NovelToon NovelToon
Kupu-Kupu Tanpa Tuan

Kupu-Kupu Tanpa Tuan

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / berondong / Sistem / Single Mom / Identitas Tersembunyi / Fantasi Wanita
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: JWin

Rhea adalah sahabat lamaku.

Seorang wanita muda yang cantik dan juga periang.


Dua tahun kami tidak pernah saling berkomunikasi dikarenakan kesibukan kami masing-masing.


Hingga hari itu dia meneleponku dan mengajakku bertemu.


Kukira pertemuan itu akan menjadi ajang reuni kami yang seru namun ternyata semua diluar perkiraanku.


Tujuan Rhea menemuiku adalah untuk membagikan kisahnya.

Kisah yang selama ini ia tutup dan pendam rapat-rapat.

Kisah yang sama sekali tidak aku duga yang dialami oleh sahabat dekatku sendiri.

Kisah yang membuat hidup Rhea berubah.


Bisakah aku membantu Rhea meluapkan segala keluh kesahnya?!

Atau justru aku ikut masuk dalam lingkaran kisah sahabatku sendiri?!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JWin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Putih dan bersih

Pakde Marto dan Rhea akhirnya sampai di alamat ya dituju perumahan Mahadewi salah satu perumahan elite di kawasan bilangan Jakarta selatan.

Perumahan itu nampak begitu rapih dan mewah, dengan penjagaan satpam yang super ketat. 

Dipojok gerbang terdapat bangunan kecil bertuliskan pos satpam. Dan terlihat beberapa pria dengan seragam warna krem sedang duduk di teras pos tersebut.

“Akhirnya sampai juga kita nak di alamat yang teman pakde berikan,” ujar pakde Marto.

Belum sempat Rhea menjawab tiba-tiba ada sesosok lelaki tinggi besar menghampiri Rhea dan pakde Marto. 

Perawakannya tinggi gagah belum lagi ditambah dengan kumis tebal menghiasi wajah lelaki itu menambah kesan sangar pada dirinya. Lelaki itu mengenakan baju krem bertuliskan namanya diatas kemeja saku yang ia kenakan. Sesekali lelaki tersebut melirik nakal kearah Rhea.

“Selamat pagi pak, sedang mencari siapa ya dan ada keperluan apa bapak kemari?” Tanya lelaki tersebut secara tegas pada pakde Marto.

“Kami mencari rumah nyonya Sulastri pak.” Jawab pakde Marto secara menyerahkan secarik kertas yang bertuliskan nama nyonya Sulastri dan alamat rumahnya.

“Ohh bapak sedang mencari alamat nyonya Sulastri?” Ucap lelaki tersebut dengan ekspresi berubah menjadi ramah 

“Perkenalkan saya pimpinan satpam di perumahan ini, kalau bapak ingin ke rumah nyonya Sulastri dari sini bapak tinggal lurus lalu belok kanan, rumah cat putih.” Terang lelaki itu sembari sesekali masih melirik ke arah Rhea, yang tentu saja membuat Rhea merasa semakin tidak nyaman.

“Baik terimakasih banyak pak.” Ucap pakde Marto sambil berlalu diikuti Rhea yang langsung buru-buru mengikuti langkah pakde Marto.

Sebelum benar-benar jauh melangkah masuk ke dalam perumahan Mahadewi  Rhea menyempatkan menoleh kebelakang matanya tertuju pada lelaki satpam tadi yang ternyata masih mengamati mereka dari jauh.

Didalam perumahan itu terdapat banyak sekali bangunan rumah mewah, yang dikelilingi oleh pagar-pagar beton yang cukup tinggi.

Disepanjang jalan perumahan pun ditumbuhi berbagai pohon besar yang terlihat cukup terawat dan rapih.

“Perumahan semewah ini tapi kok suasananya sepi ya, padahal hari masih pagi, apa mungkin karena ini hari Minggu?. Gumam Rhea dalam hati.

“Nah akhirnya sampai juga kita nak.” Ujar pakde Marto sumringah yang tentu saja membuat Rhea kaget dari lamunannya.

Belum selesai rasa kaget yang diakibatkan pakde Marto, perasaan Rhea dibuat makin kaget ketika mata gadis itu melihat penampakan bangunan rumah didepannya itu.

Dibandingkan dengan rumah lain disekitarnya rumah nyonya Sulastri nampak terlihat lebih besar dan mewah.

Rumah itu juga berdiri dengan megah dan kokohnya. Rumah itu nampak terdiri dari tiga lantai. Terlihat pagar putih dari beton menjulang tinggi mengitari setiap sudut rumah itu. 

Seolah-olah menjaga agar orang asing tak bisa sembarangan masuk. Jangankan untuk masuk, untuk melihat isi didalamnya pun tak akan bisa.

Di Bagian depannya terdapat pintu gerbang yang juga tak kalah tingginya.

Pintu gerbang rumah itu bercat putih dengan hiasan ornamen malaikat pada setiap ujung besinya.

Bagi Rhea ini bukan sekedar rumah, ini istana.

"Permisi...!!" teriak pakde Marto sambil sesekali melongok kedalam halaman rumah tersebut melalui celah-celah gerbang.

Tiba-tiba dari dalam muncul seorang satpam tinggi kurus "bapak siapa ya dan sedang mencari siapa pak..?!" sapa satpam tua itu.

"Saya Marto.. Saya sedang mencari nyonya Sulastri dan ingin menemui beliau." ucap pakde Marto lugas.

"Ohh anda yang bernama pak Marto, kebetulan nyonya Sulastri sudah menunggu bapak di dalam, mari masuk pak." ucap satpam tersebut ramah sembari membukakan pintu gerbang rumah mewah itu.

Baru beberapa langkah masuk ke halaman rumah tersebut, Rhea dibuat semakin takjub. Rumah itu tidak hanya terlihat besar dan mewah dari luar tapi ternyata memang benar-benar sangat luas sekali.

Halaman rumah itu ditumbuhi dengan berbagai macam tanaman hias yang tertata rapi di setiap sudut taman, tanahnya ditumbuhi hamparan rumput hijau yang juga terlihat sangat terawat.

di beberapa sudut juga tumbuh beberapa pohon besar yang membuat suasana halaman rumah mewah itu terkesan asri dan juga sejuk.

Dibeberapa bagian taman pun terdapat beberapa bangku panjang yang seolah-olah disediakan bagi siapa saja yang ingin duduk sembari menikmati keindahan taman halaman rumah itu.

Tiba-tiba mata Rhea tertuju pada bangunan rumah yang letaknya diujung taman tersebut, dibandingkan bangunan rumah utamanya, bangunan rumah itu terlihat lebih minimalis namun tetap terlihat sangat rapi dan mewah.

didepan rumah kecil itu terdapat teras dengan meja kecil dan dua kursi yang disusun disamping pintunya.

Namun dibalik rasa takjubnya itu Rhea menyimpan suatu pertanyaan didalam hatinya,

"Seperti apakah rupa pemilik rumah ini?"

"Lalu kenapa pakde mengajakku kesini?" bisik Rhea dalam hati, yang tentu saja ungkapan tersebut tidak berani gadis itu utarakan pada pakdenya.

"Mari pak, ikuti saya masuk..." ujar satpam tersebut yang dari nama diatas sakunya bertuliskan Ratno.

Dengan hati yang masih takjub, Rhea bersama pakde Marto pun mengikuti pak Ratno masuk kedalam rumah tersebut untuk bertemu nyonya Sulastri.

Sesampainya didepan pintu rumah megah itu pak Ratno segera memencet tombol disamping pintu yang ternyata adalah sebuah bel pintu.

Tak berapa lama pintu rumah tersebut terbuka dan dari dalam muncul sesosok wanita cantik paruh baya.

Wanita tersebut menggenakan dress warna biru pastel, rambut wanita tersebut tertata sangat rapi dengan warna semir merah pudar, alisnya tebal, di dagunya terdapat tahi lalat kecil.

Wanita tersebut menggunakan gincu merah tua. Yang semakin menambah kesan elegan pada penampilan wanita tersebut.

Diusianya yang sudah tak lagi muda, raut wajah wanita tersebut terlihat sangat tegas namun nyaris tanpa kerutan, kulit nya pun mulus bagaikan porselen dari dinasti kerajaan.

Rhea pun memandangi wanita tersebut dari atas rambut hingga ujung kuku wanita tersebut yang terlihat menggunakan kutek berwarna merah menyala

"Pasti wanita ini sombong dan galak." pikir Rhea dalam hati.

"Permisi nyonya, ini pak Marto sudah datang." ujar pak Ratno.

"Beliau ini pak yang bernama nyonya Sulastri, pemilik rumah ini." lanjut pak Ratno.

"Permisi nyonya... Perkenalkan saya Marto dan ini ponakan saya Rhea." sapa pakde Marto sambil mengulurkan tangannya kearah wanita tersebut.

Tak disangka-sangka wanita tersebut membalas jabatan tangan pakde Marto.

"Saya Sulastri.. Pemilik rumah ini." jawab wanita tersebut dengan senyum ramah disertai dengan menjabat tangan pakde Marto dan juga tentu saja Rhea.

"Mari pak Marto masuk pak... Sudah dari kemarin lho saya menunggu, saya menunggu." ajak nyonya Sulastri.

"Dan kamu, Ratno, kamu boleh kembali ke pos jaga, sekalian bukakan gerbang jika non Aulia pulang." ucap nyonya Sulastri dengan anggunnya.

"Baik Bu ..." jawab pak Ratno sambil berbalik meninggalkan kami bertiga.

Setelah itu nyonya Sulastri masuk kedalam rumah dan tentu saja diikuti oleh pakde Marto dan juga Rhea.

"Mari silahkan duduk..." ucap nyonya Sulastri begitu ampai di ruang tamu.

Alangkah takjubnya Rhea melihat isi rumah tersebut. Ruangannya begitu luas dihiasi dengan patung-patung cantik nan estetik.

Rumah itu juga terlihat sangat rapi dengan gaya artistik modern. ditengah ruangan juga terdapat tangga yang begitu besar yang menghubungkan kelantai atas rumah tersebut.

Selain itu terdapat juga beberapa barang-barang mewah yang tertata cukup rapi. Bahkan disudut ruangan terdapat piano yang ukurannya yang cukup besar.

"Mau minum apa?" tawar nyonya Sulastri yang tentu saja membuat Rhea kaget dan tersadar dari rasa takjubnya.

"Tidak usah repot-repot nyonya..." jawab pakde Marto sungkan.

"Tidaklah.. sama sekali tidak repot." jawab nyonya Sulastri.

"Min.. Minah..." teriak nyonya Sulastri yang diikuti keluar nya wanita tua dari arah belakang.

"Iya nyah.. Nyonya memanggil saya?!" jawab wanita itu sopan.

"Tolong kamu bikinkan tamu saya minum, setelah itu rapihkan kamar tamu untuk mereka istirahat sejenak." perintah nyonya Sulastri secara lembut.

"Baik nyah..." jawab wanita tua yang bernama Bu Minah tersebut sambil bergegas menuju dapur.

"Jadi ini keponakan bapak, yang tempo hari bapak ceritakan kepada saya?" ucap nyonya Sulastri membuka obrolan.

"Iya benar nyah.. dia Rhea keponakan saya, yang nanti akan bekerja disini...." ujar pakde Marto lirih.

"Be... Be.. Bekerja disini." ucap Rhea gagap.

"Iya nak.. Kamu nanti akan bekerja disini membantu nyonya Sulastri dirumah beliau." ucap pakde Marto sambil mengelus pundak Rhea...

"Kenapa nak kamu, apakah kamu keberatan..? Tanya pakde Marto mulai gusar.

"Tii... Tii.. Tidak pakde, Rhea sama sekali tidak keberatan." jawab Rhea masih dengan terbata-bata.

Didalam hidup manusia hanya berhak atas dua pilihan..

maju atau mundur.

besar atau kecil.

mau atau tidak mau.

"Syukurlah kalau kamu tidak keberatan nak." ujar pakde Marto lega.

"Jadi apakah keponakan saya diterima bekerja disini nyah?" tanya pakde Marto pada nyonya Sulastri.

Nyonya Sulastri pun langsung menjawab "tentu saja bisa pak."

"Lalu kapan saya bisa bekerja nyonya?" tanya Rhea dengan ragu-ragu.

Dipandanginya Rhea oleh nyonya Sulastri secara dalam-dalam...

"Besok...." ucap nyonya Sulastri sambil tersenyum simpul.....

1
St
suka
St
ditunggu update nya lagi thor. penasaran.
Amelia Quil
Enak banget karya ini, aku nggak sabar nunggu kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!