Yang satunya adalah Nona muda kaya raya, sementara yang satunya hanyalah seorang Pelayan toko. Tapi sebuah insiden kecelakaan telah menghancurkan jurang ini dan membuat mereka setara.
Bukannya mati dalam kecelakaan itu, jiwa mereka malah terlempar masuk ke sebuah Novel kuno roman picisan. Tempat dimana segalanya siap dikorbankan demi pemeran utama wanita.
Dan yang paling sial, keduanya malah masuk menjadi Ibu tiri sang pemeran utama wanita. Sama-sama menjadi Istri dari seorang Marques, yang gemuk, jelek dan berperut hitam. Dua karakter, yang akan dihabisi oleh para pemuja Pemeran utama wanita.
Untuk menyelematkan nyawa mereka, keduanya berencana untuk kabur. Tapi tentu saja, tidak ramai tanpa mencuri dan kegagalan. Baca kisah keduanya, dengan kejutan karakter lainnya. ✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tinta Selasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5
Tiara harap-harap cemas dari tempat tidur, melihat Ana yang sedang mengagumi raga barunya di depan cermin.
"Luar biasa Tiara, rambutku benar-benar berwarna cokelat mengkilap dan bergelombang alami. Ini indah sekali."
Tiara mengangguk saja, karena ini memang sesuai deskripsi dalam buku. "Ya, dikatakan kedua tubuh ini adalah yang tercantik di wilayah seberang, jadi wajar saja."
"Tercantik? wilayah seberang? artinya, tubuh ini tidak berasal dari sini? begitu Tia?"
Tiara berdecak kesal, sudah sejak semalam Ana memanggilnya Tia. "Ya semacam itulah. Tapi Ana dengar, aku tidak mau hanya dipanggil Tiara. Panggil aku dengan benar. Apa kau ingin aku panggil Mimi?"
Ana di depan kaca segera menggeleng. "Jika kamu memanggil aku Mimi di tubuh yang lalu, itu bisa diterima. Tapi jika sekarang, maaf saja ... aku terlalu hot untuk nama Mimi. Bahkan Mama jauh lebih cocok untukku. Hastag hot mama, Hahaha ...!" Kata Ana sambil menggoyangkan bagian atas tubuhnya, yang memang lebih besar dari miliknya sebelum.
Tiara memijat kepalanya sakit. Sepertinya terlempar ke dunia ini, menarik semua akal sehat Ana. Wanita itu tidak hanya menggilai tubuhnya yang sekarang, bahkan dengan santai berencana untuk meracuni Adam dengan karbon monoksida sampai tingkat tertentu, agar meski pria itu tidak mati, tapi akan mengalami koma jangka panjang.
"Hot mama, hot mama, hot Mimi yang ada." Kesal Tiara.
"Hey, kau jangan terlalu murung seperti itu. Aku lihat aset tubuhmu juga tidak kalah bagus. Ah, tapi jika kita tokoh sampingan saja seperti ini, entah akan seperti apa rupa protagonis cerita ini?" Pikir Ana penasaran.
Mereka masih ada di dalam kamar saat ini, dan sebentar lagi bersiap untuk keluar, dengan penampilan yang lebih menawan. Posisi mereka saat ini, ada diarea tata rias dan pakaian, yang terpisah dari ruang tempat tidur. Semalam mereka tidur disini, karena di tempat tidur sang Marques Adam Marston, yang sering dipanggil keduanya dengan ragam nama hewani, masih setia tidur semenjak kemarin.
Awalnya mereka sangat takut Adam akan bangun, tapi ternyata setelah sehari berlalu kemarin, Adam masih tidur. Membuat mereka memiliki banyak waktu, membahas banyak hal. Juga yang sempat mereka takutkan yakni penampilan mereka sendiri, karena meskipun cantik, tapi dandanan tubuh mereka begitu menor khususnya dalam berbusana. Namun setelah melepas selera asli pemilik tubuh, kini keduanya sudah cantik luar biasa.
Tiara sendiri juga tidak munafik, dia masih mengagumi tubuh yang ditempatinya di novel ini. Seolah-olah dia bisa masuk Miss Universe dengan tubuh ini.
Hingga tiba saatnya mereka sudah akan keluar dan melewati pria itu.
"Jangan melihatnya terlalu lama! Nanti kau bisa mual. Ayo."
Tiara memutar bola matanya, melihat Ana bertingkah seperti Kakak perempuan yang baik. Tapi begitu, dari belakang, dia masih ikut Ana untuk turun keluar pertama kalinya.
Dan DEG. Yang dilihat mereka mereka pertama kali, adalah para pelayan yang berjejer banyak sekali, berdiri dengan tegak, dan langsung membungkuk manakala melihat keduanya mulai melangkah.
"SALAM KEPADA NYONYA ANA DAN NYONYA TIARA, SEMOGA KEBERKAHAN BERLANGSUNG DI KEDIAMAN INI. KAMI AKAN MELAYANI NYONYA BERDUA."
Bahkan dalam kehidupan sebelumnya sebagai Nona muda kaya raya, jenis penghormatan ini dianggap terlalu berlebihan. Namun karena ini adalah kehidupan zaman antah berantah, maka nikmati saja, pikir Ana.
Diapun dengan alami, menaruh kedua tangan di pinggang untuk memerintah.
"Dengar, segera siapkan makanan. Sediakan daging terbaik, lalu hidangan dari keju terbaik, udang juga, karena merupakan kesukaan Nyonya Tiara dan secangkir kopi pekat."
"BAIK NYONYA." Jawab mereka serentak.
Tiara yang mendengar itu mengerutkan alis, sejak kapan dia menyukai udang? dan ada apa dengan kombinasi makanan yang aneh itu.
Tidak tahu saja, bahwa dalam hati Ana, dia tidak mau menunggu Tiara sama sekali. Semakin dia memperhatikan Adam, semakin jijik dia. Sebentar lagi pria itu akan bangun, jadi dia harus mempersiapkan amunisi sebelum menembaknya.
Tapi saat para pelayan pergi, Bessa sang kepala pelayan, malah dengan berani mendekati keduanya.
"NYONYA, NYONYA!" Bessa setengah melompat-lompat datang mendekat.
"Nyonya, apa ini? kalian benar-benar cantik hari ini." Ucapnya, dengan binar-binar kekaguman.
Ana yang mendengar ini, langsung tersenyum bangga. "Kami memang seperti ini Bessa, yang kemarin itu hanya kamuflase. Hehehe ...."
Bessa juga ikut tertawa, "Tapi apa itu kamuflase Nyonya?"
Ana memutar bola matanya jengah. "Sudahlah. Sekarang pergi dan awasi semua pelayan dan pekerjaan mereka. Dan ingat, jika ada yang membicarakan kami atau melakukan sesuatu yang mencurigakan, maka segera laporkan. Paham?"
Di bawah perintah Ana, semua pekerja melakukan bagian mereka masing-masing dan dibawah pengawasan Bessa. Keduanya pun mulai berjalan-jalan mengelilingi tempat yang seperti mansion itu. Semakin Ana perhatikan, semakin bagus situasinya.
Apalagi saat ini mereka telah tiba diruang kerja Adam, dimana ada sebuah perapian, dan juga beberapa alkohol disana. Tempat yang dipakai Adam untuk bersantai.
"Astaga, TKP yang bagus!" Ujar Ana.
Mendengar ini, Tiara refleks menahan tangan Ana. "Ana, apa maksudmu dengan TKP nah?"
Ana dengan acuh hanya mengangkat kedua bahunya.
"Apalagi, tentunya membuat tempat yang sempurna."
Tiara yang masih ragu-ragu sampai sekarang, menjadi gugup. "Ana jika sesuatu terjadi padanya, kita akan menjadi tersangka utama. Ini bukan dunia modern, di mana kita akan dipenjara. Pria ini seorang bangsawan, kita bisa langsung kehilangan leher kapan saja."
Tapi Ana menarik tangannya acuh. "Ayolah, yang benar saja. Kalau kedua pemilik tubuh ini bisa melakukan hal itu, kenapa kita berdua tidak bisa. Lagi pula jangan lupa, aku Anamimi Hain, seorang pelajar terbaik." Ujar Ana diakhiri tepukan di dada.
Kepercayaan diri Aja, membuat Tiara semakin sakit kepala saja. Dia sangat was-was dan penuh perhitungan, sebagai orang yang membaca cerita itu. Diceritakan mereka akan berakhir mengenaskan, ditangan protagonis wanita.
Tapi bagi Ana, cerita tetaplah cerita. Dia tidak masuk ke novel bodoh ini, hanya untuk di tindas oleh orang lain bukan.
"Sudah, ayo lanjutkan. Kita harus berkeliling." Ucap Ana, yang mengambil langkah lebih dahulu.
Kini keduanya sedang dalam perjalanan menyusuri area taman, ketika dikejutkan dengan sebuah kereta yang tiba-tiba masuk dalam kediaman mereka. Sebuah kereta putih dengan lambang mawar hitam, mengingatkan Tiara pada deskripsi Keluarga Duke Kline.
"Astaga, siapa itu? Haruskah kita hampiri? Kita kan Nyonya disini."
Tiara dengan cepat menggeleng. "Tidak jangan kesana. Lambang kereta itu adalah milik Duke Kline, dia adalah orang yang akan menyelidiki Adam, tapi nantinya akan jatuh cinta pada putrinya. Dia adalah salah satu dari pria disisi protagonis, yang akan menyebabkan kesengsaraan pada kita nanti."
Mendengar ini, mata Ana melotot diikuti dengan kedua tangan dilipat di dada. Dengan cepat, dia nampak seperti Ibu tiri dalam film-film.
Tapi akting ibu tiri itu hanya berjalan sekejap, ketika dilihatnya Duke Kline turun dari kereta. Proporsi tubuh sempurna, alis pedang, wajah dingin, hidung mancung, membuat Ana langsung mengumpat.
"SIALAN!"
"Kenapa lagi kau?"
"Tiara, lihat bajingan itu. Dia sangat tampan dan keren, benar-benar tidak mirip manusia."
Sejujurnya Tiara juga sama kagumnya, tapi begitu ketakutan masih menguasai dia lebih besar. "Ya tapi lebih baik bagi kita untuk menghindari dia---"
Kata-kata Tiara terhenti di udara, saat dilihatnya Ana sudah berjalan kearah Duke Kline dengan centilnya. Ya, dengan centil, karena dia berjalan dibuat seanggun mungkin.
"OH, ANA SINTING!" Tiara mau tidak mau, juga harus mendekat kepada sang serigala.