NovelToon NovelToon
Keluarga Untuk Safina

Keluarga Untuk Safina

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak / Ibu Tiri / Istri ideal
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Secara kebetulan aku bertemu dengan keluarga kecil itu, hadir sebagai seorang istri terutama ibu pengganti untuk anak pria itu yang berstatus duda saat menikahiku.

Sungguh berat ujiannya menghadapi mereka, bukan hanya satu, tapi empat. Namun, karena anak bungsunya yang paling menempel padaku, membuatku terpaksa bersabar. Mungkinkah aku akan mendapatkan cintanya mereka semua? Termasuk Ayah mereka?

Kami menikah tanpa cinta, hanya karena Delia, anak bungsu pria itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Foto di Lipatan Kain

🌻🌻🌻

Belum satu hari menikah sudah muncul masalah. Putri sulung Mas Lintang mogok makan sejak kami menikah gara-gara ayahnya itu menikahiku. Mereka keberatan dengan pernikahan kami, itu sebabnya muka masam itu terpampang di wajah ketiga anak pria itu saat acara tadi. 

Mas Lintang mengetuk pintu kamar Shani, menyuruh putrinya itu membuka pintu kamar. Namun, gadis itu keras kepala dan tidak mau mendengarkan panggilan orang tua di rumah itu, termasuk Bu Sulis, ibu mertuaku itu. 

“Shani …!” panggilku, mencoba untuk membujuk. 

“Diam!” Gadis itu malah membentakku. 

“Maaf,” ucap Mas Lintang. 

“Bisa aku maklumi,” balasku dengan perasaan yang sebenarnya sedikit kesal. 

Rasa lelah belum menghilang, malah menemukan kejadian yang kekanak-kanakan begini. Sejenak aku dibuat kesal, tetapi aku bisa memaklumi emosi itu. 

Karena takut terjadi sesuatu yang buruk, pintu kamar itu didobrak Mas Lintang dalam tiga hantaman bahunya. Pria itu menarik tangan Shani dan memeluk gadis itu yang hendak meninggalkan kamar melalui jendela. 

“Kenapa Ayah tidak mendengarku? Kenapa Ayah masih saja menikah? Selain itu, dia masih muda, hanya berjarak beberapa tahun saja dariku,” ucap Shani sambil menangis. 

Pria itu menepuk pelan punggung Shani, berusaha menenangkan gadis itu sampai mengajaknya duduk di tepi kasur. Sepertinya keberadaanku dan beberapa orang yang ada di kamar itu tidak pas, kuajak ketiga anak Mas Lintang meninggal kamar, termasuk Bu Sulis. Kami biarkan ayah dan anak itu berbicara, biarkan pria itu yang berusaha memberikan pengertian.

Kami duduk di ruang tamu dengan Delia duduk di pangkuanku, menyandarkan punggung di bagian depan tubuhku sampai gadis kecil itu tertidur. Revan dan Zien memandangku dengan sorot mata tajam. Bukannya kesal, aku malah ingin tersenyum melihat mereka. Sanggup-sanggupnya mereka memandangiku begitu ketika mata mereka sudah merah menahan kantuk. 

Sekarang muncul sedikit tekad yang membuatku ingin menaklukkan mereka semua, membuat mereka menyukaiku. 

“Mendingan tidur,” ucapku kepada mereka.

“Jangan nyuruh-nyuruh,” ketus Zien. 

“Zien ….” Remaja laki-laki itu mendapatkan teguran dari Sulis, sang nenek. 

Zein berdiri dengan wajah kesal dan beranjak memasuki kamarnya yang ada di samping kamar Shani. Kumainkan kedua alisku kepada Revan yang masih duduk menatapku, bocah itu ikut berdiri dan mengikuti jejak kakaknya ke kamar. Barulah aku tersenyum sambil menggelengkan kepala beberapa kali. 

Bu Sulis yang bergantian menatapku, tetapi bersama ekspresi tidak enak, mungkin karena sikap para cucunya. Untuk mengobati perasaan itu, senyuman aku ukir dengan sedikit anggukan sambil memejamkan mata sebentar. 

***

Sekitar satu jam kemudian, aku dan Bu Sulis berdiri dari tempat duduk, berjalan menuju kamar Shani yang juga ditempati oleh ibu mertuaku itu. Dalam gendonganku terdapat Delia yang tengah tidur dan cukup berat. 

Dari pintu kamar, Mas Lintang tampak tengah menyelimuti Shani yang sudah tidur. Bu Sulis mendekati pria itu dan mereka terdengar sedikit berbicara mengenai gadis itu. 

"Aku sudah berusaha membuatnya mengerti, Bu," ucap Mas Lintang. 

Bu Sulis mendaratkan kedua tangan ke kedua bahu suamiku itu dan tersenyum sambil menganggukkan kepala. Wanita itu menoleh ke belakang, ke arahku dan kembali mengarahkan pandangan kepada putranya itu. 

"Sebaiknya kalian tidur di sini. Sudah malam," ucap Bu Sulis yang sebenarnya sudah dibicarakan denganku saat kami duduk di ruang tamu tadi. 

Pria yang baru menikahiku itu melayangkan pandangan padaku, tampak mencari persetujuanku. Kepala aku anggukkan dan tingkah yang sama juga dilakukan Mas Lintang kepada ibunya. Ini yang membuatku sedikit tertarik kepada pria itu, sesuatu yang melibatkanku keputusannya tidak diambil sendiri. 

Mas Lintang menghampiriku, mengambil Delia dari gendonganku. Lalu, mengajakku berjalan menuju sebuah kamar yang ada di seberang dua kamar tersebut. Delia di taruh di sana, itulah kamar Mas Lintang di rumah tersebut yang bisa aku ketahui dari fotonya di kamar itu dan meja kerja yang ada di kamar itu sedikit berantakan, terdapat beberapa helai kertas HVS dan buku-buku desain arsitektur di sana. 

"Maaf," ucap Mas Lintang sambil menghampiri meja kerjanya setelah sadar aku memandangi kekacauan itu. 

Meja tersebut dirapikan dengan gerakan cepat. Lalu, pria itu mendekati lemari, membukanya untuk mengambil selimut. Namun, aku menemukan kekacauan lain, pakaian yang terlipat di sana malah jatuh ke lantai dan itu langsung mengukir senyuman di bibirku. Pria itu tampak malu dengan kejadian itu. Ia menoleh ke belakang dan tersenyum ringan. 

"Biar aku bantu," ucapku sambil mendekatinya. 

Kerendahan tubuh dan mengutip pakaian-pakaian tersebut. Dahiku sedikit mengerut menemukan sebuah kertas yang sepertinya foto. Kubalikkan kertas tersebut dan benar seperti dugaanku, di mana terdapat gambar pria itu bersama seorang wanita dalam setelah seragam putih abu-abu. Mereka tampak ceria di sana. 

Mas Lintang merampas foto itu dengan cepat. Tingkahnya membuatku kaget, seperti orang yang tidak ingin barang kesayangannya disentuh oleh orang lain. Pria itu membawa foto itu keluar dari kamar dengan ekspresi yang terlihat tidak mengenakan. 

Lanjut aku mengutip pakaian-pakaian itu dan membawanya ke kasur, melipat semua helaian demi helain pakaian tersebut sampai akhirnya ditaruh kembali ke lemari itu, disusun rapi. 

Setelah menutup pintu lemari, terlintas di benakku mengenai foto tadi. Mungkinkah itu foto ibu dari anak-anaknya? Tidak, ku tepis pikiran itu dan berusaha aku abaikan karena masa lalunya bukan milikku. 

Tubuh kubawa duduk di tepi kasur dan menghubungi nomor ibu, memberitahunya kalau aku akan tidur di rumah Mas Lintang. 

Ketika tengah berbicara, suamiku itu memasuki kamar dengan wajah dingin. Pria itu mendekati kasur dan membaringkan badan di sana dengan posisi membelakangi keberadaanku dan putrinya. Mungkin sikap itu karena foto tadi yang mengganggu jiwanya. 

"Kalau begitu, Fina tutup teleponnya." 

Sambungan telepon aku matikan dan menaruh gawai itu di atas meja yang ada di samping kasur. 

"Itu Ibu anak-anak?" tanyaku, tahu pria itu belum tidur. 

"Sebaiknya tidur," balasnya dengan suara dingin. 

Caranya membalas pertanyaanku bisa aku mengerti pria itu tidak ingin aku membahas hal tersebut dan baiklah. Mulut aku kunci, diam dan memejamkan mata untuk tidur. 

***

Sesuatu terasa mendarat di wajahku dan itu membangunkanku. Ternyata sebuah tangan, itu tangan Delia. Gadis itu cukup nakal saat tidur, tingkahnya mengingatkanku pada masa kuliah dulu ketika salah satu temanku menginap di rumah. Temanku itu cukup nakal saat tidur, kakinya sampai ke atas dan kepala berada di kakiku. 

Tubuhku beranjak duduk, memperhatikan anak itu, dan menentukan posisi tubuhnya seperti semula. Seketika baru aku sadar, Mas Lintang tidak ada di posisinya. Tanganku langsung menyalakan layar ponsel untuk melihat jam yang menunjukkan pukul dua dini hari. 

Rasa penasaran membuatku meninggalkan kasur dan berjalan ke arah pintu kamar. Setelah membuka pintu, aku memandang suasana ruang tamu dan menemukan kebenaran Mas Lintang duduk di salah satu bangku ruang tamu sambil memperhatikan foto tadi dengan air mata menetes di pipi pria itu. 

1
Darni Jambi
bagus,mendidik
Ig: Mywindersone: Terima kasih.
🥰🥰
total 1 replies
LISA
ya nih penasaran jg..koq bisa yg menculik itu mengkambinghitamkan Fina..pdhl Fina yg sudah menolong Shani..
LISA
Moga dgn kejadian itu Shani sadar dan tidak memusuhi Fina lg jg mau menerima Fina sebagai Mamanya
Darni Jambi
upnya yg rutin kak,
Darni Jambi
kok ngak up2 to mbk ditungguin, bagus critanya
LISA
Ya nih Kak
LISA
Pasti ibunya anak²
LISA
Ya Kak..Fina bijak bgt..salut deh sama Fina..istri yg pengertian
LISA
Pasti ke rmhnya Delia
LISA
Aq mampir Kak
Rina Nurvitasari
semangat terus thor
Rina Nurvitasari
mampir dulu thor semoga ceritanya menarik dan bikin penasaran...

semangat terus rhor💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!