NovelToon NovelToon
GITA & MAR

GITA & MAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Fantasi Wanita / pengasuh
Popularitas:4.2M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Gita yang gagal menikah karena dikhianati sahabat dan kekasihnya, menganggap pemecahan masalahnya adalah bunuh diri dengan melompat ke sungai.

Bukannya langsung berpindah alam, jiwa Gita malah terjebak dalam tubuh seorang asisten rumah tangga bernama Mar. Yang mana bisa dibilang masalah Mar puluhan kali lipat beratnya dibanding masalah Gita.

Dalam kebingungannya menjalani kehidupan sebagai seorang Mar, Gita yang sedang berwujud tidak menarik membuat kekacauan dengan jatuh cinta pada majikan Mar bernama Harris Gunawan; duda ganteng yang memiliki seorang anak perempuan.

Perjalanan Gita mensyukuri hidup untuk kembali merebut raga sendiri dan menyadarkan Harris soal keberadaannya.


***

Cover by Canva Premium

Instagram : juskelapa_
Facebook : Anda Juskelapa
Contact : uwicuwi@gmail.com

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

005. Tidak Sekedar Patah Hati

Gita bagai kesetanan. Rasanya tak ada manusia yang hidupnya lebih menyedihkan dibanding dirinya saat itu. Pria yang berjanji menjalani sisa hidup dan berbagi kesusahan bersamanya malah berbagi kenikmatan dengan sahabatnya.

Sahabat yang selama ini selalu ia bela di kantor dan kebanyakan kerjanya adalah hasil diskusi mereka bersama ternyata diam-diam menginginkan kekasihnya. Tak pernah menyangka bahwa memperkenalkan Monic kepada tunangannya akan berakhir dengan kehilangan pria itu. Monic yang terlihat lemah lembut dan tak bisa marah malah suka rela tidur dengan kekasihnya.

Gita berteriak. Tak ada gunanya bicara baik-baik dengan Rama. Tabungannya sudah habis dikuras dan ia tidak menginginkan Rama yang bajingan kembali bersamanya. Maka yang harus ia lakukan demi kepuasannya adalah melampiaskan amarahnya. Gita menarik rambut Rama. Mengacak-acaknya sekuat tenaga. Membenamkan kuku-kukunya di kulit kepala dan menggenggam rambut pria itu sekuat tenaga.

“Dasar laki-laki egois! Lo nggak inget gimana lo merengek minta dibayarin seminar proposal? Seminar hasil? Kartu izin praktek yang udah mati dan belum diurus? Lo nggak inget dua semester terakhir biaya kuliah lo itu gue yang bayar pake bonus tahunan gue? Lo mau seanjing apa, sih, Ram? Nggak cuma rugi di duit, lo juga bikin gue malu. Gue malu sama temen gue. Selama ini pasti cuma gue doang yang nggak tau.” Air mata Gita kembali berurai. Dengan sisa-sisa tenaganya ia masih terus memukuli Rama.

Rama mengelak, menangkis pukulan Gita, berkali-kali menghempas tangan Gita yang berhasil mencapai tubuhnya. Ia juga berkali-kali memperbaiki kemeja dan rambutnya yang berantakan. “Berhenti, Git! Berhenti! Kendalikan diri lo. Lo begini juga nggak ada gunanya. Nggak ada yang bisa berubah lagi. Sekarang gue udah suami Monic!” Kali ini Rama menghempaskan tangan Gita lebih keras.

Penampilan Gita semakin tak karuan. Rambut panjangnya yang lurus dan tergerai menutupi hampir seluruh wajah. Lengket dan basah oleh air mata. Ia masih terus menangis.

“Lo bisa beli berlian buat si berengsek itu, tapi lo selalu ngaku nggak ada duit buat gue. Sejak kapan lo bego-begoin gue, Ram? Lo nggak pernah tulus ke gue, kan? Lo cuma mau manfaatin gue aja, kan?” Gita merapikan rambutnya sekilas. Menarik selembar tisu dan kembali membesut hidung. “Lo emang nggak pernah sayang gue, Ram.” Suara Gita semakin lemah.

“Gue minta maaf, Git. Gue khilaf. Gue sayang lo sebelum Monic masuk ke hidup gue. Dulu tiap gue ajak ketemuan bareng temen-temen gue, lo selalu sibuk….”

“Tapi gue emang sibuk, berengsek …. Gue sibuk nyari duit buat menuhi anggaran mimpi-mimpi kita itu. Lo yang selalu ngeluh nggak enaknya LDR dan berdoa biar bisa cepat lulus. Gue bantu lo …. Tapi lo nyakitin gue kayak gini.” Gita kembali tak bisa menahan laju air matanya. Ia terisak. “Gue emang sibuk, tapi bukan berarti lo harus tidur dengan sahabat gue yang sok polos itu, Ram.”

“Sekali lagi gue bilang, lo jangan hina Monic, dia istri dan calon ibu anak gue.” Rama menggerakkan giginya.

“Suka-suka gue mau bilang dia apa. Dia emang berengsek. Lo lebih berengsek. Lo bisa usaha beli berlian buat dia, sementara lo ngemis ke gue. Berengsek kalian! Biadab!” Gita kembali menjerit dan melempar Rama dengan sebungkus tisu.

Rama menangkap bungkusan tisu yang dilemparkan Gita dan melemparkan tisu itu ke dasbor. “Udah! Cukup! Sekali lagi gue bersyukur nggak nikah sama lo. Lo berisik, emosian, kasar, bawel, nggak perhatian, nggak lembut dan nggak bisa jadi perempuan yang membutuhkan laki-laki. Lo emang udah kuat dari sananya, Git. Kita emang nggak jodoh. Selain duit, gue nggak ada ngerugiin lo. Gue nggak pernah sentuh lo….”

“Dan gue bersyukur nggak nikah paket hemat karena bunting duluan,” potong Gita.

“Terserah lo! Entar duit lo pasti gue ganti.” Rama menyentil sampah tisu dari pangkuannya dan menoleh Gita dengan satu tangan menahan pintu. “Semoga di usia lo yang segini, lo bisa ketemu laki-laki yang nerima semua sikap lo itu. Oh, ya … kurang-kurangi mengeluh. Laki-laki eneg kalau mesti denger keluhan setiap hari.” Rama keluar mobil dan membanting pintu.

Pada titik itu Gita terdiam. Tangan kanannya menggenggam sejumput rambut Rama yang direnggutnya. Isaknya terhenti dan kepalanya terasa kosong. Ia menobatkan hari itu sebagai hari terburuk sepanjang hidupnya. Hanya dalam hitungan jam ia merasa semua hal yang ia perjuangkan hancur bersamaan. Pekerjaan, percintaan, juga persahabatan yang ia banggakan ke mana-mana.

Gita baru memperhatikan ternyata keributannya dengan Rama beberapa saat yang lalu sudah menarik perhatian pejalan kaki. Ia mengecek tampilannya dari cermin sun visor. “Berengsek,” ucap Gita. Sebulir air mata kembali menetes. Ia nyaris tak mengenali dirinya sendiri.

Setelah memukuli Rama, Gita merasa badannya malah pegal-pegal. Pergelangannya perih dan rambutnya seperti singa. Kembang, kaku dan lepek karena air mata. Ia memutuskan pergi dari parkiran taman dan menyetir pelan menyusuri jalan yang pertama kali terlihat. Ia tak ada tujuan. Hanya berniat menghabiskan sisa air matanya sepanjang jalan.

“Apa kata Ibu kalau tau aku diperlakukan begini sama Rama? Sama Monic?” Gita kembali terisak.

Setengah jam berjalan tanpa tujuan, Gita masuk ke stasiun kereta kecil. Meletakkan mobilnya di sana mungkin lebih aman ketimbang parkir di tepi jalan. Gita menyandang tasnya dan menuju loket.

“Satu tiket kereta yang berangkat sekarang,” pintanya dengan suara sengau. Ia akan naik kereta itu sampai capek dan kembali dengan kereta yang sama. Berat rasanya untuk pulang ke apartemen apalagi ke rumah ibunya.

Bukan jam pergi pulang kerja. Bukan akhir minggu pula. Kereta dengan tujuan entah ke mana itu sepi. Gita duduk memeluk tasnya dan melamun menatap jalanan. Dua jam dalam perjalanan membuat Gita tersadar ia sudah semakin jauh dari rumah. Ia turun dari kereta dan duduk di kursi stasiun kecil.

“Nggak ada yang nyariin,” lirih Gita saat mengecek ponsel. Selain pesan dari provider, memang tidak ada pesan atau telepon untuknya. Rasanya ia mau menangis lagi. Tapi seekor induk kucing mengalihkan perhatiannya. “Anakmu mana, Meng? Kamu lagi nyusuin, kan?” Gita berpindah tempat duduk dari kursi ke tepian lantai. Tangannya sibuk merogoh tas mencari makanan kucing yang ia bawa tadi.

Setengah termenung, setengah tersadar Gita menyobek makanan kucing dan menuangkannya ke lantai. Induk kucing kurus makan dengan lahap tanpa menoleh Gita. “Baik-baik ya, Meng … hidupmu pasti lebih baik dari aku.” Setelah membelai kepala induk kucing, Gita bangkit dan berjalan santai keluar stasiun.

Gita terus berjalan. Sorot matanya kosong. Kadang suara tangisnya hilang karena lelah. Kadang ia kembali meraung karena teringat hal menyakitkan lain. Gita terus berjalan sampai langkahnya tiba di sebuah jembatan.

To be continued

1
EndRu
saling merindukan tapi sama sama menahan. sakitnya...
Tuty Ismail
seperti kata bunga...... semuanya butuh proses......
semoga Gita dan Harris berjodoh
mkasih kak njus up nya
Wasilah
sehat² kk njuss 🥰 semoga up date nya gak terlalu lama🤭 pertemuan yg sangat di rindukan oleh cika dan Gita....
Tuty Ismail
kasian Chika..... kangen Gita sampai kebawa sakit.......🥺🥺🥺
EndRu
mbrebes Mili ..
terenyuh.
Chika yang polos Merindukan calon maminya
EndRu
Bu Helena kena sawan kelamaan kayaknya. ngawur begitu
Tuty Ismail
nenek jahat kayak gitu.....gimana cucunya mau ,q kalau punya nenek kayak gitu gak bakalan datang kerumahnya kalau nggak terpaksa
mkasih kak njus......up nya...👍👍👍
🥀 UCHRIT Ossy 🔥
akhirnya bisa bertemu untuk melepas rindu ..🥺🥺🥺🥺
Jamiatun Yusuf
aq terharu,🥺🥺🥺🥺🥺
Henny Haerani
dua orang yg saling menyayangi terpisahkan karena keadaan, miris sekali kisah cinta Gita jalannya tak pernah mudah jauh dari kata mulus. ujiannya berat banget walaupun diantara Pak Harris, Gita, dan Chika saling menyayangi dan mencintai dengan tulus. semoga kedepannya Bu Helena menyadari klw Chika jauh lebih baik ada dlm pengampuan Ayahnya.
Henny Haerani
mestinya neneknya introspeksi diri kenapa Cucu nya menjauhinya, biasanya anak kecil lebih peka tau mana yg tulus dan mana yg modus. apalagi ini sm nenek kandung dari Ibu pula, ini sih kayaknya Chika akan dimanfaatkan sm neneknya buat meraih harta kekayaan Harris dikemudian hari. keliatan banget itu si nenek sangat terobsesi.
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
keren pak Harris
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
wkwkwk kok lucu ucapan surti
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
pembantu nya keren kan
azkayramecca
terima kasih kak Njus🙏❤️
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
sungguh kalian berdua berbeda bagai langit dan bumi
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
pabalikbek, lieur dah wkwkwk
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
bingung ya pak Harris
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
kalau kangen orang yang telah tiada susah ketemu walaupun dalam mimpi
ᴰᴱᵂᴵ 𝒔𝒂𝒓𝒂𝒔𝒘𝒂𝒕𝒊🌀🖌:
jawaban yang gak masuk di akal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!