Di Buang Ayah Dan Ibu
"Mau sampai kapan anak-anak mu akan tinggal bersama kita? Bukankah kau berjanji hanya si sulung saja yang ikut?"
"Tapi, aku tidak bisa berpisah dengan mereka. Mereka anak-anak ku."
"Lalu, bagaimana dengan anak ku? Apa karena anakku bukan darah daging mu, lalu kau bisa berkata seperti itu?"
"Bukan begitu maksud ku."
"Rumah ini bukan panti asuhan Naina! Kita tidak mungkin terus menampung anak-anak mu dan selalu memberi mereka makan. Itu semua tidak gratis.
"Mengapa kau berkata seperti itu? Bukankah sebelum kita menikah kau sudah tahu kalau aku memiliki tiga orang putri?"
Teriakan demi teriakan sudah biasa aku dengar saat malam hari. Ku lihat dua adikku yang sudah terlelap dengan cepat malam ini.
Seandainya aku bisa memilih, aku tidak ingin dilahirkan di keluarga ini. Apa kah kami bahkan bisa memilih? Bukan kah sebagai orang dewasa mereka terlalu egois.
Ketika kami belum hadir di dunia, kami selalu di impikan. Namun, ketika kami sudah berwujud menjadi anak manusia, kami sering di abaikan oleh orang dewasa.
Ayah dan Ibu sudah bercerai. Ayah sudah menikah lagi dan Ibu pun demikian. Selama ini, kami ikut ibu karena Ibu lah yang bekerja.
Ayah adalah laki-laki pemalas yang setiap hari nya hanya main ju di dan menghabiskan uang dengan mudah nya.
Tinggal dengan Ayah sama saja seperti bu-nuh diri. Kalau tidak dijual ke tempat kupu-kupu malam, ya akan di jual ke pencari organ.
Saat ini aku harus memutar otak untuk masa depan adik-adik ku. Jika mereka harus pergi, aku pun akan melakukan hal yang sama.
*****
Keesokan hari nya saat sarapan, Ibu membahas tentang sekolah adik yang akan di pindahkan ke kota dimana Ayah tinggal.
"Maksud Ibu apa? Ibu mau Tania dan Tasya ikut tinggal bareng Ayah? Gitu?"
"Ya. Dia kan Ayah kalian. Seharusnya dia harus bisa sedikit lebih bertanggung jawab. Jangan semua-semua nya Ibu yang pikirkan."
"Apa itu adalah salah kami bu?"
Talita Sudrajat, anak sulung dari pasangan Anton Sudrajat dan Naina Gunawan. Awal pernikahan mereka sangat lah bahagia. Keluarga Sudrajat adalah salah satu pengusaha ternama di bidang fashion.
Keluarga itu bangkrut karena di ti pu oleh orang kepercayaan mereka yang tidak lain adalah sahabat dari kakek nya Talita.
Semenjak itu, Anton sering uring-uringan. Ia habiskan seluruh aset nya di meja ju di. Naina yang memang masih bekerja hampir setiap waktu menutupi kebutuhan rumah tangga.
Namun lama kelamaan, ia juga jenuh. Mau sampai kapan ia akan bertahan dengan laki-laki seperti Anton.
"Jangan bantah perkataan Ibu Talita. Biarkan adik-adik mu tinggal di sana. Kau tetap di sini bersama Ibu."
"Untuk apa aku di sini? Untuk kalian jadikan ba bu gratisan?"
Plak. Plak.
Suara tam paran itu begitu renyah. Membuat sudut bibir Talita mengeluarkan sedikit cairan berwarna merah.
"Jaga ucapan mu Talita. Om Jaka sudah berbaik hati mau menerima kita."
"Kita? Ibu aja kali."
"Terserah apa kata mu. Cepat bereskan barang-barang adik mu dan antarkan mereka ke rumah Ayah nya."
"Apa sekarang Ibu mengusir kami dari rumah kita?"
"Talita, Ibu tidak mengusir mu. Ibu tidak sanggup kalau membiayai kalian sekaligus."
"Lalu, apakah Ibu yakin ayah akan memperlakukan Tania dan Tasya dengan baik? Ayah bahkan hampir menjual ku bu. Apa Ibu lupa."
"Mungkin sekarang Ayah mu sudah berubah."
"Apa Ibu memang tidak menginginkan kami lagi?
Naina tidak menjawab pertanyaan Talita dan langsung membuang muka. Talita sangat ben ci kondisi ini.
Talita pun pergi dan tidak ingin mendengar perkataan Ibu nya lagi. Ia menatap sinis ke arah saudara tiri yang selalu di nomor satukan itu.
Ia sangat memben ci nya saat ini.
Semenjak menikah dengan Jaka, Ibu nya Naina berubah menjadi orang lain. Ibu nya bahkan tidak pernah membantah apapun perkataan suaminya.
"Kita mau kemana kak? Tasya masih mau sama Ibu."
Tasya heran melihat barang-barang mereka yang sudah di masukkan ke dalam koper.
"Iya sayang. Kita pergi duluan aja ya. Nanti Ibu nyusul."
"Kakak nggak bohong kan. Setiap malam, kakak selalu saja ngomong begitu. Tapi buktinya pas pagi, Tasya lihat Ibu keluar dari kamar Andi."
"Kan Ibu harus bangunin Andi juga kayak Ibu bangunin kita pas subuh."
Tasya tampak serius berfikir. Anak berumur 4 tahun itu sangat lah manja. Sebelum Naina menikah, Tasya adalah kesayangannya.
"Yuk kita berangkat!"
Saat ini hari libur, jadi Talita akan mencari cara bagaimana bisa mengurus ini semua.
Tampak Ibu Talita berdiri di dalam kamar nya. Bahkan untuk sekedar menyapa saja tidak ia lakukan. Ia malah asyik tertawa dan bercanda ria dengan suami baru nya.
Anak-anak itu mendengar tawa yang begitu menyedihkan bagi mereka.
"Kak, apa Ibu senang kita pergi? Tanya Tania.
" Kita berangkat sekarang ya. Nanti bisa telat jalan-jalan nya. "
"Tapi Tasya masih mau lihat Ibu. Tasya rindu kak."
"Ibu lagi sibuk Tasya. Sebentar lagi pasti akan menyusul kita. Tasya nurut ya sayang."
Gadis kecil itu akhirnya mengangguk dan pergi membawa tas kecil nya keluar. Di depan rumah sudah menunggu taksi online pesanan Talita.
"Selamat tinggal Ibu. Semoga Ibu bahagia."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 137 Episodes
Comments
Marianti Lim
inilah sifat manusia yg sulit utk dihilangkan...belum ada memohon kpd tuhan n mencoba segala cara eee sekali udah dapat sering dilupakan atau tidak dipedulikan, paling parah tiba2 jadi beban hidup.
2024-11-18
0
Siti Marwah
ngga banget ini keluarga.anak kandung disia siain..Allah lsg yg akan membalasnya
2024-11-14
0
Oom aqilla zalfa Bulandari
baru bab 1 udah ikut mewek baca'a
2024-11-21
0