NovelToon NovelToon
Loka Pralaya: The Begining

Loka Pralaya: The Begining

Status: sedang berlangsung
Genre:Matabatin / Dunia Lain / Perperangan / Pusaka Ajaib
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Margiyono

Dunia ini bernama Loka Pralaya, satu dunia di antara banyak dunia lain di alam semesta ini, sebuah tempat penuh misteri. Di tempat ini, desiran anginnya adalah nafas yang memberi kehidupan bagi penghuninya. Energinya berasal dari beragam emosi dan perasaan segenap makhluk yang ada di dalamnya. Keharmonisan yang mengikat alam ini, mengabadikan keberadaanya di antara banyak dunia lain di alam semesta. Senyum ramah adalah energi yang membangun, menumbuhkan benih-benih yang di tanam di tanahnya, kebaikan kecil yang dilakukan akan memberi dampak besar bagi kelangsungan dunia ini. Pepohonannya adalah mata dan telinga bagi segala peristiwa yang berlangsung di dalamnya. Batu-batu yang berserakan di pantai, menjadi penyimpan memori abadi bagi kejadian-kejadian penting yang terjadi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Margiyono, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tiga Serangkai

Setelah mereka memasuki rumah itu, Wulan sebera meminta Prita untuk duduk di atas kursi yang ada di ruang tamu. Prita masih merasakan pusing akibat latihannya mengungkap memori batu ketiga. Wulan mengambilkan minum dan diberikannya kepada Prita.

“Ini, minumlah dulu, “ kata Wulan, “kamu harus memulihkan tenagamu.” Lanjutnya.

“Iya, terimakasih Wulan.” Jawab Prita sambil memegang minuman itu, kemudian ia meminumnya seteguk demi seteguk.

Setelah kondisi kesadaran Prita benar-benar pulih, Wulan mencoba untuk bertanya.

“Prita?”, tanya Wulan, “bagaimana kondisimu?” lanjutnya.

“Aku, aku sudah merasa lebih baik, Wulan, terimakasih ya,...untung ada kamu.” Jawab Prita.

Wulan tersenyum mendengar jawaban Prita.

“Iya, syukurlah,..” Wulan berhenti sesaat, “apa kamu sudah siap untuk menceritakan apa yang kamu alami?, ..” tanya Wulan.

“Iya, Wulan, setelah memegang batu yang ketiga, ..” jawab Prita, “seperti sebelumnya aku merasakan hawa panas yang menjalar dari batu itu, kemudian getarannya juga aku rasakan, namun ... “ Prita berhenti sejenak.

“Kenapa, Prita?” tanya wulan.

Prita nampak menghela nafasnya. “Sesaat setelah batu itu bergetar, aku merasa seperti terbawa ke dalam sebuah tempat,...” kata Prita.

Wulan mengerutkan dahinya mendengar ucapan Prita, ia menunggu Prita untuk melanjutkan ceritanya.

“Aku melihat tempat itu, seperti di halaman Gubuk Manah, ehmm,,, aku rasa memang di sana.” Jawab Wulan sambil mengingat kembali peristiwa yang dialaminya itu. Wulan mendengarkan cerita Prita dengan penuh perhatian, ia mencoba memberikan waktu kepada Prita untuk meneruskan ceritanya.

“Namun, ... “ kata Prita pelan, mencoba mengingat kembali apa yang dilihatnya dalam ketidak sadarannya itu.

“Kenapa Prita?” tanya Wulan.

“Namun, saat aku melihat ketiga orang yang berdiri di hadapan Nyi Lirah, aku merasakan ada sesuatu yang aneh, Wulan...” kata Prita.

Wulan mengerutkan dahinya saat mendengar keterangan Prita, “ketiga orang?” kata Wulan. Sepertinya ia baru mengerti siapa yang dimaksud dengan ketiga orang itu. Karena Wulan tahu betul bahwa batu Zato yang berwarna kuning kemerahan itu memang tercipta saat peristiwa ketiga orang itu di angkat menjadi para ketua jaga atau pemimpin pasukan penjaga klan Lontara. Ia seperti melihat kembali peristiwa itu.

“Penglihatan kamu tidak salah Prita, “ kata Wulan, “batu zato yang kamu pegang itu memang menyimpan memori tentang tiga orang itu.” Jawab Wulan.

“Siapa ketiga orang itu, Wulan?” tanya Prita.

“Ketiga orang itu adalah Bei Tama, Bei Rangga dan Bei Tantra,... “ jawab Wulan, “mereka bertiga adalah kesatria pilihan yang dimiliki oleh klan Lontara.” Lanjutnya.

“Hmm, begitu ya?” kata Prita.

“Kenapa Prita, ada apa dengan ketiga orang itu?” tanya Wulan.

Prita ragu untuk menjawab pertanyaan Wulan, tapi akhirnya ia melanjutkan ucapannya.

“Hmm, ... mungkin itu hanya perasaanku saja ya, Wulan?” kata Prita, “ aku merasakan getaran energi yang kurang baik saat aku memandang kepada Orang kedua yang berdiri di bagian tengah dari ketiga orang itu.” jawab Prita.

“Hmm,... “ kata Wulan sambil menggigit bibirnya, dari sorot matanya terlihat ia sedang berpikir mendengar ucapan Prita itu.

“Itu Bei Tantra, Prita.” Jawab Wulan, “sedangkan yang berdiri di sebelah kanan adalah Bei Rangga dan yang sebelah kirinya Bei Tama.” Kata Wulan menjelaskan.

“Oh, iya... “ jawab Prita, namun dari nada bicaranya ia masih menyimpan sesuatu terhadap sosok itu.

Dengan tatapan mata penuh selidik, Wulan mencoba membaca apa kira-kira yang ada di dalam pikiran Prita.

“Apa yang kamu rasakan saat melihat Bei Tantra?” tanya Wulan selanjutnya.

“Tapi, aku minta maaf ya Wulan, aku tidak bermaksud berprasangka buruk kepada beliau, “ kata Wulan terhenti sejenak.

“Iya, katakan saja, siapa tahu aku bisa membantumu untuk mencari jawabannya.” Kata Wulan meyakinkan Prita.

“Awalnya, saat aku melihat ketiga orang itu, perasaanku biasa saja, ...” kata Prita terhenti sejenak, “namun saat pandanganku tertuju ke arah Bei Tantra, tiba-tiba saja ada getaran energi yang berat aku rasakan,..” ucap prita.

“Energi yang berat?, ... “ tanya Wulan, “coba kamu jelaskan, aku masih kurang mengerti.” Kata Wulan.

Prita menghela nafasnya dalam-dalam, ia berusaha tenang dan mencoba menyusun kata-kata agar tidak disalah artikan oleh Wulan.

“Iya, saat aku melihat sosok Bei Tantra, tiba-tiba saja dadaku terasa sangat berat, seperti ada kekuatan yang ingin menusuk jantungku,” kata Prita, “itulah mengapa aku tak sanggup lagi menguasai kesadaranku, dan seperti yang kamu lihat  sendiri,..aku terbawa ke dalam tarikan energi itu. “ jawab Prita.

Wulan mendengarkan ucapan Prita dengan sungguh-sungguh, kemudian setelah beberapa saat, ia kembali tersenyum kepada Prita.

“Oh, tidak apa-apa, Prita, “ kata Wulan, “Bei Tantra adalah seorang yang baik, dia adalah ayah dari Carla, dan aku sudah mengenalnya sejak kecil.” Jawab Wulan.

“Oh, jadi beliau adalah ayah dari Carla?” tanya Wulan.

“Iya, dan menurutku, barangkali itu karena kamu baru pertama kali memegang batu Zato yang agak besar, ..” lanjut Wulan,” tapi aku percaya, nanti kamu akan bisa lebih menguasai energimu.” Katanya sambil tersenyum kepada Prita.

Prita mengangguk mendengarkan penjelasan Wulan, sikapnya nampak lega, walaupun di dalam hatinya, ia masih menyimpan sebuah perasaan yang kurang sreg terhadap sosok Bei Tantra, namun semua itu dipendamnya dalam hati, ia berpikir tidak ingin berprasangka buruk dan merusak hubugan Wulan dengan teman baiknya-Carla, yang sudah ia kenal semenjak masih kanak-kanak.

Udara pagi berangsur terasa hangat, pertanda hari sudah mulai siang. Wulan dan Prita sepakat untuk menghentikan latihannya hari itu, mereka kemudian keluar dari rumah Wulan, berjalan kembali ke arah Gubuk Manah, sedangkan pikiran kedua gadis itu mungkin sedang menerawang ke arah yang berbeda.

1
liynne~
semangat, and done ya/Chuckle/
Dewi Ular🐍💆🏻‍♀️
Prita? Nama yang indah/Drool/
Margiyono: he.he.. trmksh kak.. padahal aslinya itu polypropilen.. loka pralaya itu asli ada di dunia nyata.. cuma seting karakter dan tokohnya saja.. alurnya sama dg yg di dunia nyata
total 1 replies
Andressa Maximillian
plis
Andressa Maximillian
menurutku ceritanya bagus, dunia yang dibangun penuh misteri dan kejutan
Margiyono: terimakasih
total 1 replies
Andressa Maximillian
wah.. seru nih. ditunggu kelanjutannya
Margiyono
siap, terimaksih...
Margiyono
oke
Andressa Maximillian
lanjut
Andressa Maximillian: semangat
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!