Lahir, dan besar, di negara yang terkenal karena budaya tolong menolong terhadap sesama, tanpa sengaja Reina menolong seseorang yang sedang terluka, tepat ketika salju tengah turun, saat dirinya berkunjung ke negara asal ayah kandungnya.
Perbuatan baik, yang nantinya mungkin akan Reina sesali, atau mungkin justru disyukuri.
Karyaku yang kesekian kalinya, Jangan lupa mampir dan tinggalkan jejak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hermawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertangkap lagi
Tahun ajaran baru, buatku sibuk di dunia nyata, jadi belum bisa update tiap hari, maaf yaa ...
Jangan lupa tinggalkan jejak.
Reina di bawa ke sebuah toko perhiasan, yang dia tau, jika perhiasan itu, adalah merek ternama dunia. Sebagai penulis novel, yang sering kali melihat referensi di drama, atau video, tentu tau, tentang perhiasan tersebut, biasa dihadiahkan dari pemeran utama lelaki, untuk pemeran utama perempuan.
Lelaki berpakaian serba hitam itu, meminta pada pelayan toko untuk memberikan beberapa perhiasan edisi terbaru.
Di hadapan Reina, terpampang beberapa set perhiasan yang berkilauan, dia sampai melongo. Mimpi apa Reina semalam?
"Silahkan kamu pilih,"
Sebagai perempuan, pastilah Reina sangat menyukai perhiasan, tapi masalahnya, lelaki asing itu, cukup mencurigakan. "Maaf Tuan, saya benar-benar tulus menolong anda, tak ada keinginan dari saya untuk mengharapkan imbalan dari anda."
Dan setelahnya, Reina bisa mendengar desis kesal lelaki tampan itu, tapi siapa peduli, Reina hanya takut, setelah nanti dia menerima perhiasan itu, dia akan dijual. Membayangkannya saja membuatnya merinding.
"Pilihlah," kata lelaki itu, tegas, seolah tak ingin dibantah.
Reina takut, jelas takut, lelaki yang masih menggunakan masker itu, memberikan tatapan mengintimidasi. Karena itulah, dia berpura-pura memilih, "Maaf Tuan, perut saya mulas, jadi saya izin ke toilet terlebih dahulu."
Lelaki itu mengangguk. Tentu Reina tak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk lari, masa bodoh dengan lelaki itu, toh beberapa hari lagi, dia akan segera kembali ke tanah kelahirannya.
***
Beberapa hari berlalu, Reina kembali keluar rumah, dia diminta berbelanja lagi oleh Aiko, ditempat yang sama, seperti tempo hari.
Esok akhir pekan, dan kedua kakaknya akan datang berkunjung, untuk pertemuan terakhir mereka, sebelum Reina kembali ke tanah air, pekan depan.
Siang itu salju turun, tak terlalu lebat, tapi tetap saja, bagi Reina cuaca sangat dingin. Dia mengenakan sweater berwarna merah, dengan outer berwarna cokelat, untuk membuatnya semakin hangat.
Reina memilih jalan berbeda dengan yang terakhir, dia lalui, tentu dia lebih berhati-hati, agar tak bertemu dengan lelaki asing, yang menurutnya cukup berbahaya, meskipun tak dipungkiri, jika Reina terpesona dengan lelaki tampan itu.
Waktu menunjukan pukul sebelas siang, sebelum berbelanja, Reina memutuskan untuk mampir di taman, yang dilewatinya.
Beberapa kali dia mengambil foto, melalui kamera ponselnya, beberapa dia kirimkan pada Rita.
Puas mengambil beberapa foto, Reina memutuskan menuju supermarket, namun saat dirinya hendak melangkah, dia dikejutkan dengan keberadaan lelaki, yang beberapa hari lalu dia hindari, sedang bersandar di pohon, seraya menatap dirinya.
Reina bisa melihat tatapan tajam, dari lelaki asing itu, Dia mulai merasa tidak nyaman, dan takut. Reina memutuskan berbalik, lalu mempercepat langkahnya.
Namun hanya dalam beberapa langkah, pundaknya di tahan, "Mau kemana Nona?" tanya lelaki asing itu.
Reina terpaku, dan mulai diliputi rasa takut, apa yang harus dia lakukan? Dia menarik nafasnya, dan mengembuskan perlahan, Reina sedang berusaha menenangkan dirinya.
"Kenapa kemarin anda membohongi saya? Jujur saja, saya tersinggung." kata lelaki asing itu, dengan suara beratnya.
Reina berbalik, lalu mendongak, "Kan saya sudah bilang, anda tidak perlu membalas perbuatan baik saya, saya benar-benar tulus menolong anda, dan saya tidak bermaksud apapun, jadi tolong jangan temui saya, permisi." Meski rasanya gugup, Reina mencoba lebih berani.
Lelaki yang kali ini, tak mengenakan masker, terkekeh, yang memperlihatkan lesung pipi di kedua sisi wajah tampan itu, dan ekspresi itu, membuat Reina terpana sejenak, "Ganteng banget, gila!" tanpa sadar dia bergumam.
"Apa yang anda bicarakan, Nona?" tanya lelaki asing itu bingung.
Reina menggelengkan kepalanya, guna mengembalikan kesadarannya, "Tidak Tuan, maafkan saya!" sangkalnya, "Tapi saya benar-benar serius dengan ucapan saya, jika saya sama sekali tak mengharapkan apapun, dari anda, ini murni kemanusiaan."
"Tapi yang melakukan hal kemanusiaan, hanya relawan, itupun saat bencana," bantah lelaki jangkung itu.
Reina berdecak, meski suka dengan lelaki tampan, tapi dia lebih sayang dirinya sendiri, "Sumpah Lu ribet banget Bang, kek pejabat aja," katanya dengan bahasa Ibu. "Tuan, percayalah, saya benar-benar tulus menolong anda, saya sama sekali tak mengharapkan apapun," Reina menunduk, lalu berbalik, dan segara berjalan cepat.
Dan setelahnya, teriakan Reina terdengar, akibat perbuatan, lelaki asing itu.
***
Reina berkali-kali memaki lelaki, yang memperkenalkan dirinya sebagai Ryu, dengan bahasa gaul kota kelahirannya.
Dia jadi menyesal, karena pernah menolong, lelaki pemaksa itu, dan kini, dia dibawa ke sebuah apartemen, di pusat kota.
"Meskipun aku tidak mengerti, apa yang kamu katakan, tapi aku tau, kamu sedang memaki ku bukan?" tebak Ryu, seraya menuangkan cairan berwarna merah gelap, ke dalam gelas berkaki, "Jadi bahasa apa yang kamu gunakan?" dia memberikan gelas, pada tamunya.
Mau tak mau Reina menerimanya, walau rasanya, dia ingin menyiramkan cairan itu, pada wajah tampan lelaki, yang duduk bersebelahan dengannya, "Anda memaksa saya, dan saya tidak menyukainya, lalu saya juga bisa melaporkan anda, pada petugas kepolisian."
Ryu terkekeh, lalu meminum sedikit cairan berwarna merah gelap itu, dia menoleh, "Coba saja, kalau kamu berani, toh mereka tak akan bisa menangkap ku." sahutnya.
Mendengarnya, membuat pikiran buruk Reina, tentang lelaki itu, kian menjadi. Astaga, apa yang harus gue lakuin?
Reina menghela nafasnya, dia meletakan gelas berkaki yang dipegangnya, pada meja kaca didepannya, "Jadi begini Tuan Ryu, apa jika saya menerima perhiasan yang tempo hari anda berikan, anda tidak akan menggangu saya lagi? Kalau iya, saya bersedia menerimanya sekarang, jadi ayo ke toko perhiasan, tapi jika anda tidak jadi memberikannya, silahkan anda memberikan uang tunai, yang nominalnya, setara harga perhiasan itu."
Ryu meminum kembali cairan merah gelap itu, tapi dia meminumnya, dalam sekali teguk, lalu meletakkannya dengan kasar, dan membuat Reina terkejut.
"Sudah terlambat, karena aku hanya memberi tawaran sekali." Ryu meninggikan suaranya.
Mendadak rasa takut, menyelimuti diri Reina, rasanya ingin lari saja, tapi bagaimana caranya?
Ryu mengambil gelas berkaki, yang tadi diberikan pada tamunya, lalu menyodorkannya kembali, "Minum ini,"
Terpaksa Reina menerimanya, namun saat mulut gelas itu, beberapa senti dari mulutnya, dia mencium aroma asing. Reina mengernyit, lalu terlintas dalam ingatannya, tentang salah satu minuman beralkohol, berharga mahal.
"Maaf Tuan, tapi saya tidak minum," Reina menolaknya, dan kembali meletakan gelas itu di meja kaca.
"Kenapa?"
"Saya tidak meminum alkohol." sahut Reina ragu, jujur saat ini, dia tengah dilanda rasa takut.
Ryu tertawa, "Aneh sekali, orang Jepang tak minum alkohol," katanya tak percaya.
"Gue orang Indo, Bang, kagak minum gituan," gumamnya pelan, "Saya sedang program pemuliaan kesehatan," dustanya.
Ryu mengambil gelas itu, dan langsung meminumnya, dalam sekali teguk. Lalu dia meraih tengkuk perempuan disebelahnya, dan menempelkan mulut mereka, serta memasukan cairan beralkohol itu, ke dalam mulut Reina.
kak knp bukam Ryu aja yg ngidam biar tau rasa...
tp yaa sdhlah, Next kak💪🏻💪🏻🥰🥰