamu jadi Boomerang."
Petuah dari Brian berputar di telinga. Lala kembali meyakinkan diri. Meneruskan lagi ucapannya yang belum terhenti.
"Lala dan Devan sebenarnya emang udah gak sedekat dulu lagi, Bun."
Bunda Devi nampak terkejut. Dia menatap Lala dengan raut sedikit tak percaya.
"Ini salah Lala," ucapnya.
"Harusnya Lala enggak punya perasaan kepada Devan," lanjutnya.
"Lala terlalu percaya diri. Lala kira setelah enam tahun dekat banget dengan Devan, Devan punya perasaan yang sama seperti Lala. Ternyata enggak, Devan suka sama adik Lala, Lea."
Bunda Devi semakin terkejut. Matanya begitu lekat menatap Lala yang sudah tersenyum perih.
"Setelah tahu kenyataannya, Lala mencoba untuk menjauhi Devan. Bukan tanpa alasan, Lala tak ingin mengulang kisah kelam."
"Tapi, sebelumnya Lala sudah jujur akan perasaan Lala kepada Devan. Tetap saja Lea yang Devan sukai. Bukan Lala."
Bunda Devi bangkit dari duduknya. Dia mendekat ke arah Lala dan memeluk erat tubuh perempuan yang sudah dia anggap seperti anak kandung.
"Maafkan putra Bunda ya, Lala."
"Devan gak salah, Bun. Lala yang terlalu kepedean."
Senyum tipis dengan air mata yang tertahan sudah menghiasi wajah. Lala teringat kenangan kedekatan dirinya, Devan juga kedua orang tua Devan.
Telapak tangan bunda Devi mengusap lembut punggung Lala. Ada kehangatan sekaligus rasa sedih.
"Maafin Lala, Bun. Lala udah buat Bunda kecewa."
Bunda Devi mengurai pelukan. Tangan lembut itu mulai mengusap pipi Lala.
"Kamu enggak salah, Lala. Perasaan itu wajar muncul terlebih putra Bunda memperlakukan kamu dengan berbeda."
Akhirnya, bunda Devi tahu alasan yang sesungguhnya kenapa Devan terus merengek meminta bantuan dirinya supaya bisa kembali dekat dengan Lala.
"Lala harap Bunda mengerti posisi Lala. Lala menjauh bukan berarti Lala benci. Tapi, Lala sedang belajar mengikhlaskan hati. Perlahan menyimpan setiap kenangan di sebuah kotak. Dan nantinya akan Lala tutup rapat."
"Bunda sangat mengerti, La," ujar bunda Devi.
"Kalau Bunda tahu kisah sebenarnya, Bunda enggak akan mau bantuin Devan. Harusnya dia berusaha sendiri bukan malah melibatkan Bunda."
Lala tersenyum. Bunda Devi sudah menggenggam tangan Lala dengan erat.
"Jangan buang Bunda, ya. Tetap jadikan Bunda sebagai bunda kamu. Walaupun kamu dan Devan sudah tak dekat lagi."
"Tentu, Bunda. Tentu."
Lala memeluk tubuh bunda Devi. Air matanya mulai menetes saking terharunya akan sikap bundanya Devan terhadapnya yang tak berubah. Setelah berkata jujur kepada bunda Devi, dadanya yang terasa terganjal sesuatu yang besar akhirnya terasa lega.
.
Devan segera menuju tempat sang bunda berada. Terlebih bundanya mengatakan jika tengah bersama dengan Lala. Dia tak ingin melewatkan kesempatan.
Langkah kaki yang begitu lebar harus terhenti ketika hanya ada sang bunda di salah satu meja di dalam restoran tersebut. Mata Devan sudah mencari ke setiap penjuru restoran. Namun, perempuan yang bundanya sebutkan malah tak ada di sana.
"Bun, katanya sama Lala."
"Kamu kalah langkah sama yang ngejemput Lala."
Devan bingung dan mulai mencerna apa yang dimaksud sang bunda. Belum juga menemukan jawaban, sang bunda sudah membuka suara.
"Kenapa kamu malah melakukan hal bodoh, Van?" Pertanyaan bundanya semakin membuat Devan bingung.
"Maksud Bunda apa?"
"Hubungan kamu dengan Lala."
Seketika tubuh Devan pun menegang. Mulutnya mendadak bisu. Devan meyakini jika Lala sudah berterus terang kepada ibundanya.
"Bagaimana kamu gak bisa melihat rasa yang Lala miliki? Enam tahun bukan waktu yang sebentar loh, Van."
Tak ada jawaban. Devan masih mematung dengan mulut yang terkatup rapat.
"Bunda dan ayah aja ngiranya kamu sama Lala pacaran. Saking dekatnya kalian. Tapi, sebuah kenyataan membuat Bunda speechless. Ternyata kamu mencintai Lea, bukan Lala.
"Padahal, Lala yang selalu ada di samping kamu. Ketika keluarga kita berada di titik terbawah, Lala masih setia bersama kita. Tapi, kenapa kamu tidak melihat itu, Van?"
Bunda Devi membuang napas dengan begitu kasar supaya emosinya reda. Sebuah kalimat penutup membuat Devan terdiam seribu bahasa.
"Bunda gak akan bantu kamu lagi untuk dekat dengan Lala."
"Kalau kamu lelaki gentle, usahalah sendiri untuk kembali menyusun vas bunga yang sudah pecah."
"Semoga kamu bisa," ucap sang bunda.
Masih belum ada jawaban. Devan masih menunduk sambil mencerna kata per kata serta kalimat per kalimat yang terucap dari bibir sang ibu tercinta yang begitu menusuk dada.
"Tapi, jika kamu kesulitan. Jangan dipaksakan. Lebih baik vas itu kamu simpan dan beli vas yang baru."
"Ingatlah, Nak. Tak selamanya apa yang kita ingin bisa kita miliki. Mengalah lebih terhormat daripada melakukan cara tidak sehat."
...*** BERSAMBUNG ***...
Setelah baca, jangan lupa tinggalkan jejak berupa komen. Thank you ..
dengerin itu van...
Bagus La, mending jujur sama Emaknya Devan biar hati elu plong karena jika diterusin jelas itu semakin bikin elu gak nyaman. apalagi si Devan juga pengecut bgt mau deketin elu lagi tapi lewat Emaknya... bener2 anak mami tuh si Devan, gak gentle bgt jadi laki... inget kata Emak lu, mending merelakan orang yg kita sayang daripada memaksakan sesuatu yg gak mungkin terjadi lagi.
gimana toh Devan 🤭
gajah diplupuk mata gak keliatan
semut di sebrang lautan di perjuangkan 😜
lg ujan2an sedih eh ada yg care