NovelToon NovelToon
Dia Milikku!

Dia Milikku!

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Pelakor / Mata-mata/Agen
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Nur Anis

Karena pekerjaannya, Alin terpaksa menghilang, meninggalkan sebentar pria yang dicintai.

Anjar, cukup stres memikirkan kemana perginya sang pujaan hati, ditambah seorang wanita terus mengejarnya akibat rencana perjodohan keluarga.

Apakah keduanya bisa bersatu kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Anis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tentang Hagia

Hagia Atmaja adalah seorang dosen muda yang penuh potensi di salah satu Universitas ternama. Sejak kecil Hagia terbiasa hidup dalam kenyamanan dan kemewahan, ia selalu mendapatkan apa yang diinginkan tanpa banyak usaha berkat keluarganya yang kaya dan sangat menyayanginya. Karena itulah Hagia tumbuh menjadi pribadi yang cenderung dimanja lebih fokus pada dunia akademis dan minat pribadinya daripada urusan bisnis.

Namun beberapa waktu belakangan kakak aja yang lebih tua dan lebih berpengalaman dalam mengelola perusahaan keluarga mulai mendesak Hagia untuk terlibat dalam bisnis. Kakaknya merasa bahwa sudah saatnya Hagia mengambil peran lebih besar dan ikut berkontribusi pada perusahaan mengingat Hagia memiliki latar belakang pendidikan dan kecerdasan yang bisa sangat berguna memajukan perusahaan mereka.

Setelah melalui banyak perdebatan dan diskusi Hagia akhirnya memutuskan untuk menuruti permintaan kakaknya. Menyadari bahwa tanggung jawab keluarga bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan dan mungkin ini adalah kesempatan baginya untuk berkembang di luar zona nyaman sebagai akademisi.

Meski awalnya merasa canggung dan sedikit enggan Hagia memulai peran barunya di perusahaan dengan sikap terbuka ia membawa pengalaman dan wawasan dari dunia akademis ke dalam bisnis meski tahu bahwa perjalanan ini akan menuntutnya untuk belajar banyak hal baru.

Malam itu Hagia mengenakan gaun elegan dan bersiap menghadiri pesta pernikahan bersama kakaknya. Sebagai bagian dari keluarganya yang terhormat Hagia tahu bahwa kehadirannya di acara ini penting apalagi ini adalah pernikahan seorang rekan bisnis kakaknya. Awalnya semuanya berjalan lancar suasana pesta yang megah, musik yang indah dan percakapan ringan dengan tamu-tamu lain bahagia berusaha menikmati malam itu sambil tetap menjaga penampilannya yang anggun.

Namun senyumnya memudar ketika matanya tertuju pada mempelai pria yang baru saja muncul di aula.Ia merasakan jantungnya berdebat keras dan seakan dunia di sekelilingnya berhenti sejenak. Mempelai pria itu adalah seseorang yang sangat berarti baginya di masa lalu, seseorang yang pernah mengisi hatinya dengan kebahagiaan namun juga meninggalkan luka yang mendalam.

Hagia berusaha menenangkan dirinya tetapi perasaan sakit itu terlalu kuat. Hatinya seperti ditusuk dan emosinya mulai menguasai diri. Ia merasa seolah-olah udara di sekelilingnya berupa panas membuatnya sulit bernapas, sakit di hatinya bercampur dengan rasa kecewa dan marah. Bagaimana bisa orang yang pernah dekat dengannya kini berdiri di sana tersenyum bahagia dengan orang lain.

Suasana pesta yang semula hangat dan menyenangkan kini terasa dingin dan asing bagi Hagia. Di dalam dirinya terjadi pergulatan emosional yang hebat ia merasa ingin pergi dari tempat itu tapi tubuhnya terasa kaku. Meski begitu Hagia berusaha tetap tenang di hadapan kakaknya dan orang-orang di sekitarnya menahan perasaan yang berkecamuk dalam dirinya. Bagaimanapun ia tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri atau keluarganya di acara penting ini.

Ketika sesi bersalaman dan foto bersama tiba suasana hati Hagia sudah diliputi oleh emosi yang berkecamuk. Saat gilirannya tiba untuk memberi selamat kepada pasangan pengantin Hagia melangkah maju dengan tatapan tajam yang tersembunyi di balik senyum tipisnya. Tatapan sinisnya tertuju langsung pada Alin pengantin wanita yang berdiri di samping Anjar dengan penuh kebahagiaan.

"Jangan terlalu nyaman. Anjar seharusnya bersamaku dan aku akan merebutnya darimu." Alin terkejut mendengar kata-kata itu tapi dia tetap menjaga ekspresi wajahnya agar tidak menimbulkan keributan di tengah pesta meski begitu peringatan Hagia jelas membekas, menandai dimulainya sebuah konflik yang mungkin akan berkembang lebih jauh. Hagia dengan perasaan terluka dan penuh tekad meninggalkan tempat itu setelah foto bersama sementara Alin harus menelan kata-kata pedas tersebut dalam keheningan berusaha tetap tenang di hadapan tamu lainnya termasuk suaminya sendiri, Anjar.

Bram memasuki ruang kerja Hagia dengan raut wajah penuh kekhawatiran. Ia memperhatikan perubahan sikap adiknya sejak mereka kembali dari pesta pernikahan rekan bisnisnya. Biasanya ceria dan penuh semangat, Hagia kini tampak murung dan gelisah seolah ada sesuatu yang menanggungnya.

"Kakak perhatikan setelah ikut datang ke pesta rekan bisnis kita, kamu terlihat murung. Ada apa, Hagia?" tanya Bram dengan nada lembut namun penuh perhatian.

Hagia sedang duduk di mejanya menundukkan kepala, menggenggam tangan erat, menahan emosi yang sudah lama dipendam. Perlahan ia mendongak dan menatap Bram. Matanya penuh dengan amarah dan kekecewaan. "Kenapa Kakak tidak bilang nama pengantinnya? Ternyata Anjar yang menikah. Pria yang aku sukai sejak zaman kuliah." Dengan suara yang bergetar penuh emosi yang terpendam.

Bram terkejut mendengar pengakuan itu. Ia tidak menyangka bahwa perasaan adiknya terhadap Anjar begitu dalam dan belum pudar. Selama ini ia mengira bahwa Hagia hanya memendam rasa kagum biasa bukan perasaan cinta yang begitu kuat.

"Hagia, Kakak tidak tahu. Kakak pikir kamu sudah melupakan Anjar, lagi pula itu urusan bisnis dan kakak tidak ingin membuatmu merasa terpaksa datang jika tahu sebelumnya." jawab Bram berusaha menenangkan adiknya ia merasa bersalah karena ia tidak lebih peka terhadap perasaan Hagia.

Namun bagi Hagia penjelasan itu tidak cukup. Perasaannya yang selama ini dipendam kini pecah begitu saja dan ia merasa dikhianati oleh kenyataan bahwa pria yang ia cintai selama ini tanpa sepengetahuannya telah memiliki wanita lain. "Kak aku benar-benar terluka melihat dia bersama wanita lain. Itu menghancurkan ku." katanya dengan suaranya hampir pecah.

Bram yang selalu protektif terhadap adiknya merasa beban yang berat di hatinya ia mendekati Hagia dan memeluknya erat. Mencoba memberikan kekuatan. "Maafkan kakak Hagia, tapi kamu harus ingat kita tidak bisa mengubah apa yang sudah terjadi. Anjar sudah memilih jalannya. Yang bisa kakak lakukan adalah mendukungmu untuk melewati ini kamu harus kuat aja dan Kakak ada di sini untukmu."

Hagia menatap jam dengan mata yang penuh intimidasi seolah sudah memutuskan jalan yang akan ia tempuh.

"Aku sangat mencintai Anjar kak" ujar Hagia dengan nada penuh emosi. "Aku sengaja menjauh sementara darinya dengan tujuan memantaskan diri agar saat bertemu dengannya kami setara. Aku ingin dia melihatku sebagai seseorang yang pantas berada di sisinya bukan hanya sebagai gadis manja yang selalu mendapatkan apa yang dia inginkan melalui keluarganya."

Bram terdiam memahami lebih dalam tentang alasan Hagia menjauh dari Anjar. Rupanya adiknya telah merencanakan semua ini dengan harapan suatu hari nanti mereka bisa bersatu kembali dalam keadaan yang berbeda namun kenyataan yang dihadapi hadiah sekarang jauh dari yang ia harapkan.

"Pokoknya aku tidak akan menyerah begitu saja." lanjut Hagia dengan tekad yang semakin kuat. "Aku akan kembali mendekati Anjar, mengingatkan bahwa dulu kami pernah dekat. Mungkin dia juga memiliki perasaan kepadaku hanya saja situasinya membuatnya memilih orang lain. Tapi sekarang aku akan memastikan dia tahu bagaimana perasaanku.

Bram yang awalnya ingin menenangkan Hagia kini melihat betapa serius adiknya dalam memperjuangkan cinta. Namun Ia juga tahu bahwa yang jalan yang dipilih Hagia tidak akan mudah.

"Hagia, Kakak mengerti perasaanmu tapi kamu harus hati-hati." Bram berkata dengan lembut namun tegas. "Anjar sudah menikah sekarang dan meskipun kamu ingin memperjuangkan cintamu, kamu juga harus siap menghadapi kenyataan bahwa situasinya mungkin tidak akan berjalan seperti yang kamu harapkan."

Hagia mengangguk meski hatinya penuh dengan tekad. Ia juga tahu bahwa kakaknya berbicara dengan bijak tapi di dalam dirinya keinginan untuk memperjuangkan cintanya pada Anjar terlalu kuat untuk diabaikan.

"Aku paham Kak, tapi aku harus mencoba jika tidak aku akan menyesal seumur hidup." jawab Hagia dengan suara yang mantap.

1
Mulyana
lanjut
Ruang Rindu
lanjuttttt
Mulyana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!