Daren begitu tergila-gila dan rela melakukan apa saja demi wanita yang di cintainya, Tapi cintanya tak terbalas, Sarah yang di cintai Daren hanya mempunyai secuil perasaan padanya, Di malam itu semua terjadi sampai Sarah harus menanggung akibat dari cinta satu malam itu, di sisi lain keduanya mau tidak mau harus menikah dan hidup dalam satu atap. Bagaimana kelanjutan kisah Mereka. akankah Daren bisa kembali menumbuhkan rasa cinta di hatinya untuk Sarah? Dan apakah Sarah bisa mengejar cinta Daren?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kamar Pengantin
Resepsi pernikahan di adakan besar-besaran lagi mewah. Di ujung ruangan resepsi, Fadli menatap sedih sang adik yang kini tengah menerima ucapan selamat dari para tamu undangan. Bergantian melirik Daren yang nampak santai dan memperlihatkan wajah sumringah.
"Maafkan Kakak, Sarah, Kakak ga bisa berbuat apa-apa." Gumam Fadli sembari mengusap sudut matanya.
Seorang wanita berparas cantik mengusap lembut lengan Fadli. "Kamu jangan khawatir, Sarah pasti bahagia menikah dengan Daren,"
Fadli mengangguk. "Mudah-mudahan aja sayang, Aku berharap Daren bisa menjaga dan mencintai Sarah melebihi rasa cinta dan sayang ku Sebagai Kakaknya."
Dianda mengangguk sembari bersandar, keduanya menatap asik Sarah dan Daren yang kini berdiri di pelaminan.
Waktu berjalan cepat, pukul 9 malam Daren dan Sarah meninggalkan gedung acara. Karena lelah Daren meminta untuk menyudahi acara, Terlebih tamu undangan satu persatu sudah meninggalkan resepsi. Keduanya kembali ke kamar hotel yang mana berada di satu gedung dengan tempat acara resepsi.
Daren berjalan terlebih dahulu masuk kedalam kamar hotel. Sarah masih berdiri di ambang pintu bersama kedua sahabatnya.
"Baju kamu udah ada di dalam," Kata Jessica menunjuk dalam kamar, sedikit mencuri pandangan mencari Daren yang tak terlihat di dalamnya, Mungkin si mempelai pria tengah menunggu di atas ranjang pengantin.
Sarah mengangguk. "Terimakasih ya,"
"Kalau kamu capek, bilang Daren jangan malam pertama dulu." Seru Nagita sembari cekikikan.
Jessica tersenyum geli. Sedangkan Sarah memberi ekspresi wajah datar.
"Ya udah, kami pergi dulu, Selamat malam pertama." Celetuk Nagita lagi, membuat Sarah tertawa kecil di sana.
Jessica dan Nagita melenggang pergi sembari terus melambaikan tangan ke arah Sarah, Sarah sendiri membalas dengan wajah penuh semangat, setelah kedua wanita cantik itu menghilang Sarah menurunkan tangannya, wajahnya kembali ke setelan awal, Dengan berat hati masuk kedalam kamar lalu menutup pintu. Sarah celingukan mencari sosok sang suami yang mana tak ada di setiap sudut ruangan. Sayup-sayup terdengar suara gemericik air dari arah kamar mandi.
"Dia lagi mandi?" Pikir Sarah, kakinya yang pegal di seretnya ke sofa, gaun pengantin yang menjuntai besar lagi berat membuat Sarah sulit mengimbangi diri.
"Akhirnya aku bisa santai," Sarah menarik napas dalam-dalam, memejamkan mata yang mulai mengantuk, tapi tidak lucu jika harus tidur dengan masih mengenakan gaun besar yang melekat di tubuhnya. Dalam keheningan Sarah mengintip pintu kamar mandi, menunggu Daren keluar dari sana.
10 menit berlalu, Daren keluar, berjalan dengan santai dengan lilitan handuk di pinggangnya, sekilas Daren melirik Sarah yang mana tengah terlelap di sofa. Daren acuh dirinya memilih mendekati lemari pakaian di mana beberapa bajunya berada di sana.
Tanpa kata Daren sibuk memakai baju, kemudian bercermin untuk memperbaiki penampilan, sedikit mengatur rambut yang berantakan. Selesai melakukan rutinitas sebelum tidur, Daren berjalan menuju ranjang, menyelimuti diri dan terlelap nyaman, Daren menyunggingkan senyuman lalu benar-benar terlelap melupakan Sarah yang mana masih memakai baju pengantin.
Sarah perlahan membuka mata, hawa dingin yang mulai menerjang tubuhnya membuat Sarah harus segera bangkit. Di atas Sofa, Sarah termenung sendirian. Melirik jam di dinding pukul 01:20. Dengan masih merasakan kantuk, Sarah berkaca-kaca melihat Daren yang sudah berada di ranjang, begitu nyenyak seorang diri berbalut selimut.
"Sampai hati Daren, kamu tidak melihat aku." Gumam Sarah, Air mata bercucuran, Sarah berusaha menahan, menghapus air matanya dan dengan hati terluka kakinya berjalan ke arah kamar mandi, Karena tidak hati-hati, gaun besarnya menyenggol tong sampah yang terbuat logam, Jelas sekali suara nyaring tercipta, Sampai-sampai Daren terjaga karena bising.
"What are you doing?" (Apa yang kamu lakukan?" Ucap Daren dengan nada tinggi.
Sarah membungkuk untuk meletakan tong sampah ke tempat semula. " Sorry."
Daren mengendus jelas. "Keluar, cari kamar sendiri, aku tidak mau satu kamar dengan mu."
Sarah segera berbalik menghadap Daren. Memperlihatkan wajah tak percaya. "Keluar kemana? ini udah hampir jam 2 malam, Aku bahkan masih memakai gaun ini."
Lupakan malam pertama, karena memang sudah di tebak tidak akan ada malam pertama, Daren bahkan menatap Sarah seperti seekor serangga yang harus di musnahkan.
Daren segera bangkit, turun dari ranjangnya yang empuk, menghampiri Sarah yang mana diam mematung di ambang pintu kamar mandi.
Sarah perlahan mundur ketika Daren semakin mendekat. "Mundur." Pinta Sarah, takut Daren melakukan hal yang belum siap Sarah berikan untuk yang kedua kalinya.
Daren berdiri tepat di depan Sarah, Daren sedikit memberi ruang tak mau terlalu dengan Sarah. "Aku sudah merasakan bagaimana tubuh mu, tak terlalu sepesial bagiku atau memang seperti itu rasanya tubuh wanita, Tapi tidak," Daren mundur perlahan kembali duduk di sudut ranjang. Melirik Sarah dengan seringai apalagi Sarah terlihat waspada.
"Cinta ku sudah habis untuk mu, Bagiku Kinan adalah segalanya, tidak ada lagi dirimu di hatiku Sarah, Kalau bukan karena ayahku, tak Sudi aku menikahi mu,"
Sarah murka mendengarnya, Kata-kata Daren jelas menghancurkan harga dirinya yang berharga. "Lantas aku harus apa Daren? Aku harus apa?" Ucap Sarah setengah berteriak.
Daren tak kalah lantang. "Bayar hutang ayahmu, pergunakan dirimu sebaik mungkin, tidak ada kesempatan untuk kamu menjadi nyonya Daren, Tidak akan."