Xavier Zibrano, CEO muda yang selalu di paksa menikah oleh ibunya. Akan tetapi ia selalu menolak karena masih ingin menikmati masa mudanya.
Divana Veronika, gadis cantik yang rela meninggalkan orang tuanya dan lebih memilih kekasihnya.
Namun siapa sangka, kekasih yang ia bela mati-matian justru menghianatinya. Divana memergoki kekasihnya sedang berhubungan intim dengan sahabatnya sendiri di sebuah kamar hotel.
Dengan perasaan hancur, tak sengaja Divana di pertemukan dengan Xavier yang baru saja selesai menghadiri acara gala diner di hotel yang sama.
Divana yang sedang kalut akhirnya menawarkan sejumlah uang kepada Xavier untuk menghabiskan malam bersamanya.
Akankah Xavier menerima penawaran tersebut?
Yuk simak cerita selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 29
Waktu bergulir cepat, pukul empat sore Xavier menyelesaikan pekerjaannya. Setelah itu dia membawa keluarganya pergi meninggalkan perusahaan, dan menuju ke salah satu pusat perbelanjaan.
Pria turun dari mobil dan di susul oleh Divana dan juga kedua anak mereka, setelah itu Xavier menyerahkan mobilnya pada petugas vale.
Mereka berempat berjalan masuk kedalam mall, kembar begitu semangat saat tahu akan diajak berbelanja.
"Papa lihat, mobilnya beval cekali, Noel mau beli mobil-mobilan itu papa" pinta Noel dengan tatapan memohon. Sejak dulu dia sangat ingin membeli mobil remot yang berukuran besar yang dapat ia tumpangi, hanya saja Divana selalu melarangnya. Sebab, harganya lumayan mahal.
"Jangan beli mobil itu pasti harganya mahal, kasihan papa nanti uangnya habis" tegur Noah.
"Memangnya papa nda puna uang ya, Noah? kata kamu papa punya hotel, belalti uangnya banyak cih" kata Noel.
"Uang papa memang banyak, tapi sudah habis buat bangun hotel" balas Noah, anak kecil itu jauh lebih dewasa dari sang adik.
Noel mencoba mencerna ucapan kembarannya itu, lalu tak lama ia mengangguk kecil.
"Nda jadi beli mobilnya deh pa" ujar Noel, mengurungkan niatnya membeli mobil tersebut, dia merasa ucapan kembarannya itu ada benarnya juga.
"Uang papa masih banyak kok, Noel kalau mau mobil itu beli aja" kata Xavier, bahkan dia bisa beli mobil yang sesungguhnya untuk mereka berdua.
"No papa, nanti uang papa habis, Noel macih punya mobil-mobilan kok di lumah" ucapnya.
"Terus kita beli apa" tanya Xavier bingung, uangnya seakan tidak laku untuk mereka.
"Kita beli yang mulah aja, bial uang papa nda habis, iya kan Noah" jawab Noel.
Noah membalasnya dengan anggukan. Diam-diam Xavier berterima kasih kepada istrinya yang sudah mendidik putranya dengan pintar seperti mereka.
Mereka lanjut berjalan mengelilingi mall, dan masuk ke salah satu toko mainan. Noah dan Noel membeli mainan, masing-masing hanya mengambil satu mainan.
"Cuma satu? Kenapa tidak ambil lagi" tanya Xavier bingung, sungguh kedua putranya terlalu irit.
"Satu saja pa, mainan kami sudah banyak" jawab Noah.
Mereka kemarin mendapatkan hadiah mainan dari kakek dan neneknya, dan juga dari saudara Xavier yang lain. Mainan itu menumpuk di rumah, dan masih banyak yang belum mereka mainkan.
Tapi tanpa sepengetahuan mereka, diam-diam Xavier membeli mobil-mobilan yang putranya inginkan. Dia meminta kepada karyawannya untuk langsung di kirim ke mansion.
"Kita beli apa lagi" tanya Xavier setelah membayar mainan kedua putranya.
"Beli kebutuhan mereka saja, susu mereka sepertinya sudah habis" kata Divana.
"Kamu tidak ingin membeli tas atau baju mungkin" tawar Xavier.
"Tidak, bajuku masih bagus-bagus" tolak Divana.
Xavier hanya mampu menghela nafas, sepertinya lain kali dia tidak perlu bertanya, dia belikan langsung saja untuk istrinya.
Akhirnya mereka menuju ke lantai dua untuk membeli kebutuhan putranya.
"Mama Noel mau susu laca ctlawbelly" pinta Noel sambil melompat lompat.
"Noah yang coklat ma" seru Noah.
"Iya sayang" jawab Divana.
Xavier membantu mendorong troli dan sang istri yang mengambil barang belanjaannya, sementara kembar berlomba lomba memasukkan cemilan yang ia suka kedalam troli, mereka terlihat sangat antusias.
Xavier bisa menilai kedua putranya itu lebih menyukai makanan daripada mainan.
Dia dengan setia mengikuti mereka, hingga tak terasa troli itu penuh dengan belanjaan. Divana sampai kaget melihat belanjaannya yang begitu banyak.
"Banyak sekali" ucapnya.
"Sudah tidak apa-apa, kalau masih ada yang kurang beli lagi aja" ucap Xavier.
Divana menggelengkan kepalanya, dia merasa belanjaannya sudah lebih dari cukup.
"Sini troli nya biar aku yang bayar" pinta Divana merasa tidak enak hati kalau harus menyuruh suaminya membayar semua belanjaannya, apalagi belanjaanya sangat banyak sekali.
Maklum saja, dulu saat dengan Samuel, Divana lah yang selalu memenuhi kebutuhan pria itu. Itu sebabnya dia merasa aneh ketika di treat layaknya princess oleh Xavier.
"Apasih kamu, sudah biar aku aja yang bayar" ucap Xavier tidak suka, dia seorang kepala keluarga sudah seharusnya menjadi tanggung jawabnya memenuhi kebutuhan istri dan anaknya.
Xavier membawa belanjaannya kekasir untuk membayar belanjaannya. Setelah di hitung dia memberikan kartu hitamnya pada kasir.
"Terima kasih tuan" ucap Kasir sembari mengembalikan kartu hitam milik Xavier.
Dia menghampiri istrinya yang sedang duduk bersama putranya.
"Ayo pulang" ajak Xavier.
Divana hanya diam saja tidak membalas, Xavier yang melihat hal itu memicingkan matanya melihat perubahan istrinya. Divana berubah menjadi pendiam, dan pandangannya sedikit kosong.
"Kenapa dia" tanya Xavier dalam hati.
