Kupu-Kupu Tanpa Tuan

Kupu-Kupu Tanpa Tuan

when we meet...

When We Meet..

Tidak ada yang berbeda siang itu selain matahari yang nampak terik dibandingkan hari-hari sebelumnya.

“Ah rasanya malas sekali kaki ini melangkah keluar rumah.” gumamku.

Ya andai saja siang itu aku tidak mengiyakan ajakan Rhea sahabat lamaku, mungkin aku sudah enak-enakan rebahan dikamar sembari memutar musik favorit ku.

Akhirnya dengan langkah kaki yang malas ku putuskan juga mengeluarkan motor kesayanganku untuk bergegas ke kafe Santa tempat aku janjian dengan Rhea.

Ku kendarai motor dengan santai sambil sesekali melihat jam ditangan. 

Panas dan macet jalanan jakarta sedikit terabaikan dengan pikiran yang sedari pagi menyelimuti otakku. 

“ada apa gerangan tiba-tiba Rhea mengajakku bertemu secara mendadak”

“Mungkin saja dia rindu denganku” candaku dalam hati.

Kurang dari 15 menit akhirnya aku sampai di kafe Santa, ku parkirkan motorku dan bergegas masuk ke kafe tersebut.

Siang itu suasana kafe masih belum terlalu ramai lalu ku pilih bangku dipojok kafe, agar Rhea bisa melihatku seandainya nanti dia datang.

Jam sudah menunjukkan tepat pukul satu siang. Belum ada tanda-tanda kehadiran Rhea.

“Mungkin dia sedang terjebak macet, apalagi ini weekend” pikirku.

“Permisi mas ada yang mau dipesan?” ucap seorang pelayan kafe sambil menyodorkan daftar menu.

“Satu es coklat sama satu nasi goreng mbak.” Jawabku sambil tersenyum tipis.

“Baik mas, mohon ditunggu ya.” Balas pelayan tersebut sambil berjalan meninggalkanku.

Sesaat setelah pelayan kafe itu pergi, dari balik kaca jendela mataku tertuju pada sesosok wanita paruh baya yang sedang menuju kearah pintu kafe. 

Wanita itu terlihat sangat modis, padahal dia hanya menggenakan kaos polos beserta celana jeans ketat, tapi entah kenapa nampak begitu cantik ditambah dengan rambut pendek sebahu yang semakin terlihat kontras dengan warna kulitnya yang kuning langsat.

Dan ternyata sosok itu adalah Rhea sahabat lamaku.

“Hai Je, sudah lama, sorry tadi macet banget.” Sapa Rhea membuyarkan lamunanku.

“Eee..enggak kok, santai.” Jawabku terbata-bata.

“Duduk Rhe, mau pesan apa? Biar sekalian aku pesankan.” Ucapku ramah.

“Udah gampang nanti aja.” Jawab Rhea sambil menyalakan rokok mentol favoritnya.

Belum sempat aku menanyakan kabarnya tiba-tiba tangan Rhea menepuk pundak ku. “Aku tau kamu sedang membutuhkan materi penulisan, tulis saja kisahku” ucap Rhea gamblang.

“Ahh ngaco kamu, enggak ah Rhe. Jangan bercanda kamu.” Ucapku berusaha menolak

“Aku serius Je, tuliskan saja kisahku, anggap saja ini sebagai luapan isi hatiku.” Ucap Rhea dengan suara yang mulai lirih.

Dan aku pun terdiam.

Lalu ku beranikan diriku untuk menatap wajah Rhea dalam-dalam.

Seketika itu juga aku mengerti.

Aku menemukan jawaban tanpa harus bertanya.

Aku menemukan penderitaan yang begitu besar disorot mata Rhea…

"Ok jika itu ingin mu Rhe." jawabku singkat dengan masih menatap mata Rhea yang terlihat mulai basah oleh air mata.

kuambil tisu yang sedari tadi tergeletak diatas meja lalu ku usap mata wanita yang sedari tadi duduk di hadapanku.

"Terimakasih banyak Je." ucap Rhea lembut sembari tersenyum tipis.

Senyum yang pengharapan seolah-olah beban hatinya akan segera tertuang kan.

Lalu ku letakkan posisi duduk ternyaman agar bisa mendengarkan apa yang sesungguhnya ingin Rhea ceritakan.

"Ok, ceritakan apa yang ingin kamu ceritakan." bisikku pada Rhea lirih.

Dan Rhea pun menghela napas sambil mengangguk pelan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!