Cover by me
Ini tentang kehidupan pernikahan antara Aidan putra Bimantara seorang perwira polisi berpangkat ipda dengan Yura khalisa seorang mahasiswi akhir yang sedang sibuk menyusun proposal penelitian yang asyik-asyik revisi melulu.
Mereka ini sebenarnya tetangga, tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri dan Aidan sudah menganggap Yura seperti adik sendiri begitu juga sebaliknya.
Tapi karena insiden tolol mereka harus hidup berdampingan satu atap. Bahkan Aidan harus melangkahi kedua kakak laki-lakinya yang masih lajang. Banyangkan padahal bukan urutan seperti itu yang Adian inginkan.
Bagaimana kelanjutan ceritanya yuk lanjut baca disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jawaban istikharah
Yura meregangkan ototnya setelah hampir satu jam duduk di kursi pojok yang ada di perpustakaan. Ia berdua dengan Aqila—sahabat satu-satunya yang juga tengah sibuk berkutat dengan laptop dan juga beberapa buku-buku tebal yang berserakan di atas meja mereka.
"Makan dulu yuk kil, udah mau sore tuh, tadi juga gue gak makan siang di rumah." ucap Yura.
Aqila mendongak mengangguk "yuk, gue juga tadi gak makan si." ia melepas kacamata yang bertengger di wajahnya.
Akhirnya kedua gadis itu keluar dari perpustakaan berjalan menuju kantin yang Tidak jauh dari tempat mereka berada.
"Penuh ra kantinnya. Ke kantin deket fakultas teknik aja yuk." ajak Aqila.
Sebelum menjawab ajakan dari Aqila, Yura menyempatkan melongok kekantin dari pintu yang ternyata memang ramai sampai tidak ada tersisa tempat untuk duduk lagi.
"Di sana banyak cowoknya Ki, males gue." bukannya Yura ini alergi sama yang namanya 'pria' cuma dia kurang nyaman jika berada di tempat yang isinya hampir pria semua.
Aqila malah tersenyum "elah sekalian cuci mata kali ra, sepet banget mata gue harus terus liatin buku-buku tebal saban hari. Kan mana tau habis liat yang bening-bening otak gue langsung fresh lagi."
Akhirnya Yura menurut saja. Karena ia memang sangat lapar. Dan benar saja, tempat itu ramai dengan mahasiswa-mahasiswa yang hampir semua pengunjung kantinnya berisi kaum adam.
"Nah kan Ra ,cowoknya cakep semua." ucap Aqila, matanya berbinar menyapu bersih area sekitar. Melihat rupa pria yang ada disana dari yang ganteng banget, sampai yang biasa aja. Dari yang modis sampai yang urakan, dari yang gak punya rambut sampai yang gondrong. semua ada di sana. Entah pria seperti apa yang menarik perhatian Aqila.
"Ayuk Ra, cari tempat. Jangan malah bengong aja kayak kambing sawan" Aqila menggandeng tangan Yura memasuki area kantin dan begitu masuk ke dalam mereka melihat beberapa wanita ada di antara pria disana.
Tap! Tap!
Tepukan di pundak membuat Yura berbalik. Dan mendapati Revan seorang mahasiswa teknik yang ia kenal saat ospek dulu.
"Revan." ucap Yura, pria itu tersenyum.
"Jauh banget jajannya?" tanya Revan karena tidak biasanya ia melihat Yura datang kekantin yang jauh dari fakultas ekonomi tidak lupa pria itu tersenyum manis pada Yura dan juga Aqila.
Yura terkekeh "iya, kantin sana padat, gak dapat tempat." jawab Yura terus terang.
Revan nampak mengangguk "kalau gitu duduk sini aja, masih ada kursi kosong." Revan mempersilahkan kedua gadis itu untuk duduk bersama dengannya dan juga teman-temannya.
Yura malah merasa tidak enak hati dengan teman-teman Revan yang padahal mereka juga tidak apa jika Yura dan Aqila bergabung. Hanya saja Yura ini tidak terbiasa bermain dengan pria lain selain dengan Aidan, membuatnya sedikit tidak nyaman. "Gak–" belum selesai Yura berbicara Aqila sudah memotong lebih dulu.
"Boleh, boleh. Tapi kita pesen dulu ya." jawab Aqila seraya menyikut pinggang Yura. "Kapan lagi coba di ajakin duduk sama cowok cakep." bisik Aqila seraya berjalan mendekati ibu kantin untuk membuat pesanan dan Yura menyusul Aqila ia akan mencoba bernegosiasi dengan gadis manis itu.
"Kita makan di tempat lain aja yuk kil."
"Kenapa? Gak usah merusak mood gue deh ra. Semua kursi juga udah penuh. Lagian kapan lagi coba diajakin duduk bareng sama Revan si cowok paling ganteng sekampus."
"Bodo amat kil, mau paling ganteng se-kabupaten juga gue gak perduli. Gue gak nyaman gabung sama cowok begini."
Aqila nampak memutar bola matanya malas "makannya di biasa-in goblok. Buruan yuk, cacing gue udah pada demo didalam perut nih." Aqila membawa makanan pesanannya ke meja Revan dan rekan-rekannya.
Yura menghela nafas berat namun tetap mengikuti langkah Aqila, membawa serta makanannya.
Kini ia duduk tepat di sebelah Revan. Yura makan dengan khidmat, tidak ikut serta dalam pembicaraan manusia-manusia yang ada di hadapannya. Saat ini perutnya lebih penting.
"Sebentar Ra" ucap Revan tiba-tiba membuat Yura menggantungkan sendok yang akan masuk kedalam mulutnya, menatap Revan. Kedua alisnya terangkat pertanda ia bertanya.
Revan mengulurkan tangannya ke wajah Yura, menyingkirkan daun seledri yang menempel di bawah dagu gadis itu. Mata Yura membulat sempurna karena ulah Revan barusan. Jujur saja ia sedikit salah tingkah, pipinya bahkan bersemu merah merona. Semantara teman-teman Revan dan juga Aqila yang menyaksikannya bersorak heboh menggoda keduanya.
Ting!
Ponsel Yura berbunyi pertanda pesan singkat masuk.
Yura tidak memperdulikan sorakan heboh orang-orang disana, wajahnya kembali normal. Ia lebih memilih membuka pesan yang baru saja masuk.
Udah pulang?
Indomilk 👮🍼
"Uhuk! Uhuk!' Seketika Yura keselek pentol dan terbatuk sampai tenggorokan dan hidungnya terasa sakit, matanya bahkan sampai berair, ia membaca pesan singkat dari pria yang sudah beberapa hari ini tidak memberinya kabar. Siapa lagi kalau bukan Aidan. Tetangga super nyebelin bin ngeselin yang sebentar lagi akan bertranformasi menjadi suaminya.
"Minum Ra" Aqila menyodorkan botol air mineral milik Yura. Semantara Revan mencoba menepuk-nepuk punggung Yura, namun Yura segera menjauhkan tubuhnya dari Revan karena jujur ia tidak nyaman.
Setalah di rasa sudah lebih baik Yura membalas pesan Aidan.
^^^Belum masih di kampus^^^
^^^Kenapa?^^^
^^^Yura^^^
Pulang jam berapa?
Indomilk👮🍼
^^^Bentar lagi balik^^^
^^^Yura^^^
Gue jemput.
Indomilk👮🍼
Yura kaget membaca pesan Aidan yang katanya akan menjemputnya. Bukan gimana, nih manusia satu di tumpangi aja nagih uang bensin, ya kok gak biasanya malah mau jemput. Ada apakah gerangan?
^^^Gak usah^^^
^^^Yura^^^
Ada yang mau gue sampein. Gak usah membantah
Soalnya gue masuk malam, gak ada waktu buat ketemu Lo.
Indomilk👮🍼
Yura mencebikkan bibirnya, seraya menggumam "gegayaan gak punya waktu buat ketemu, rumah sebelahan juga."
^^^Jemput gue sekarang aja deh^^^
^^^Udah gak ada kelas juga sih^^^
^^^Yura^^^
Ok!
Indomilk 👮🍼
Setalah mebalas pesan terakhir dari Yura, Aidan langsung pergi menjemputnya.
Sementara itu sejak tadi Revan ternyata diam-diam memperhatikan Yura yang tengah berkirim pesan dengan Aidan. Ia juga dapat sedikit membaca isi pesan Yura dengan seseorang bernama 'indomilk'.
Yura selesai menyantap makanannya "Gue balik duluan ya kil."
"Loh kok buru-buru ra?" tanya Aqila sementara mangkuk baksonya saja masih berkurang setengah.
"Gue ada urusan, buru-buru." jawab Yura kini ia berdiri dari duduknya.
"Gue anter ra." ujar Revan ikut berdiri. Padahal ia tau jelas kalau Yura akan di jemput si indomilk itu, hanya saja Revan penasaran si indomilk ini pria atau wanita. Kalau pria kan bahaya, jadi saingannya.
"Eh, eh gak usah Van, gue udah ada yang jemput." tangannya bergerak kekanan dan kekiri menolak ajakan Revan.
Dahi Aqila berkerut "tumben bener ada yang jemput, biasanya naik angkot. Udah punya cem-ceman yah Lo?" tebak Aqila yang merasa sedikit heran.
Revan langsung menatap Yura begitu dalam berharap gadis di hadapannya ini mengatakan tidak.
Ditatap sedemikian oleh Revan membuat Yura bersuara "apaan dah kil, gak ada tuh cem-ceman, marah bapak gue!"
Seketika Revan menghela nafas lega mendengar jawaban gadis itu tidak lupa ia turut tersenyum. Masih ada harapan pikirnya.
Ting!
Yura membuka pesan yang baru masuk.
Gue dah didepan cel.
Buruan
Indomilk👮🍼
Seketika terbit senyum di bibir Yura, bukan gimana sudah lama ia tidak mendengar Aidan memanggilnya 'boncel' dan sekarang Aidan menganggilnya dengan sebutan itu. Ada rasa kesel tapi seneng juga.
"Jemputan gue udah datang. Gue duluan kil, Van." ucap Yura berjalan meninggalkan mereka.
Revan menatap nanar punggung Yura yang kian mengecil dan kini menghilang di makan belokan. Sementara Aqila memperhatikan tingkah Revan saja dari tempatnya duduk. Ia menyimpulkan kalau cowok teknik ini menyukai Yura, lihat saja cara dia menatap Yura yang menjauh, seakan-akan ia tidak ingin Yura pergi. Namun tidak bisa berbuat apa-apa.
Yura menghampiri pria berhoodie hitam yang masih nangkring di atas motor sportnya dan berhenti tidak jauh dari gerbang kampus. Pria itu masih menggunakan helm full facenya seraya memainkan ponsel. Dan Aidan menjadi pusat perhatian mahasiswi yang keluar dari kampus akan pulang.
"Indomilk rentengan!" suka-sukanya aja emang nih bocah kalau manggil.
Aidan terlonjak kaget mendengar suara Yura yang sedikit keras tepat di samping motornya "his, lu kebiasaan banget dah cel kalau gak buat senam jantung gue gak puas kayaknya." ucap Aidan memegangi dada sebelah kirinya.
Yura tersenyum, Aidan sudah balik ke setelan pabrik, dan Yura sangat senang sekali. V"Ye, Lo nya aja bang seneng banget ngalamun."
Aidan merotasi matanya malas. "Buruan naik cel, udah mau sore." Yura pun segera naik ke jok motor belakang Aidan, tidak lupa Aidan menyerahkan helm pada Yura untuk dikenakan gadis itu.
Setelah Yura selesai mengenakan helmnya, Aidan menghidupkan mesin motornya dan mulai melaju meninggalkan area kampus.
Mereka tidak singgah kemana pun, benar-benar langsung pulang setelah menjemput Yura. Sesampainya di depan rumah Aidan, Yura langsung turun dan membuka helmnya.
"Lo tadi bilang ada yang mau di sampein. Apa bang?" tanya Yura, sambil merapikan rambutnya yang berantakkan.
Aidan membuka helm full facenya, dan merogoh dalaman hoodienya mengeluarkan map berwarna cokelat yang tadi ia simpan di sana. "Nih." ucapnya menyerahkan map tersebut pada Yura.
"Apa nih?" tanya Yura bingung.
"Itu syarat pengajuan. Berkasnya harus lengkap Minggu depan. Biar berkasnya cepet masuk kantor. Kalau ada yang gak Lo ngerti tanya sama gue." ucap Aidan santai.
Mata Yura melotot ia sedikit tak percaya apakah ini benar? Apa dia benar-benar akan menikah dengan manusia jelmaan indomilk sachet ini.
"Lo bener mau nikah sama gue bang?" pertanyaan itu yang selalu membuatnya penasaran akhirnya ia utarakan.
Aidan nampak menghela nafas pelan "mau gimana lagi cel? gue sebenernya juga gak mau. Tapi orangtua Lo maunya gue tanggung jawab sama sesuatu yang sebenarnya gak gue lakuin. Ayah Lo maksa, ngancem akan menghancurkan reputasi keluarga gue kalau gue gak tanggung jawab dan gue gak akan biarin itu terjadi."
"Dan mempertaruhkan masa depan Lo?" tanya Yura datar.
Aidan diam.
Yura menghela nafas berat "Ya udah gak usah di paksa bang, gue nanti yang bakal ngomong sama ayah." ucap Yura, kini ia akan berjalan ke sebelah, tepatnya kerumahnya. Namun sebelum benar-benar melangkah jauh dari pekarangan rumah Aidan, pria itu sudah mencekal tangannya.
"Tapi lo tau, setiap gue sholat istikharah belakangan ini meminta petunjuk dari yang kuasa atas permasalahan kita ini. Lo tau apa jawabannya?"
Yura menatap tepat di mata Aidan yang juga menatapnya. "Wajah Lo terus yang muncul cel. Dan mungkin... Gue memang harus nikahi Lo." kemudian mereka saling menatap cukup lama namun Aidan lebih dulu memutuskan tatapan itu. "Lengkapi apa yang perlu Lo urus. Besok gue harap Lo free, kita buat pas foto buat lengkapi berkas. Seminggu lagi gue ambil berkasnya. Sana masuk, udah sore. Gue mau siap-siap, mau tugas lagi. Assalamualaikum." ucap Aidan malah masuk lebih dulu kedalam rumah meninggalkan Yura yang masih diam berdiri di pelataran rumah pria itu.
...Jangan lupa tinggalkan jejak👇...
gak kerasaaaaa😛