NovelToon NovelToon
Penyesalan Anak Dan Suami

Penyesalan Anak Dan Suami

Status: tamat
Genre:Tamat / Keluarga / Penyesalan Suami
Popularitas:4.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: D'wie

Sikap anak dan suami yang begitu tak acuh padanya membuat Aliyah menelan pahit getir segalanya seorang diri. Anak pertamanya seorang yang keras kepala dan pembangkang. Sedangkan suaminya, masa bodoh dan selalu protes dengan Aliyah yang tak pernah sempat mengurus dirinya sendiri karena terlalu fokus pada rumah tangga dan ketiga anaknya. Hingga suatu hari, kenyataan menampar mereka di detik-detik terakhir.

Akankah penyesalan anak dan suami itu dapat mengembalikan segalanya yang telah terlewatkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PAS 5

"Ini rumah siapa, Yah? Kok rumahnya banyak banget pintu?" tanya Nana saat mobil berhenti di depan sebuah rumah cukup besar dengan tiga lantai. Tapi yang membedakan rumah itu dengan rumah biasanya, rumah itu memiliki banyak pintu yang berjejer baik di lantai satu, maupun lantai lainnya.

"Ini namanya kontrakan. Di sini tinggal banyak orang yang kebanyakan dari mereka itu merantau. Ada yang merantau untuk bekerja, ada juga yang merantau untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di sini seperti kuliah di universitas yang tujuan mereka."

"Oh, jadi mereka tinggal di sini semua ya, Yah?"

"Ya, bagi yang nggak punya rumah di sini atau tempat tinggal mereka jauh, mereka milih ngontrak di sini."

"Oh. Terus, ayah ngapain ke sini?" tanya Nana penasaran.

"Mau jemput seseorang. Nah, itu orangnya." Tunjuk Amar pada seorang perempuan berpakaian formal, tapi terkesan seksi yang berjalan ke arah mobilnya.

Nana mengerutkan keningnya saat melihat perempuan yang tak lain adalah Nafisa itu.

"Dia siapa ayah?" tanya Nana penasaran.

"Dia teman ayah," jawab Amar singkat dengan tatapan menuju ke arah Nafisa.

"Hai, Mas, maaf lama," ujar Nafisa yang sudah membuka pintu mobil di sebelah kiri. "Eh, dia ... " ucapan Nafisa terpotong saat melihat keberadaan Nana yang duduk di samping kemudi.

"Dia Nana, putri sulungku,," ujar Amar. "Na, dia tante Nafisa, teman sekantor ayah," lanjut Amar memperkenalkan Nafisa pada putrinya.

"Hai cantik, perkenalkan nama Tante Nafisa. Nana bisa panggil Tante Fisa aja," ujar Nana sambil menyodorkan tangannya pada Nana. Nana pun menyambut tangan Nafisa dan menciumnya sesuai ajaran sang ibu.

Nafisa tersenyum lembut kemudian mengusap puncak kepala Nana.

"Nana, Tan," ujar Nana.

"Wah, anak kamu selain cantik, juga sopan, Mas. Beruntung kamu punya putri secantik ini," puji Nafisa membuat Nana tersenyum malu-malu.

"Tante juga cantik."

"Eh, wah, pintar muji juga kamu. Tapi Nana jauh lebih cantik, ya kan Mas?"

Amar mengangguk setuju memang putrinya itu sangat cantik. Secantik ibunya. Eh ...

Karena Nana duduk di depan, Nafisa pun berpindah ke belakang. Sepanjang jalan menuju ke sekolah Nana, keduanya berbincang dan nampak akrab. Tapi obrolan mereka terpaksa terhenti karena mereka telah tiba di sekolah Nana.

"Sampai jumpa lagi, Sayang."

"Sampai jumpa besok, Tante cantik," seru Nana seraya melambaikan tangan kepada Nafisa.

Setelahnya, Amar pun melajukan mobilnya meninggalkan sekolah Nana dengan Nafisa yang sudah pindah duduk ke depan.

"Anak kamu pinter banget sih? Mana ramah banget. Jadi gemes. Beruntung banget yang bisa jadi ibunya," ujar Nafisa seraya tersenyum lebar.

"Oh, ya? Kamu memang mau punya anak perempuan kayak Nana?"

"Ya mau lah. Siapa sih nggak mau punya anak cantik, pintar, gemesin kayak Nana. Kapan-kapan aku boleh ajak Nama jalan-jalan?"

"Boleh, tentu saja boleh," ujar Amar tersenyum lebar. "Tapi harus sama ayahnya juga."

Nafisa terkekeh lalu memukul lengan Amar, "ah, nggak asik nih, udah kayak dikawal bodyguard dong," ujarnya tergelak. "tapi nggak papa deh, itu wajar. Ayah yang protektif itu bagus."

"Oh ya Sa, udah sarapan?" tanya Amar masih sibuk dengan kemudinya.

"Udah, kenapa?"

"Yah, aku belum nih. Si Aliyah, bangun kesiangan jadi aku sama Nana belum sempat sarapan."

"Ya ampun, kasian banget kamu, Mas. Duh, kenapa baru bilang sih? Seharusnya kamu bilang dari tadi jadi aku bisa ajakin Nana sarapan bareng? Kasian dia mau belajar, tapi perutnya kosong. Bisa-bisa nggak konsentrasi belajar dong, Nana nya."

"Itu semua kerjaan Aliyah. Bangun kesiangan jadinya semuanya kacau. Aku pun bingung, makin hari makin nggak becus aja kerjaannya. Kalau nggak mikirin nasib anakke depannya bagaimana, udah aku tinggal dia," ujar Amar bersungut-sungut.

Nafisa lantas mengusap punggung tangan Amar yang ada di atas persneling. Amar menoleh, Nafisa tersenyum lembut membuat Amar balas tersenyum.

"Sabar. Bisa aja istri Mas begitu karena kecapekan."

"Capek apa? Cuma ngerjain kerjaan rumah aja, capek apanya."

"Udah ah, cemberut terus. Entar ilang gantengnya lho. Gimana kalau kita cari sarapan dulu!" tawar Nafisa.

"Tapi tadi katanya kamu udah sarapan?"

"Tapi kan Mas Amar belum? Aku nggak papa deh temenin. Nggak baik kerja perut kosong. Entar nggak bisa konsentrasi lagi. Kan kacau," tukas Nafisa membuat Amar tersenyum sumringah karena merasa diperhatikan Nafisa.

...***...

"Ciez ada yang berangkat kerja bareng nih!" goda Budi yang sudah tiba duluan di kantor.

"Ck, sibuk aja ngurusin orang. Tuh, hutan kerjain laporannya, entar bos tiba-tiba minta, kelimpungan loe," ketus Amar, tapi hanya dibalas Budi dengan kekehan.

"Ah, loe mau, nggak asik. Gimana-gimana, ternyata ide gue ajakin loe nongkrong bareng kemarin hebat kan? Buktinya hari ini loe nyampe tempat kerja dengan wajah berseri-seri, nggak kayak biasanya yang mukanya kecut," goda Budi tak peduli kalau Amar telah memiliki istri. Terkadang lingkungan lah yang menjadi salah satu faktor terjadinya perselingkuhan. lingkungan yang mendukung, tak peduli orang itu telah memiliki pasangan ataupun keluarga, mereka justru menjodoh-jodohkan temannya pada orang lain tanpa memikirkan akibatnya.

Amar tersenyum lebar, lalu mengacungkan jempolnya, "makan siang gue traktir."

"Yang bener nih?" tanya Budi memastikan.

Amar mengangguk pasti, tanpa memikirkan bagaimana keadaan anak dan istrinya di rumah.

Sementara itu, di rumah Amar, tampak Aliyah sedang kewalahan. Ia ingin membereskan rumah dan mencuci pakaian, tapi Amri sejak tadi tak mau ditinggal. Sampai pagi ini demam Amri belum juga benar-benar turun. Tadi saat pagi hari, demam Amri sempat turun, tapi sejam kemudian, panasnya kembali naik. Alhasil, Amri terus-terusan menangis membuat Aliyah kebingungan sendiri.

Padahal sakit kepalanya belum juga reda. Perutnya juga kosong karena belum sempat menyiapkan sarapan. Untung saja tadi ia sudah sempat memandikan Gaffi. Namun mereka belum ada yang sarapan. Gaffi sudah merengek lapar membuatnya kebingungan sendiri.

"Gaffi makan sama kerupuk sama kecap aja dulu ya, Nak? Ibu belum sempat masak. Adek Amri dari tadi nangis nggak mau ibu tinggal soalnya."

"Ndak hayu kelupuk, hayu asik ama ecap aja," ujar Gaffi membuat Aliyah tersenyum bangga bercampur miris. Anaknya yang satu ini memang begitu pengertian. Aliyah lantas mengusap puncak kepala Gaffi lembut.

"Abang Gaffi tunggu di sini, ya. Ibu ambilin nasinya dulu," ujar Aliyah yang diangguki Gaffi.

Aliyah pun segera ke dapur dengan Amri yang masih berada di dalam gendongannya. Setelah mengambilkan nasi yang dicampur kecap, Aliyah pun segera memberikan nasi itu pada Gaffi. Gaffi tampak makan dengan lahap meskipun hanya nasi dicampur kecap.

Gaffi memang tidak begitu pilih-pilih makanan. Kalau memang ia tidak suka dengan lauk yang tersedia, Gaffi lebih memilih makan dengan nasi putih saja.

Setelah memastikan Gaffi makan, Aliyah pun mengambil sapu. Dengan satu tangan, Aliyah mengayunkan sapu membersihkan lantai. Sedangkan tangan satunya masih menggendong Amri.

"Amri guling-guling di kamar aja ya, Nak. Ibu mau nyuci baju?"

"Ndak," tolak Amri dengan suara sedikit melengking.

"Tapi ibu harus nyuci nak. Entar baju Amri bau kalo nggak dicuci," Aliyah terus membujuk Amri, tapi balita dua tahun itu tak mau ditinggal ibunya sejengkal pun.

"Ndaaaak," pekik Amri lagi.

Aliyah menghembuskan nafas kasar sambil memijat pelipisnya yang berdenyut negeri.

Kini bukan hanya kepalanya yang berdenyut nyeri, tapi juga perutnya. Hari sudah menjelang siang, tapi Aliyah belum sempat memasak apapun. Ia juga belum sempat makan sama sekali. Ia yakin, asam lambungnya kembali naik karena belum makan sejak pagi. Perut Aliyah memang sedikit sensitif, bila terlambat makan sedikit saja, maka asam lambungnya akan segera naik. Namun ia tidak pernah mengeluhkan hal itu sama sekali. Bukan tak mau bercerita, tapi baginya percuma menceritakan apa yang terjadi padanya sebab apapun yang ia sampaikan hanya dianggap angin lalu oleh suaminya. Atau lebih parah lagi, suaminya akan menganggapnya cengeng, terlalu banyak mengeluh, membuatnya malas menceritakan apapun pada suaminya.

Amar lupa, pada siapa lagi Aliyah berbagi cerita kalau bukan pada suaminya. Terkadang, istri bercerita itu bukan karena ingin mengeluh, tapi mengharapkan sedikit saja perhatian dari sang suami. Tak banyak yang istri inginkan dari sang suami, selain kesetiaan dan kasih sayang, adalah sedikit perhatian. Mau mendengar saat ia berkeluh kesah. Hal sederhana, tapi sangat berarti bagi seorang istri. Hal yang sangat sederhana, tapi sering dianggap sepele oleh para suami.

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

1
Amriati Plg
Pasti di ambil si budi itu selingkuhan si nafisa
hai sahabat membacaku
lakuin aja nana,disini aku dukung banget sama kamu
Eka Sari Agustina
👍👍👍👍
hai sahabat membacaku
haha udah hamil kau!kalo gitu anne bisa lari dari neraka yang telah budi sama mertuanya buat pada anne
Johan
yah di tingkatkan lagi
bunda
Luar biasa
Ira_87
Ending yang sangat bahagia 🤍
ditunggu cerita selanjutnya Thor 😍
Erna Masliana
sakit jiwa
Erna Masliana
tidak apa-apa gundulmu
Erna Masliana
petugas bodoh.. tidur ngopi aja sana..di suruh jaga malah santai
Erna Masliana
kemana Polisi yang katanya mau jaga
Erna Masliana
lapor polisi dong... lagian Polisi kok lama banget nangkep Budi.. bukannya Budi itu buronan y
Erna Masliana
woy ngaca... situ udah tuwir
Erna Masliana
ayo saling serang sampe salah satu diantara kalian masuk penjara
Erna Masliana
😂😂😂😂 sampah ya memang harus di buang..ngotorin
Erna Masliana
nikmati penyesalanmu...Bu Naima nikah sm Pak Akmal ajalah
Erna Masliana
assiiiik jodohnya Bunda Naima
Erna Masliana
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Erna Masliana
👍👍👍👍 najis
Erna Masliana
langsung kasuskan ajalah...lama.. drama
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!