NovelToon NovelToon
DARAH SOKA

DARAH SOKA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Penyelamat
Popularitas:439
Nilai: 5
Nama Author: Chira Amaive

Shinkai. Sosok lelaki berusia 25 tahun. Ia tinggal di sebuah rumah sewa yang terletak tepat di sebelah toko bunga tempat ia berada saat ini. Toko bunga itu sendiri merupakan milik dari seorang wanita single parent yang biasa dipanggil bu Dyn dan memiliki seorang anak laki-laki berusia 12 tahun. Adapun keponakannya, tinggal bersamanya yang seringkali diganggu oleh Shinkai itu bernama Aimee. Ia setahun lebih tua dibanding Shinkai. Karena bertetangga dan sering membantu bu Dyn. Shinkai sangat dekat dengan keluarga itu. Bahkan sudah seperti keluarga sendiri.

Novel ini memiliki genre action komedi yang memadukan adegan lucu yang bikin tertawa lepas, serta adegan seru yang menegangkan dari aksi para tokoh. Adapun part tertentu yang membuat air mata mengalir deras. Novel ini akan mengaduk perasaan pembaca karena ceritanya yang menarik.

Yuk, baca kisah lengkap Shinkai dengan aksi kerennya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chira Amaive, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 19

“Apa?” Shinkai bertanya singkat saat ia berada depan pintu rumahnya dan mendapati Aimee di depan pintu saat dibuka. Shinkai hendak menuruti kemauan surat misterius itu.

“Bu Dyn, May dan Neptune akan ke rumah pelanggan untuk mendekorasi rumah.”

“Lalu, kau takut dan memintaku untuk menemanimu?” tanya Shinkai dengan nada meremehkan.

Pipi Aimee menggelembung, lantas memukul perut Shinkai, “Lihat ini! Kita punya pekerjaan untuk mengantar pesanan sekarang karena tadi sore pelanggan banyak sekali dan tidak ada yang menjaga toko kalau aku pergi. Jadi, pesanan ini hanya bisa diantar malam ini.”

Shinkai mengangkat bahu, “Aku sibuk sekarang. Cari orang lain saja.”

Tanpa menjawab lagi, Aimee melesat pergi karena kesal. Tampak dari tempat Shinkai berada, gadis itu tidak kembali ke rumahnya. Melainkan berjalan melewatinya. Sudah dapat dipastikan, bahwa Aimee akan pergi mengantar bunga itu sendirian.

Dilema antara banyak kemungkinan. Dalam surat tersebut, ia diminta untuk ke kampong Tanduk Lebah dengan ancaman orang-orang terdekatnya akan terancam. Di sisi lain, jika ia pergi ke Tanduk Lebah dan membiarkan Aimee berjalan sendirian, kemungkinan itu juga akan berbahaya.

PLAKKK.

Shinkai menampar dirinya, “Setidaknya dia punya pelindungn jika ia tidak sendiri.”

Langkah Shinkai mengarah ke Aimee. Sedangkan di Tanduk Lebah, sebenarnya ia sudah mengajak Taza. Bagaimanapun, dalam surat itu juga tertulis kebiasaan Taza, yakni meninggalkan rumahnya hingga berbulan-bulan.

“Kau serius mau membawa bunga-bunga itu sendiri?” Shinkai bertanya.

Sudah sejak awal ia mengikuti Aimee, gadis itu tidak kunjung bicara. Padahal, tangannya sudah pegal membawa tanaman bunga yang lumayan banyak itu.

“Terserah saja. Aku tidak mau tanggung jawab kalau itu terjatuh.”

Perjalanan berlanjut dengan hening. Rumah demi rumah dilalui. Pohon demi pohon terlewati. Kampong tempat mereka tinggal sudah lewat. Sudah sejauh 100 meter. Masih dalam kondisi hening. Hanya bertemankan suara langkah kaki dan iringan angin. Sesekali Aimee melirik, berharap ditawari bantuan lagi. Telapak tangannya sudah kemerahan setelah sekian menit memegang keranjang bambu berisi tanaman bunga.

Puluhan meter berikutnya. Tenaga Aimee benar-benar terkuras.

“Ekhem.” Aimee bersuara.

Hening. Shinkai berpura-pura tidak mendengar.

“Ekhem.” Aimee masih mencoba.

Sepuluh meter berikutnya.

“SHIN! BANTU AKU MEMBAWANYA!” Lepas sudah rasa kesal Aimee yang tertahan.

“Eh, apa? sang serigala berbulu merah muda ini meminta bantuan?”

Aimee menghentikan langkahnya. Shinkai membiarkannya dan melanjutkan perjalanan. Pemuda itu terus berjalan tanpa menengok ke arah Aimee.

Tepat pada jarak sepuluh meter, Shinkai menengok. Didapatinya ekspresi Aimee sudah seperti monster betina. Barang bawaannya diletakkan di bawah. Shinkai yang sudah puas menjahilinya memutuskan untuk kembali dan membantu Aimee.

WUSHHH

“Aimee, awas!” Shinkai berlari dan langsung melompat jauh untuk menangkap Aimee.

SRETTT.

Senjata yang tiba-tiba melesat itu mengenai bahu Shinkai hingga berdarah. Aimee yang tidak sengaja menyentuh darah itu langsung meneteskan air mata. Shinkai masih dalam posisi mendekap Aimee karena khawatir akan datangnya serangan lanjutan.

“Apa yang terjadi, Shin?” Aimee bertanya dengan suara bergetar.

WUSHHH.

Shinkai mendorong Aimee dan menghindari serangan kedua itu.

“Cih, kenapa mereka selalu tahu keberadaanku,” gumam Shinkai.

Seseorang muncul. Wajahnya tertutup masker dan kacamata hitam. Segera saja Shinkai berlari ke dekat Aimee. Shinkai merasakan bahwa orang itu berbeda. Ia tidak merasa itu adalah orang yang pandai bersembunyi dan menyerang musuh dari belakang. Ia lebih terlihat seperti petarung jarak dekat yang sangat mengandalkan serangan dibanding apapun. Jadi, Shinkai berpikir bahwa bukan orang itu yang melemparkan senjata.

Beberapa meter dari tempat mereka berada, tampak lampu-lampu di pinggir jalan seperti pasar malam.

“Aimee, saat aku minta kau untuk lari, maka pergilah ke tempat terang itu,” bisik Shinkai.

“Tapi, bagaimana denganmu?”

“Aku akan menyusulmu setelah mengalahkannya.”

“Apa kau gila? Lihat saja tubuhnya. Sepertinya tingginya hampir dua meter. Kau bisa diinjak.”

Belum ada pergerakan dari orang misterius itu. Padahal, mereka tidak jauh dari lampu-lampu pasar malam itu. Seharusnya, ada pasukan Gloine yang berpatroli. Namun, belakangan ini penjagaan memang mengendor. Pos mereka masih tersebar. Namun kinerja mereka yang sangat meremehkan marabahaya.

“Justru itu, cepat cari pasukan Gloine untuk menolongku di pasar malam itu,” lanjut Shinkai.

Tarikan napas berat seorang misterius itu terdengar.

Tangan Aimee gemetar memegang lengan Shinkai dari belakang.

“Percaya padaku. Kita akan baik-baik saja. Hapus air mata itu dan berlarilah.”

Tiba-tiba orang itu merangsek maju. Langsung memukul perut Shinkai hingga pemuda itu terlempar ke belakang, bersama dengan Aimee. Bahunya yang terluka terkena benturan cukup keras. Ia berpikir tidak akan bisa bertarung jika masih bersama Aimee.

“Sekali pembunuh tetaplah pembunuh. Tidak peduli sebanyak apapun orang yang kau lindungi.” Orang itu berbicara.

Mata Shinkai membulat kaget. Terlepas dari apa yang diucapkannya, lebih mengejutkan lagi karena suaranya yang tidak asing.

“AIMEE, LARI!” pinta Shinkai sambil berlari ke arah lawan.

Jual-beli serangan terjadi. Shinkai masih bisa mengimbangi. Namun, dari segi tenaga lawannya lebih unggul. Meski demikian, Shinkai masih unggul di kecepatan dan teknik. Ia mengeluarkan senjata dan seketika dapat ditangkis oleh lawan dengan mendorong bagian yang tidak tajam dengan sikunya.

“Bagaimana? Sekali pembunuh tetaplah pembunuh. Aku hanya menggunakan tangan kosong tapi kau terlebih dahulu mengeluarkan senjata.”

“Berisik!”

“Ini adalah karmamu. Semua orang di desa ini adalah keluarga dari orang-orang yang kau bunuh.”

“BERISIK!”

Shinkai dengan membabi-buta menusuk lengan lawan. Ia langsung mundur dengan tatapan penuh kebencian. Lawannya tersenyum di balik masker hitam. Tidak peduli akan rasa sakit dari tusukan yang diberikan.

Orang itu mendorong tubuh Shinkai hingga terjerembab jatuh dan langsung menindihnya dengan tubuh tinggi itu. Lantas memukul Shinkai sepuasnya. Tepat di pukulan ke lima, Shinkai berhasil menyingkirkan orang itu dari tubuhnya dan segera melancarkan serangan balasan.

“Apanya yang menyandingi Tevy. Kau jauh lebih lembek. Aku bahkan belu mengeluarkan senjata.”

“Diam, kau!” Shinkai merangsek maju dengan kecepatan tinggi dan memegang kuat-kuat senjatanya.

SING!

Orang itu akhirnya mengeluarkan senjata dan digunakan untuk menangkis serangan.

“Apapun yang kau lakukan selama ini, tidak akan mengubah fakta bahwa kaulah pembunuh Tevy. Kaulah pembunuh suami dari orang yang selama ini memberimu makan serta menganggapmu sebagai keluarganya. Bukankah begitu, gadis toko bunga?” Orang itu berkata seraya melihat ke arah belakang Shinkai.

Sekali lagi jantung Shinkai berdegup kencang. Perlahan ia menengok ke belakang dan menyadari bahwa Aimee tidak pernah pergi ke pasar malam itu.

Tampak ia tengah menangis tanpa suara. Bibirnya gemetar setelah mendengar fakta pahit yang tidak pernah dibayangkan.

“Kenapa kau tidak pergi?” tanya Shinkai dengan penuh rasa bersalah.

Tanpa disadari, di belakangnya lawan akan menusuknya dengan senjata tajam.

SING!

Tepat sebelum itu terjadi, Taza muncul dan menyelamatkan Shinkai dengan melemparkan senjata klan Amev. Mereka masing-masing punya beberapa karena berhasil menangkap pelaku kala itu.

“Berani juga kau muncul, Sai!” tegas Taza.

Dengan begitu, Shinkai mengingat pemilik suara yang pernah didengar sebelumnya itu. Ialah salah satu sekutunya dulu. Ia adalah pelatih fisik bagi Shinkai, Taza dan Hoshi dulu. Tanpa disangka, sekarang ia justru bergabung di antara peneror bunga soka.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!