Harem : Menyamar Di Sekolah Khusus Perempuan

"Aku sudah membaca buku diary itu sebelum kau. Banyak hal mengejutkan di sana. Kalau kau mau melakukannya denganku, aku pastikan akan selalu membantumu. Karena aku tahu, tidak mudah untuk membalas pelaku yang sudah mencelakakan adikmu," kata Samantha, setelah puas memagut bibir Angga.

Angga terpaku menatap wajah Samantha yang begitu dekat. Keduanya saling bertukar pandang.

Perlahan tangan Samantha membuka kancing baju seragamnya satu per satu. Dengan cepat Angga menghentikannya.

"Apa kau begitu penasaran atau memang sudah tak tahan?" tukas Angga.

"Dua-duanya. Aku sebenarnya kecanduan nonton video dewasa. Zaman sekarang itu sangat mudah di akses. Karena terlalu sering menontonnya, aku jadi penasaran. Tapi tentu saja aku tidak mau melakukannya dengan sembarang cowok. Pokoknya harus ganteng. Persis seperti kau!" jelas Samantha panjang lebar.

"Kau bahkan tak tahu siapa jati diriku? Apa kau tak takut kalau sebenarnya aku ini mungkin saja penjahat," balas Angga.

"Kau hanya seorang penipu. Bagiku itu bukan kejahatan selama tidak menyakiti fisik orang," sahut Samantha.

Angga menarik sudut bibirnya ke atas. "Begitu kah? Tapi bagaimana kalau aku menipumu?"

Samantha balas menyeringai. "Aku tak peduli. Sekarang bisakah kita bicara tentang keinginanku tadi?"

"Aku pikir tujuan kita datang ke roof top untuk fokus membahas tentang diary Silvia. Tidak mungkin kita melakukannya di sini bukan?" ujar Angga.

"Aku ingin melakukannya. Lalu barulah kita bahas tentang diary Silvia." Samantha tiba-tiba merebut diary Silvia dari tangan Angga. Tanpa diduga, dia masukkan buku itu ke dalam branya. Memang buku diary Silvia ukurannya tidak begitu besar. Meskipun begitu, diary Silvia tampak mencuat dari dada Samantha.

Angga tergelak melihat kelakuan Samantha. "Dasar cewek nakal!" cibirnya.

Angga tak mau kalah. Dia yang mengerti bagaimana permainan Samantha, segera melepas seragam cewek itu. Angga melakukannya dengan cepat. Selanjutnya, Angga lepas bra gadis tersebut.

Namun Samantha dengan cepat melempar diary Silvia ke tempat jauh. Kini dia tampak hanya bertelanjang dada.

Angga sebenarnya agak gugup. Apalagi dia dan Samantha berada di tempat terbuka. Selain itu, Angga juga terus berusaha mengingatkan dirinya mengenai tujuan utamanya datang ke sekolah ini.

"Sam, aku bisa saja melakukannya. Tapi kalau aku melakukannya, aku merasa jadi kakak yang kurang ajar. Karena tujuan utamaku datang ke sini karena--" Lagi-lagi ucapan Angga harus terhenti karena Samantha. Karena cewek tersebut kembali mendaratkan ciuman ke bibir Angga.

Sambil berciuman, Samantha peluk dengan erat Angga hingga buah dadanya menempel ke dada cowok itu.

'Sial! Sepertinya aku tak bisa menahannya lagi. Toh Samantha bisa lebih dipercaya dibanding Luna,' batin Angga. Tangannya dengan sigap menggerayangi lekuk tubuh Samantha. Nafas keduanya mulai dibuat memburu.

Samantha segera melepas seragam Angga. Lalu melepas ciuman sejenak. Dia mendorong cowok tersebut duduk ke sebuah kursi terbengkalai yang ada di rooftop. Memang rooftop di sana tampak dipenuhi dengan kursi dan meja yang sudah tak terpakai.

Kini Samantha duduk ke atas pangkuan Angga. Mereka lanjut berciuman. Lama-kelamaan ciuman mereka semakin memanas.

Bersamaan dengan itu, bel pertanda istirahat pertama berbunyi. Semua murid saling berdahuluan keluar dari kelas. Tak terkecuali Luna. Untuk pertama kalinya dia ingin pergi sendiri dan tanpa ditemani oleh teman gengnya.

"Kau mau kemana?" tanya Andin.

"Aku mau ke toilet," jawab Luna.

"Sini! Biar aku temani. Kan biasanya kau selalu minta ditemani kalau ke toilet," imbuh Sari.

"Enggak! Kali ini aku ingin pergi sendiri. Kalian pergi saja ke kantin duluan," tolak Luna tegas. Dia langsung memisahkan diri dari ke-empat temannya.

Luna mendatangi tempat sepi. Di sana dia menelepon seseorang.

"Pokoknya kau harus mencari tahu tentangnya! Dan pastikan namaku tidak tercoreng! Aku akan berusaha mendekatinya lagi untuk menggali informasi lebih banyak," ujar Luna.