Hana Larasati Abraham, wanita cantik yang memiliki karir cemerlang. Dia salah satu penerus perusahaan keluarga Syahbana. Memiliki paras mempesona membuat dirinya diperebutkan para pria.
Kehadiran seorang pria yang ditugaskan menjadi sopir pribadinya menjadikan dirinya sosok wanita sombong dan angkuh. Apalagi dia tahu jika Dennis adalah bocah laki-laki tak disukainya dari kecil, rasa kebenciannya semakin besar dan berusaha membuat lelaki tersebut tidak betah.
Akankah Dennis Lim Kyo bertahan dengan sikap arogan Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 - Membeli Motor Baru
Dennis mengantarkan Hana ke tempat tujuan, begitu sampai gadis itu lantas berkata, "Jangan datang menjemputku, biar aku pulang diantar teman-teman."
"Saya akan tetap menjemput Nona, karena itu perintah dari Paman Harsya."
"Bilang saja pada ayahku, apa yang aku katakan tadi."
"Saya tetap akan menjemput, Nona tinggal hubungi saya!"
"Aku tidak memiliki nomor ponselmu!"
Dennis lantas mengeluarkan ponsel dari kantong celananya dan menekan sebuah nomor.
Ponsel Hana tiba-tiba berdering.
"Itu nomor ponsel saya, Nona bisa menghubunginya!"
"Aku tidak akan menyimpannya!" tolaknya.
"Saya yang akan menghubungi Nona"
"Terserah kamu saja!" Hana membuka pintu mobil tanpa pria itu yang melakukannya.
Dennis mengendarai mobilnya ke sebuah toko penjualan motor. Sesampainya di sana, Biom telah menunggunya.
"Paman Alpha tidak ikut, Paman?" tanya Dennis ketika mencium punggung tangan suami Rissa.
"Tidak, dia lagi ada urusan pekerjaan dengan Tuan Besar."
"Oh."
"Pilihlah motor yang kamu mau," ucap Biom.
"Iya, Paman."
Keduanya berjalan ditemani sales toko memilih motor yang akan di beli.
Pria yang bekerja sebagai sales, menjelaskan semua motor yang terpajang di toko.
"Sepertinya ini cocok buat kamu!" Biom menunjuk motor sport berwarna biru tua.
"Saya pilih ini saja, Paman!" Dennis menunjuk motor matic berwarna hitam keluaran terbaru.
"Kenapa tidak mau memilih yang ini?" tanya Biom menyentuh motor berwarna biru tua.
"Saya pilih yang sesuai kebutuhan, Paman."
"Kamu memang pemuda yang bijaksana. Tak sia-sia didikan Alpha dan Astrid padamu," ujar Biom.
Sejak ayahnya dikabarkan menghilang 16 tahun lalu membuat sang nenek yang mengasuhnya dari kecil menjadi pemurung, diam dan tak mau makan. Hingga membuat orang tuanya Alpha menjadi iba.
Keluarga dari sang nenek itulah yang merawat, mengasuh serta mendidiknya.
Alpha dan Astrid rutin mengirimkan biaya pendidikan dan mengunjunginya serta dibantu Harsya. Dennis merasa memiliki keluarga yang sempurna. Namun kebahagiannya harus berakhir ketika sang nenek ibu dari ayahnya pergi untuk selama-lamanya 7 tahun lalu.
Dennis tak ingin tenggelam dalam kesedihan ia bertekad akan menjadi pemuda yang baik dan benar untuk membanggakan orang-orang yang tulus menyayanginya.
Selesai melakukan transaksi pembayaran, Dennis pulang membawa mobil Hana menuju kediaman Alpha.
Dennis sengaja menitipkan kendaraannya itu di kediaman sang paman karena dia jarang pulang ke rumah kecil miliknya yang dia beli dari hasil menjual rumah neneknya.
Keputusan itu diambil atas saran dari ayahnya Alpha yang merupakan adik dari neneknya.
Biom pun tak ikut dengannya ke rumah Alpha karena akan pergi dengan Rissa dan kedua anaknya.
"Bibi, aku harus menjemput Nona Hana lagi," ucapnya.
"Pergilah, hati-hati. Jangan mengebut, nanti kamu akan dimarahi Hana jika membuat mobilnya tergores," ujar Astrid.
"Iya, Bi. Aku pergi, ya."
"Iya."
Dennis telah berada di dalam mobil, ia lalu menghubungi Hana. Panggilan pertama tak di jawab.
Dennis kembali menghubunginya namun panggilan kedua ditolak.
Dennis lantas mengirimkan pesan menanyakan posisi gadis itu.
Hana tak membalasnya.
Dennis tidak kehabisan akal, ia lantas menghubungi Harsya. "Sore, Paman."
"Sore juga, ada apa?"
"Paman, saya ingin menjemput Hana tapi dia tidak memberitahu keberadaannya. Berulang kali saya menghubunginya namun dia tak menjawabnya," tutur Dennis.
"Paman akan meneleponnya."
"Terima kasih, Paman. Maaf mengganggu," ucap Dennis.
"Tidak apa-apa, Dennis. Hana adalah putri saya, harusnya kami berterima kasih kepadamu karena peduli dengannya."
"Sama-sama, Paman."
"Paman akan segera menghubunginya," janji Harsya.
"Baik, Paman."
Ponsel Harsya pun berakhir.
Tak sampai 3 menit, pesan dari Hana masuk ke ponselnya Dennis. Gegas, ia membuka dan membacanya.
Dennis pun meluncur ke tempat tujuan.
Begitu sampai di sebuah rumah, Dennis lantas turun. Ia mengetuk pintu beberapa kali, hingga seorang wanita muda keluar.
"Cari siapa?"
"Apa benar Nona Hana di sini?"
"Hana siapa? Saya tidak mengenalnya."
"Bukankah ini rumah temannya Nona Hana?"
"Mas mungkin salah orang, saya tidak memiliki teman bernama Hana."
"Oh, berarti dia salah kirim alamat. Kalau begitu, saya minta maaf. Permisi!" Dennis bergegas pergi.
Di mobil, Dennis menelepon Hana dan dijawab.
"Ada apa?" tanya Hana ketus dari kejauhan.
"Alamat yang Nona berikan salah."
"Upss... salah, ya!"
"Nona, tolong katakan lagi di mana?"
"Aku masih bersama dengan temanku." Jawab Hana yang dibelakangnya terdengar suara pria memanggilnya menggunakan kata sayang.
"Nona, siapa dia?"
"Bukan urusanmu!" Hana menutup teleponnya.
Dennis yang khawatir lantas kembali menghubungi Harsya dan meminta bantuan pria paruh baya itu.
Dennis juga menjelaskan apa yang terjadi mulai salah alamat hingga suara seorang pria di belakang Hana.
Dennis belum pergi dari rumah yang diberikan alamat palsu oleh wanita itu.
Beberapa menit kemudian, Harsya mengirimkan pesan kepada Dennis. Gegas, ia melaju ke tempat tujuan.
Sesampainya di sana tampak beberapa kendaraan berjejer di pinggir jalan. Dennis lalu menelepon Hana dan mengatakan bahwa dirinya telah berada di depan.
Gadis itu meminta Dennis untuk turun memanggilnya, cukup dirinya yang datang mendekat.
Tak menunggu lama, Hana muncul dan menoleh ke kiri dan kanannya mencari mobilnya.
Dennis membunyikan klakson agar Hana dapat mudah mencarinya.
Benar saja, gadis itu melihat ke arah Dennis dan berjalan mendekatinya. Hana segera membuka pintu penumpang bagian depan.
"Nona, tidak salah tempat duduk?" tanya Dennis.
"Ku ingin duduk di depan dan seharusnya aku yang menyetir."
"Jika Nona yang menyetir, lalu pekerjaan saya apa?"
"Pergi dari perusahaan keluargaku!" jawab Hana menyeringai.
"Paman Harsya masih menginginkan saya berada di dekat Nona Hana."
"Aku tidak perlu dirimu!"
Dennis tak membalas ucapan gadis itu.
"Apa kamu sudah membeli motor baru?"
"Sudah, Nona."
"Bagus, biar kamu tidak datang terlambat."
"Walaupun motor tua, tapi saya tidak pernah datang terlambat," ungkap Dennis.
"Iya, tapi suara motormu itu merusak telingaku!"
Dennis terdiam.
"Bisakah bicara kepada ayahku jika hari libur kamu tidak perlu bekerja?"
"Saya tidak berani membantah permintaan Paman Harsya, Nona."
"Kenapa? Bukankah kalian sangat akrab dan dekat?" sindirnya.
"Paman Harsya memang baik dan menganggap saya seperti anaknya tetapi saya tidak berani untuk menolak permintaannya."
"Dasar payah!"
"Saya hanya memang ditugaskan untuk menjadi sopir dan penjaga Nona."
"Iya, aku tahu. Penjilat!"
"Terserah Nona mau berpikir buruk tentang saya."
Hana yang kesal, memiringkan tubuhnya ke samping menatap jalanan dari jendelanya.
Sesampainya, Hana meminta Dennis membuka pintu untuknya.
Hana menyerahkan tas miliknya kepada Dennis, "Tolong bawa ke lantai kamarku!"
Menghela napas pasrah, Dennis mengiyakan.
Hana berjalan lebih dahulu dan Dennis di belakangnya.
Hana berhenti tepat di depan pintu kamar, membalikkan badannya dan meminta tas miliknya lalu memerintahkan sesuatu, "Sebelum pulang cuci mobilku!"
"Bukankah baru kemarin di cuci, Nona?"
"Memangnya kenapa kalau tiap hari di cuci? Kamu tinggal menuruti perintahku!"
"Hari juga sudah sore, Nona."
"Kamu melawanku?" Hana berkacak pinggang.
"Maaf, Nona. Saya tidak memiliki maksud untuk...."
"Jangan banyak penjelasan, cepat laksanakan!" titahnya.
"Baik, Nona." Dennis membalikkan badannya dan turun ke lantai dasar.
Hana tersenyum puas, "Aku akan membuatmu tidak betah di sini!"
ceritanya bagus lo,,
lanjut la thor sampai HANAN AMA NADIEN bersatu,,kan nanggung ceritanya
ya thor ya🙏🙏🙏
jangan berhenti dong...