NovelToon NovelToon
BETWEEN THE NUMBERS

BETWEEN THE NUMBERS

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / BTS / Cinta pada Pandangan Pertama / Office Romance
Popularitas:965
Nilai: 5
Nama Author: timio

Satu digit, dua, tiga, empat, lima, hingga sejuta digit pun tidak akan mampu menjelaskan berapa banyak cinta yang ku terima. Aku menemukanmu diantara angka-angka dan lembar kertas, kau menemukanku di sela kata dan paragraf, dua hal yang berbeda tapi cukup kuat untuk mengikat kita berdua.

Rachel...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bukan Karena LDR

Tidak terasa 3 bulan sudah berlalu, masa training Rachel berakhir dan seutuhnya ia lulus menjadi pegawai tetap di numbers Institute. Ia datang lebih pagi dari biasanya dan mendapati meja administrasi masih kosong.

"Ahhh.. Aku kecepatan ternyata." keluhnya.

Kriuuuukkkk, perutnya berbunyi, Ia pun memutuskan untuk pergi dan sarapan ke kantin.

Sesampainya di sana ia membeli Secangkir Kopi dan beberapa biskuit di nampan kecilnya, lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut untuk menentukan posisi mana yang nyaman untuk sarapan di kantin yang super luas itu. Hingga pandangannya terhenti pada seseorang yang tidak ia sangka ada di sana.

"Boleh aku duduk di sini? ", tanya Rachel dengan senyum simpulnya.

Orang itu langsung sumringah dan mengangguk, lalu menarik kursi supaya Rachel duduki. Dia pak kepala pengawas aka sang mantan, Samuel.

"Kamu nggak sempat sarapan di rumah ya? ".

"Bukan nggak sempet, aku aja yang terlalu excited, ini hari pertama aku jadi karyawan tetap. Ternyata aku kepagian."

"Wahhh... Congrats Rachel..."

"Hehehe... Kamu kok bisa ada di sini dan sepagi ini pula? ", tanya Rachel.

"Aku memang sering sarapan di sini kopinya enak soalnya. Gimana rasanya kerja di sini? ", tanya Sam sembari mengunyah makanannya.

"Hmmm nyaman, Aku senang, lingkungan kerjanya baik, teman-teman aku juga baik, bos aku juga baik."

"Udah lama banget ya.", seru Sam tiba-tiba sendu.

"Lama apanya Sam?".

"Udah lama banget Aku nggak duduk sedekat ini sama kamu, sejak aku pergi dulu." seru Samuel sambil meletakkan kopinya. Rachel hanya tertawa kecil menanggapi perkataannya.

"Ra... "

Deg

"Ra? Tiba-tiba banget." Bingung Rachel. Pasalnya Ra, atau Rara adalah panggilan sayang Samuel kepadanya pada masanya.

"Aku udah kembali, apa salahnya kita mulai lagi dari awal. Bisa kan Ra? ", tawar Samuel dengan tatapan penuh arti. Bukannya menjawab Rachel malah bangkit berdiri dan happ memasukkan biskuit terakhirnya ke mulut Sam dengan agak dipaksa.

"Kunyah." Seru Rachel terkekeh kecil lalu pergi begitu saja, dengan bodohnya Samuel benar-benar mengunyah biskuit itu sambil memandangi punggung Rachel yang makin menjauh.

🍀🍀

Sekembalinya dari kantin ia langsung menuju lantai 4, ruangannya dan Vano bekerja.

"Pagi, Kak." Sapa Rachel pada Vano yang sepertinya baru saja tiba dan sedang di pantry membuatkan sesuatu.

"Pagi. Mau kopi? Biar sekalian." Tawar Vano.

"Engga kak, makasih. Udah tadi."

Rachel senyum-senyum sendiri mengingat kejadian pagi ini, momen lucu lucu itu, bagaimana bingung nya wajah Sam. Seperti gayung bersambut, drrrttt... Getar panjang ponsel Rachel, ada telepon dari kontak Sam-well.

📞Rach : Halo Sam... Iya, Okay. See you.

dengan nada se lirih mungkin, lebih ke berbisik. Vano yang sedang menulis spontan berhenti.

"RACHEL.... ", seru Vano tiba-tiba sudah berdiri menatap tajam ke arahnya, diantara rak buku yang membatasi mereka itu.

"I-iya Ka... A-ada apa? ", kaget Rachel dan ikut berdiri.

"Kita makan siang bareng." Cetusnya tiba-tiba.

"Iya kak." Jawab Rachel pendek. Lalu Vano keluar dari ruangan itu dengan wajahnya yang ikut prengat-prengut, meninggalkan Rachel yang sama sekali bingung.

"Bos gue kenapa sih?".

Rachel merasa sangat tidak nyaman hari ini, tidak leluasa seperti biasanya.

Setiap gerak-geriknya selalu selalu di perhatikan Vano, seperti mengambil minum, membuatkan kopi, me ngeprint, memindahkan barang atau berkas ke meja lain, pokonya semua gerakan yang mengharuskannya keluar dari mejanya membuat Vano selalu kelihatan siaga 1.

"Kamu mau kemana?", teriaknya sambil berdiri ketika Rachel hendak keluar dari ruangan.

"Ma-ma-mau ke toilet kak. " Rachel mulai takut.

"Oh... Aaa Mmm.. Ahh iya. Sekalian belikan cake di gedung sebelah, maksud aku mau nyuruh itu, maaf buat kamu kaget. Pakai kartu ini." serunya di akhir, dan cukup salah tingkah.

"Iya kak, permisi." Mengambil kartu Vano dan pergi.

Sepanjang perjalanan ke toilet di ujung lorong ia sibuk sekali dengan pikirannya, kenapa Vano yang selalu tenang dan elegan itu berubah jadi seperti wanita yang menjelang menstruasi, tantrum tidak jelas, berubah-ubah. Ia hanya geleng-geleng kepala. Seusai urusannya di toilet ia hendak ke gedung sebelah.

"HUAAAA.........!!!", teriak Mikha yang muncul tiba-tiba didepannya ketika Rachel baru saja menapak di lantai satu gedung itu.

Rachel tidak sanggup berteriak saking kagetnya, ia hanya terpaku, membeku, dan mulutnya menganga. Bukannya minta maaf, Mikha malah menertawainya.

"Orang-orang sering gosip kalo disini itu ada hantunya, kamu mau aku jadi member baru grup hantu disini? ", kesal Rachel. Vano membuntutinya sejak tadi, dan ia menahan tawa mendengar kekesalan Rachel soal menjadi hantu baru.

"Hahahaha... Maaf maaf... Junior...".

"Senior kok gila." Celetuk Rachel.

"Ahahah.. Aku mau cie cie dulu deh, ciye Rachel...".

"Apa sih."

"Ayo ada cerita manis apa pagi ini? Hayo cerita kamu...", goda Mikha dengan menaik turunkan alisnya.

"Cerita apaan Mikh? Emang ada apa?".

"Halah... Ini anak, kita udah bestian begini masih aja rahasia-rahasiaan. Itu loh pak kepala pengawas."

"Samuel? Eh pak Sam maksudnya."

"Tuh... Dipanggil sesantai itu malah. Ngga usah pura-pura amnesia deh, kamu lagi jadi trending topic di kantin pagi ini. Semua orang juga tahu kali kalo kamu sarapan bareng beliau, pake suap-suapan segala lagi. Klarifikasi ke aku dulu doong... ", goda Mikha.

"Suap-suapan? Waah... Parah nih, yang nyebarin gosip mulutnya ya ampun. Ngga gitu kejadiannya. Dih Mikh, gimana dong. Malu tahu."

"Jadi kalian pacaran atau ngga?".

"YA NGGAK LAH... ".

"Jadi kalian emang deket, pendekatan, atau gimana?", Mikha masih kepo.

.

"Samuel itu mantan aku, tapi sumpah Mikh kita ngga se deket itu lagi sekarang."

Mikha terperangah.

"Saran aku nanti baliknya kamu setelah numbers agak kosong aja ya, disini tuh kalo ada anak baru yang ketahuan pacaran sama atasan, agak di judge gitu. Kamu kan hitungannya masih anak baru. Tebel-tebelin kuping aja ya Hel, jangan dipeduliin kalo ngga bener." saran Mikha, Rachel mengangguk dan sekarang ia benar-benar takut.

🍀🍀

Jam kerja pun berakhir, Rachel bersiap-siap keluar ruangan tapi ia takut berpapasan dengan orang-orang. Ia sibuk berpikir dan melamun di mejanya, tanpa sadar Vano sudah berdiri didepannya sejak tadi.

"Kamu ngapain? Kok belum pulang?", tanya Vano datar.

"Hah? Oh... Hmmm a-aku mau pulang kok kak, masih beresin barang." Rachel sok sibuk dengan mejanya yang sudah rapi.

"Ayo."

"Duluan aja kak, aku belakangan."

"Aku anterin kamu pulang." tawar Vano.

"Ngga usah kak, makasih. Aku juga ngga langsung pulang. Aku udah ada janji. Duluan aja kak." Tolak Rachel se ramah mungkin.

"Oh, okay." Jawab Vano dengan datar, tanpa ekspresi apapun.

Seperginya Vano, Rachel juga mengendap-endap keluar gedung, beruntunglah orang-orang di lantai 1 sudah kosong, bahkan satpam sudah mematikan beberapa lampu. Seperti janji mereka siang ini, keduanya bertemu di sebuah coffee shop yang berjarak 10 menit jalan kaki dari Numbers.

Rachel masuk dan menemukan presensi pria tampan yang dicarinya. Samuel. Kepala pengawas Numbers sekaligus mantan pacar yang meninggalkannya secara ugal-ugalan. Pria itu menyambutnya dengan senyum lebar, sementara Rachel biasa saja.

"Mau minum apa, Ra? Aku juga belum pesen." tawar Sam membolak-balik menu.

"Aku nggak usah. Aku juga cuma sebentar."

"Loh? Bukannya tadi janjinya kita mau nonton." Kaget Sam.

Tanpa mereka sadari seseorang dengan gaya casual dan masker di mulutnya, masuk dan duduk didekat kedua orang yang terlihat bersitegang itu.

"Ngga, pak Sam. Aku berubah pikiran."

"Pak Sam? Ra? Ada apa?".

"Ohh, ngga papa. Aku nggak nyangka aja kalau bercandaan aku pagi tadi malah ditanggapin serius sama orang segedung. Maaf ya. Aku dan kamu malah jadi bahan omongan. "

"Oh itu? Nggak apa-apa kok. Aku nggak keberatan sama sekali."

"Tapi aku yang keberatan? ".

"Kenapa Ra?".

"Ya, keberatan aja."

"Ra, Ra aku udah kembali dan aku nggak akan pergi lagi. Aku bisa pastiin itu. Aku ingin betul kita pisah hanya karena LDR. Sekarang aku udah kembali. Bisa nggak kita mulai semua dari awal lagi?", tanya Sam dengan sendu.

"Bukan karena LDR Samuel, sama sekali bukan. Aku tahu sesuatu seminggu setelah kamu pergi. Kamu pacaran sama Junior Aku kan? Awalnya aku mencoba nggak percaya tapi beberapa hari setelah kamu pergi, dia juga menghilang dari kampus dan detik itu juga ada yang ngasih tahu aku kalau dia pindah ke luar negeri dan di universitas yang sama dengan kamu. Coba kamu lihat." Jelas Rachel dengan tenang sambil menunjukkan sebuah foto di layar ponselnya

"Foto ini nggak sengaja aku temuin, awalnya iseng pengen tahu tentang kampus kamu, jadi aku kepoin B*tchtagramnya. Dan entah Mungkin Tuhan juga Dukung aku buat nggak dibodohin, ya random aja mata aku yang sebenarnya minus dua ini nangkep presensi 2 orang mahasiswa yang lagi selfie di air mancur, mungkin nggak sengaja tertangkap kamera atau gimana aku juga nggak tahu. Aku merasa familiar sama dua orang yang ciuman itu, aku zoom, aku crop, lalu aku tajamin fotonya, dan setelah itu aku nggak ada alasan lagi buat nggak percaya, Sam."

Samuel pucat mendengar penjelasan Rachel. Gadis itu sangat tenang, bahkan senyum tidak luntur dari wajahnya.

"Selama ini aku diam, aku ramah, dan baik-baik aja di depan kamu cuma buat menjaga hubungan yang baik. Sesama kolega, sebagai orang yang kerja di tempat yang sama, dan kamu juga atasan aku kan tapi ternyata kamu malah salah paham. Nggak ada pilihan lain, aku terpaksa pakai cara ini untuk mempertegas. Kamu tahu betul aku bukan orang yang mudah memaafkan kalaupun sikapku baik, itu cuma formalitas dan pencitraan khususnya untuk orang yang model yang kamu begini. Sam, se baj!n9an atau se br3ngsy3k apapun kamu di luar sana, setidaknya kamu minta maaf lah yang benar, yang tulus, ngaku salah atau apapun itu. Sebisa mungkin aku pasti nyoba paham, biarpun ngga adil banget rasanya.

Kita pernah bahagia bareng, Sam. 2 tahun itu bukan sebentar, tapi ternyata yang ngehargain hubungan itu cuman aku doang. Jadi aku harap, mulai besok dan seterusnya Jangan pernah lagi temuin aku di Numbers, sekalipun kamu lihat aku sendirian di kantin Atau di mana pun, Anggap aja kamu nggak liat apa-apa. Permisi Pak Samuel. "

Samuel terkejut, ia bahkan membeku juga merasa sangat malu. Sangat tidak menyangka bahwa Rachel mengetahui kebohongannya, Sumpah demi apapun dia yakin selama ini Rachel memutuskannya hanya karena LDR. Sungguh ia menyesal, ia kembali dan benar-benar ingin serius, tapi si gadis malah mematahkannya lebih dulu. Sesaat setelah Rachel keluar dari ruangan itu, pria ber masker itu juga pergi dari sana.

🍀🍀

"Kak Vano, tadi....?".

.

.

.

TBC... 💜

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!