Dituduh mencelakai sang kakak, Shani di usir dan dihabisi oleh orang yang tidak menyukainya.
Datang kembali membawa dendam setelah bertahun-tahun untuk menghabisi pengkhianat itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5
Setelah sampai di markas Shani langsung melihat beberapa musuh depan markas, langsung saja Sahni mengambil pistol yang dia selipkan di pinggang.
Shani langsung melompat dan menembak musuh dengan sekali tembakan.
Dor...
"Akhh..." ringis musuh.
Bugh...
Bugh...
Bugh...
Shani menghajar mereka satu persatu sampai tumbang lalu lanjut masuk ke markas.
Shani melihat King Mafia White Q dengan sombongnya menginjak anggota Mafia yang Shani pimpin The Meteor.
Dor...
Shani menembak King White Q tapi King itu bisa menghindar dengan cepat.
"Queen," kaget dua Mafioso Meteor yang bernama Arga dan Selly.
"Ouhh jadi ini Queen The Meteor huh bocah ternyata? Ah tunggu, wajahmu sangat cantik Queen bagaimana kalau kita bermain sebentar." Ajak King Rudolf.
Arga langsung marah karena Queen mereka secara langsung dilecehkan, "Kurang ajar kau Rudolf!" Arga mengumpat.
Rudolf tertawa puas karena berhasil membuat Arga terpancing emosi, "Hahahahah...kenapa Arga, kau marah hah! Hahaah..."
Shani langsung menegur Arga dan mengatakan dia bisa mengatasi Rudolf, "Kak Arga sebaiknya kakak diam dan lindungi Kak Dara. Aku bisa mengatasinya dengan baik!"
"Tapi Queen,"
Shani langsung melirik Arga dengan lirikan dan sorot mata tajam khas Queen The Meteor, seketika Arga langsung diam dan menarik Dara agar menjauh dari barisan Shani dan Rudolf.
"Apa yang akan mereka lakukan Arga? Lalu Queen," tanya Dara.
"Kita lihat saja Dar," sahut Arga yang sudah mengetahui sifat Queen Shani.
Rudolf menyunggingkan senyumnya karena melawan perempuan, "Aku tidak bisa menyakiti perempuan mundur saja kamu Queen yang cantik, aku tidak mau melukaimu tapi ingin membawamu ke kasur hahah..." Rudolf tertawa dengan keras.
Shani hanya diam dia sangat malas meladeni King gila seperti Rudolf, "Malas sekali aku! Dibagian mana yahh yang harus aku tembak," ucap Shani dalam hatinya sambil mencari celah untuk menghabisi Rudolf.
"Dasar tua bangka!" ucap Dara tidak suka adik angkatnya yaitu Queen dilecehkan seperti itu.
"Sabar Dar, kamu lihat nanti apa yang akan dilakukan Queen?" sahut Arga.
Dara kemudian mengangguk dan mulai memperhatikan gerakan Queen Shani yang memegang pistol.
Dengan gerakan kilat, Rudolf sudah tumbang sambil memegang pahanya yang di tembak oleh Shani dengan cepat.
Dor...
"Akhhhh..." ringis Rudolf sambil memegang pahanya dan dia mengumpat.
"Bangsat bocah sialan kau!" ucap Rudolf lalu juga ingin menembak Shani tapi kalah cepat.
Dor...
Shani kembali menembak tangan Rudolf bagian kanan, reflek Rudolf memegang tangan kanannya menggunakan tangan kiri.
"Brengsek kau bocah sialan! Kurang ajar!" kembali mengumpat tidak jelas, Rudolf ingin menembak Shani menggunakan tangan kiri.
Dor...
Shani kembali menembak tangan kiri Rudolf dengan santainya Shani berjalan ke arah Rudolf, "Apa yang membuatmu istimewa pecundang?" tanya Shani berjongkok sambil menodongkan pistolnya ke arah kepala Rudolf.
Rudolf menahan rasa sakit disekujut tubuhnya terlebih lagi sekarang dia ditodong oleh seorang bocah seperti Shani.
"Diam!"
"Jangan merasa terhina setelah kalah dariku, Rudolf!" ucap Shani dengan muka yang datar dan dingin.
"Cihh! Kamu pikir saya akan bertekuk lutut dengan The Meteor ha! Tidak akan, itu tidak akan pernah terjadi ingat itu baik-baik!" teriak Rudolf dengan congkaknya.
Shani hanya menatap Rudolf dengan tatapan datar tanpa ekspresi.
Dor...
Shani menembak kepala Rudolf sampai otaknya keluar dan itu disaksikan sendiri oleh Dara dan Arga.
"Haaaaahhh!" teriak Dara lalu menyembunyikan wajahnya di dada Arga.
Arga refleks langsung memeluk Dara dan menatap ke arah Rudolf yang sudah tewas.
Shani melirik ke arah Dara yang masih menyembunyikan wajahnya itu.
"Ga, Queen kita serem banget sihh!" rengek Dara yang masih menyembunyikan wajahnya.
"Kalau gak serem namanya bukan Queen The Meteor Dar," sahut Arga sambil menahan malu karena ditatap oleh Queen.
Shani mendekati Arga nampak Arga sangat gugup dan ingin memberitahu Dara tapi langsung ditahan oleh Shani.
"Markas ini memiliki keamanan canggih! Tapi kenapa White Q bisa menyerang dengan mudah dan melumpuhkan anggota, apa disini ada pengkhianat!" ucap Shani dengan datar.
Dara yang mendengar suara Queen nampak sangat terkejut lalu dengan cepat menjauh dari Arga dan langsung memberi hormat pada Queen.
"Hay Queen, maaf!" ucap Dara gugup.
"Hemmm..."
"Sepertinya memang ada pengkhianat Queen," sahut Arga.
Shani berbalik dan membuang pistol yang dia gunakan tadi karena sudah berhasil membunuh orang dengan cepat.
Prang...
"Buang pistol itu! Aku ingin Kak Arga dan Dara mencari pengkhiat itu dengan cepat, bersihkan markas ini segera!" titah Shani lalu pergi ke ruang pribadinya yang ada di markas.
Fyuhhh...
Baik Arga dan Dara langsung menghela nafas dengan lega setelah Shani masuk ruangan.
"Arga haduhh jantungku hampir copot kalau ada Queen disini, semuanya jadi dingin aku sangat gemetar Ga gimana ini?" rengek Dara.
"Kamu yang baru bergabung masih wajar takut, lahh aku yang udah lama gabung masih dibuat lari jantung sama auranya Queen."
Mereka akhirnya menyadari betapa berbahayanya Queen mereka.
"Ayo kita bersihkan tempat ini," ajak Arga dan Dara mengangguk lalu mereka dengan cepat membersihkan markas mereka dan mengumpulkan mayat White Q.
Sedangkan anggota yang masih hidup ditahan dibawah tanah.
***
Hari ini Shina mau bertemu dengan teman-teman sosialitanya.
"Wah sudah datang kamu Shina," sapa Laras dengan pakaian modis.
"Huh, tentu saja aku datang ini kan acara bergengsi." Sahut Shina sambil sinis menatap Laras.
"Haduhh jeng Shina hari ini sensian sekali," sela Alya.
"Hidihhh! Sok tau!"
Citra langsung menyela karena hawa mulai panas dan menyapa Shina, "Hari ini kamu cantik sekali Shin pakai skincare apa?" tanya Citra.
"Ahh ini kebetulan dibelikan sama anak satu Minggu lalu katanya ini skincare bagus untuk umuran kaya aku,"
Laras terlihat sinis dan judes kala Shina bercerita tentang anaknya, "Anakku juga begitu dia sangat perhatian malah kemarin dia beli mobil buat aku tuh mobil yang aku pakai sekarang dibelikan anakku."
Citra mengerutkan alisnya setelah mendengar ucapan Laras, 'Perasaan anaknya bisanya cuma ngabisin duit dehh' batin Citra.
Alya langsung memuji anaknya Laras dengan pujian terlalu tinggi, "Aduh Ras anak kamu pasti membanggakan gak kaya anakku uhhh getol pengen ngejambak rambutnya terus anak kamu pasti cantik iya kan. Aku dengar sih anak kamu juga berprestasi bener gak, ya ampun senengnya jadi Mama anak kamu Ras.
"Iya dia model," sahut Laras bangga.
Sedangkan Citra hanya diam dan itu membuat Shina kepo dan bertanya, "Kamu kenapa Cit? Ko diam, oh iya aku denger kamu juga punya anak yahh terus anaknya dimana perasaan aku gak pernah deh denger kamu cerita pasal anak.
"Anakku ada ko tapi dia cowok dan dia gak ada di indonesia, dia masih di Jepang ngurus perusahaan Papahnya." Sahut Citra sambil senyum kaku.
"Ouhh cowok yahh anaknya, berarti disini yang punya anak cowok Nyonya Citra dan Nyonya Alya. Ehh tunggu? Aku samaan sama dia dong punya anak cewek!" ucap Shina sambil melirik ke arah Laras.
"Idih...aku ogah samaan sama kamu yahh,"
"Siapa juga mau idih amit-amit,"
"Hahaha..." Alya tertawa melihat perdebatan Laras dengan Shina.
"Gak ada yang lucu!" ucap Shina dan Laras bersamaan.
Sedangkan Citra terlihat dari mukanya sedih, 'Seandainya kalian tahu aku punya dua anak.' Ucap Citra dalam hatinya sambil menggigit bibir dan itu tidak lepas dari pandangan Alya.
Setelah acara pertemuan mereka berakhir, Shina langsung pamit pulang duluan karena sebentar lagi anaknya akan pulang dari sekolah.
"Ok ibu-ibu karena acara kita sudah selesai saya pamit duluan yahh, bye." Ucap Shina lalu pergi meninggalkan geng sosialitanya.
"Ya sudah deh saya juga mau pulang," tambah Laras.
"Ya pada pulang," sambung Alya.
Citra juga ingin pulang dan langsung pamit pada Alya tapi Alya langsung menahan tangan Citra. "Ya udah ya Al, saya juga mau pulang." Ucap Citra lalu berdiri.
Dengan sigap Alya langsung memegang tangan Citra dan Citra langsung menoleh.
"Ada apa Al?"
"Saya mau bicara sama kamu, bisa!"
Citra kembali duduk dengan muka bingung karena Alya pertama kalinya seperti ini, karena selama ini Alya dekat sama Laras.
"Kenapa?"
"Kamu ada masalah Cit,"
"Enggak ko, gak ada masalah!"
"Kamu jangan bohong sama saya Cit, saya bisa lihat dari muka kamu itu kalau kamu ingin cerita bisa ko cerita sama aku."
"Apaan sih Cit, gak ada ko saya pamit dulu yahh dachh..." Citra pergi tergesa-gesa karena takut Alya bertanya-tanya kamu nenyek.
Melihat Citra pergi dengan tergesa-gesa semakin membuat Alya yakin kalau ada yang disembunyikan Citra, "Saya yakin Cit kamu menyenbunyikan sesuatu tapi kenapa kamu gak mau cerita sama saya."
Citra langsung masuk mobil dan sejenak menghela nafasnya, 'Maaf Al bukannya saya gak percaya sama kamu tapi kamu temen deketnya Laras. Saya tidak suka dengan Laras, saya takut kamu akan cerita dengan Laras sedangkan saya harus mengawasi dan mencari informasi tentang Laras selama ini! Saya juga menyelidiki tentang celakanya Xavier yang sekarang mulai terkuak dan mengarah kalau anak perempuan saya tidak salah.' batin Citra lalu menghidupkan mesinnya.
Brom...
Brom...
***
Diparkir sekolah Bima bertanya sekarang mereka mau kemana pulang ke rumah atau markas.
"Kita sekarang ke markas apa rumah nih?"
"Aku sih ngikut aja," sambung Boy.
"Van?" tanya Bima.
"Markas!" sahut Aevan dingin lalu mereka bertiga menghidupkan motor mereka dan pergi.
***
semoga ada season 2 nya
dari awal sampek sini padahal Arga dan Dara yang selalu ada disisi Shani
untung aku nya mudeng sama alur ceritanya..