Pedang Pusaka menceritakan tentang seorang manusia pelarian yang di anggap manusia dewa berasal dari Tiongkok yang tiba di Nusantara untuk mencari kedamaian dan kehidupan yang baru bagi keturunannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Tisa Channel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hancurnya Harapan
Pagi itu, setelah selesai melakukan sarapan. Sidang kembali di buka oleh kaisar.
Rupanya, setelah pertemuan kaisar dengan Siaw Jin yang ternyata adalah putra mahkota yang selama ini hilang, hartawan Ki kembali bertemu dengan kaisar hingga larut malam dan kembali melancarkan fitnah kejinya kepada Xiansu, panglima Bu dan puluhan tentara yang di anggap sebagai antek mereka.
"Xiansu, coba kemukakan alasanmu mencuri pedang pusaka kami dan ditambah kau yang selama ini menculik putra mahkota. Dosa mu sungguh sangat besar". Kaisar membuka permulaan sidang dengan suasana mencekam.
"Hamba tidak ada pembelaan yang mulia, Melainkan apa yang hamba sampaikan adalah kebenaran. Pedang itu di curi oleh hartawan Ki, sedangkan putra mahkota kebetulan berjodoh sehingga bertemu dengan hamba melalui perantaraan panglima Bu". Sahut Xiansu dengan kepala sedikit tertunduk.
Tampak raut wajah kekecewaan di wajah Xiansu. Namun yang lebih jelas lagi adalah kekecewaan di wajah Siaw Jin yang kini duduk di bangku dekat singgasana kaisar berada.
"Bohong, kau yang melakukan kesalahan malah kau tuduh orang baik baik seperti hartawan Ki melakukan semua perbuatan mu". Sanggah kaisar dengan muka memerah.
"Terserah apapun keputusan yang mulia, hamba terima". Jawab Xiansu dengan lembut dan tegas.
"Sudahlah yang mulia, jangan bertele tele, langsung saja hukum mereka semua. Kalian semua di hukum buang keluar dari daerah kerajaan selamanya. Bukankah ayahanda setuju pada usulku ini?" Tiba tiba suara lantang Siaw Jin bergema.
"Ya, kalian akan di hukum buang selamanya. Termasuk kedua anak itu yang telah kalian bawa bersama kalian." Sahut kaisar menjadi keputusan sidang hari itu.
Tak lama setelah itu, mereka pun di berangkatkan setelah melakukan persiapan dengan membawa semua perlengkapan dari mulai pakaian, harta, makanan dan barang barang berharga lainnya.
Beberapa buah kereta berjalan siang itu di kawal oleh pengawal kerajaan hingga sampai keluar kota raja.
Sang kaisar yang merasa senang telah melakukan keputusan yang 'tepat' menurutnya, segera melakukan perayaan dengan memakan hidangan dan minuman anggur serta arak mewah bersama hartawan Ki serta pembantu pembantu yang dianggap nya setia.
Begitulah kejadian dimana mana, setiap perbuatan yang dinilai baik selalu mendapatkan ujian yang tidak ada ujung nya.
Sedangkan perbuatan yang buruk seolah olah selalu menang. Padahal Tuhan justru menguji dengan cara itu.
Orang baik di beri ujian berupa di khianati, tak di hargai dan lain sebagainya seperti yang terjadi pada kakek Xiansu dan panglima Bu.
Sedangkan orang jahat terus menerus merajalela melakukan kejahatannya tanpa ada hukuman layaknya hartawan Ki dan antek anteknya.
Namun suatu saat, akan ada balasan dari yang maha kuasa kepada pelaku keburukan sebagaimana Tuhan juga membalas kebaikan yang dilakukan dengan penuh ketulusan.
Tanpa ada yang menyadari, saat para tahanan di kirimkan keluar daerah kerajaan Qing, ada dua hal yang ikut tanpa sepengetahuan Sri Baginda Kaisar dan orang orang kepercayaan nya termasuk para pengawal pun tidak sadar.
Putra mahkota yang lebih kita kenal dengan nama Siaw Jin ikut rombongan itu membawa sepasang pedang pusaka putih milik kerajaan.
Jika saja kaisar tau hal itu, mungkin saja dia akan jantungan kali ya,,,
Begitulah, akhirnya setelah tiba di perbatasan luar kota raja, para pengawal istana segera kembali ke kota terlarang meninggalkan kereta kuda dan kuda kuda yang ditunggangi oleh para tahanan itu menuju ke perbatasan di daerah pegunungan himalaya dimana mereka semua akan memulai hidup yang baru disana kelak.
###~***~###
Pagi itu, sekelompok orang yang mengendarai 20 ekor kuda melewati perbatasan antara Nepal dengan India menuju ke arah himalaya.
Terlihat rombongan itu seperti bukan penduduk ketiga negara besar tersebut. Mereka lebih mirip para pembajak atau perampok yang bermuka bengis dan berkelakuan kasar.
Setelah menyusuri hutan cemara rindang di kaki sebuah pegunungan yang ada di himalaya, mereka pun melihat pondok yang tidak terlalu besar disana.
Dengan cekatan, para perampok yang berasal dari negeri Burma tersebut mendekati tempat itu sambil tertawa riang berkelakar dengan perkataan perkataan yang tidak senonoh.
Pagi itu, sepasang suami istri terlihat sedang menyusun kayu bakar disamping pondok tempat mereka tinggal.
Ya, pondok tersebut milik orang tua Raghnaya yang merupakan ahli sihir dari desa mayong India.
Sesampainya perampok itu disana, seorang yang berkuda paling depan segera berseru kepada teman temannya.
"Wah, ada mangsa empuk ni teman teman. Mari kita sikat".
Segera mereka semua menambatkan 20 ekor kuda itu di pepohonan dekat gubuk dan langsung menuju ke arah suami istri itu.
Rambala sebagai kepala keluarga segera menghentikan aktifitasnya dan bertanya,
"Siapakah tuan tuan, ada keperluan apa mengunjungi gubuk kami yang reyot ini?"
"Hua hahaha, aku tidak ada keperluan dengan mu orang bodoh. Aku hanya perlu bermain semalam saja dengan nona manis ini". Jawab kepala rampok dengan wajah jeleknya yang di sangar sangarkan.
"Dia adalah Durgha istriku. Kalau kalian berani macam macam, jangan salahkan aku". Ketus Rambala dengan mata mulai memerah.
"Perlu apa meladeni cecunguk cecunguk ini suamiku. Hei kalian, lebih baik kalian segera angkat kaki dari sini dari pada lembaran nyawa kalian melayang sia sia". Hardik Durgha yang kini telah berdiri di samping suaminya.
"Kurang ajar. Habisi setan itu. Tangkap nona manis ini untuk kita berpesta". Teriakan Balangak yang menjadi kepala rampok merupakan komando yang segera disusul dengan serangan belasan orang itu ke arah Rambala dan Durgha.
"Kalian adalah pohon kayu yang tidak bisa bergerak".
Belum sampai senjata mereka mengenai tubuh sepasang suami istri tersebut, teriakan Durgha membuat mereka terdiam seperti patung.
"Habisi musuh musuh bersenjata yang ingin melukai kalian". Rambala menambah kekuatan sihir yang tadi telah di mulai oleh Durgha istrinya.
Secara aneh, para perampok yang berjumlah delapan belas orang itu saling serang tanpa mereka dapat mengontrol gerak tangan kaki dan tubuh mereka.
Hanya mata mereka yang melotot saja yang menunjukkan betapa kagetnya mereka dengan kejadian yang baru pertama kali mereka alami selama mereka hidup.
Yang sangat sibuk berteriak melerai ialah kepala rampok bersama wakilnya yang tadi tidak ikut menyerang suami istri itu.
Mereka berdua hanya berdiri dengan jarak puluhan meter dari gubuk tersebut.
Sekejap saja, sudah ada lima orang yang tewas akibat senjata temannya sendiri. Sedangkan yang lain masih terus saja saling serang dengan serangan mematikan ke tubuh teman mereka sendiri.
"Hei, berhenti. Apa kalian gila hah?" Si kepala rampok masih saja berteriak panik ke arah semua teman temannya.
Akhirnya dengan geram Balangak segera menyerang suami istri itu bersama wakilnya yang menyusul serangan dibelakangnya.
Hanya dengan tatapan Durgha ke arah mata Balangak, sihir nya pun mempengaruhi kepala rampok tersebut.
Sehingga tanpa mereka berdua sadari, Balangak dan wakilnya segera saling serang dengan sengit.
Sungguh merupakan tontonan yang aneh. Para perampok yang ingin menumpas Rambala dan menculik Durgha malah sibuk berkelahi sendiri.
Namun jika ada ahli sihir di sekitar situ, dia akan melihat aura sihir yang seakan memenuhi tempat tersebut sehingga dengan mudah mampu mempengaruhi kedua puluh orang perampok tersebut.
Kembali enam orang tewas beruntun terkena bacokan temannya sendiri.
Kini para perampok itu hanya tersisa 9 orang saja dan masih saja mereka semua saling serang meskipun keringat dan darah telah membasahi tubuh mereka.
Hingga setengah jam telah berlalu. Suara berdentingan senjata masih saja terdengar. Namun satu persatu para perampok itu tumbang untuk tidak bangkit lagi.
Kini hanya tersisa tiga orang saja, yaitu Balangak, wakilnya dan seorang anggota yang malah ikut kedalam medan pertempuran sang ketua dan wakilnya sampai terdengar suara Durgha berteriak,
"Berhenti. Mulai sekarang, kalian adalah anjing anjing kami yang jinak kepada tuannya".
Para pembaca tentu tahu apa yang terjadi? Ya, Balangak dan kedua temannya benar benar melepaskan senjata golok besar mereka untuk kemudian bertingkah menjadi anjing piaraan Rambala dan Durgha.
###~***~###
Di istana, kaisar kini mulai bingung mencari putra mahkota yang baru disadarinya hilang ketika hari menjelang malam.
Itupun karena selir terkasih datang bertanya dimana adanya anak semata wayang mereka.
Ketika malam tiba, belum habis kekecewaan atas hilangnya putranya, kaisar mendapat laporan bahwa sepasang pedang pusaka putih kembali hilang dari gudang penyimpanan kerajaan.
Saat itu raja pun jatuh sakit hingga berminggu minggu. Mumpung kaisar sakit, maka kepala jaga Thai Kham yang memegang kendali kuasa di istana yang terletak di kota terlarang itu.
Dapat dibayangkan, bagaimana bertambah besar nya pengaruh hartawan Ki yang kini telah di angkat menjadi perdana menteri Ki oleh keputusan kaisar yang mendapat suntikan dari Thaikham.
Berjalan lah roda pemerintahan yang menginjak rakyat menguntungkan penguasa lalim. Bahkan pejabat yang baik pun menjadi korban keganasan kekuasaan zalim itu sendiri.
BERSAMBUNG. . .